“Doa Itu Nyata”: TNI Kodim 1802/Sorong Bangun Harapan Lewat TMMD di Pelosok Papua Barat Daya

0
17
Tmmd
Salah satu rumah rampung direhab melalui program TMMD.

Sorong, Investigasi.news – Di tengah kerasnya perjuangan hidup di pelosok Papua Barat Daya, harapan seorang warga akhirnya terwujud lewat tangan-tangan tentara rakyat. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-124 Kodim 1802/Sorong kembali menjadi bukti nyata bahwa kehadiran TNI bukan sekadar menjaga kedaulatan, tapi juga membangun kehidupan.

Kampung Yeflio, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, menjadi saksi bisu perubahan besar yang selama ini hanya menjadi impian bagi sebagian warganya. Salah satunya Hiskia Kalawen, pria paruh baya yang tak henti mengucap syukur saat rumahnya rampung direhab melalui program TMMD.

“Terima kasih Tuhan. Doa saya akhirnya dikabulkan lewat tangan-tangan TNI. Rumah ini bukan sekadar bangunan, tapi harapan baru untuk saya dan keluarga,” ujar Hiskia dengan mata berkaca-kaca, Selasa (03/06/2025).

Selama ini, Hiskia dan keluarganya tinggal dalam kondisi rumah yang nyaris roboh, tak layak huni, dan sangat jauh dari kata aman. Namun kini, berkat sinergi TNI dan masyarakat, ia dapat menatap masa depan dengan lebih pasti.

Program rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi salah satu sasaran utama TMMD Ke-124. Kapten Inf Semba, selaku Perwira Pengawas TMMD, menyatakan bahwa seluruh tahapan program di Kampung Yeflio telah selesai dengan lancar, aman, dan penuh semangat gotong royong.

“Dengan tekad, kerja keras dan kebersamaan antara Satgas TMMD dan masyarakat, semua target selesai tepat waktu. Ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi pembangunan jiwa dan semangat masyarakat,” tegas Kapten Semba.

Program TMMD tak hanya membangun rumah, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat terhadap negara. Di wilayah yang kerap luput dari sorotan pusat, langkah kecil seperti ini terasa sangat besar artinya.

TNI hadir bukan sebagai kekuatan bersenjata semata, tapi sebagai agen perubahan sosial. Di tanah terpencil seperti Yeflio, kehadiran mereka menjadi penghapus batas antara ketertinggalan dan harapan.

“Ini bukan soal berapa rumah yang dibangun, tapi tentang berapa banyak hidup yang diberi harapan baru,” tutup Kapten Semba.

Red