Jakarta, Investigasi.news – Masih hangat menjadi perbincangan di beberapa kalangan masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara sejak terbit di media online/siber dan sempat viral di media sosial berupa video yang menunjukan, nasi kotak dari acara MTQ ke-54 dan Festival Seni Qasidah (FSQ) ke-39 yang diadakan di Lapangan Baru Sei Berombang pada tanggal 28 April 2025 selama 4 hari, berisikan lauk ada “ulatnya”.
Temuan nasi kotak yang ada “ulatnya” itu, berawal dari salah seorang Kontingen pelajar dari perwakilan Kecamatan Rantau Selatan, yang tidak mau disebut namanya memperlihatkan video pendek yang direkamnya usai diketahui nasi kotak jatah makanan untuknya dari panitia penyelenggaran MTQ dan FSQ. Video yang direkamnya tersebut terlihat sepotong lauk ada ulatnya.
“Bang ijin, abang panitia disini ? tolonglah bang kami masak makanan kami begini (sambil menunjukan lauk yang ada ulatnya),”ujar kontingen seorang pelajar mewakili dari Kecamatan Rantau Selatan membahasakan ke crew media ini.
“Kalau hal itu memang benar bang, saya alami, nasi kotak yang sedang saya konsumsi di pemondokan kontingen dari Kecamatan Rantau Selatan saat itu berulat, dan itu disaksikan peserta lain,”ungkapnya.
Hal ini juga dibenarkan seorang Ulama/Al-Ustadz yang memimpin salah satu Kontingen Kecamatan Rantau Selatan yang menjadi peserta di MTQ dan FSQ tersebut, membenarkan.
“Setelah saya perhatikan secara seksama, benar. Dalam Video itu, memang itulah lokasi tempat pemondokan Kecamatan Rantau Selatan,”ujarnya.
Syabaruddin, yang disebut – sebut sebagai orang yang diberikan pekerjaan untuk menempah nasi kotak dari Panitia penyelenggara MTQ dan FSQ Kabupaten Labuhanbatu, dikonfirmasi Sabtu (10/5/2025) via aplikasi WhatsApp, belum memberikan penjelasan. “Iya bang, bisa bang. Bentar ya bang masih dijalan,”balas Syabaruddin.
Terpisah, Camat Panai Hilir, Arif Syahputra, ketika di konfirmasi, Sabtu (10/5/2025) via nomor selularnya 0821-6740-**, belum bisa di hubungi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Peradi Pergerakan Labuhanbatu Raya, Beriman Panjaitan, SH.,MH ketika diwawancara melalui aplikasi whatsapp, Sabtu (10/5/2025) sekira pukul 13.30 Wib. Beriman Panjaitan mengatakan, jika nasi kotak peserta perlombaan mengandung ulat, ada sanksi yang diberikan kepada panitia. Sanksi tersebut dapat bervariasi. Tergantung pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
“Sanksi yang mungkin bisa diberikan adalah sanksi ringan. Sanksi ringan tersebut Panitia menerima teguran dari pihak yang berwenang, seperti penyelenggara acara atau pihak kesehatan,”ujar Beriman Panjaitan.
Panitia, sambungnya, mungkin diminta untuk mengganti makanan yang tidak layak dengan makanan yang baru dan aman untuk dikonsumsi. “Panitia bisa diminta untuk memberikan kompensasi kepada peserta yang terkena dampak, seperti biaya pengobatan atau penggantian makanan. Dalam kasus yang parah, acara mungkin dihentikan sementara atau bahkan dibatalkan jika kondisi makanan tidak memenuhi standar keamanan pangan,”ujar Beriman.
Jika faktor kesengajaan, ada sanksi Pidana yang Panitia atau pihak yang bertanggung jawab dapat dijatuhi hukuman penjara jika terbukti bersalah melakukan tindak pidana terkait keamanan pangan. Panitia atau pihak yang bertanggung jawab dapat dijatuhi denda sebagai sanksi atas kelalaian mereka dalam menyediakan makanan yang aman untuk dikonsumsi.
Sanksi tambahan seperti pencabutan izin usaha atau larangan melakukan kegiatan usaha di bidang pangan dapat juga diterapkan.
“Dasar Hukum Sanksi pidana tersebut biasanya diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait keamanan pangan. Yakni, Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Mengatur tentang keamanan pangan, pengawasan, dan sanksi bagi pelanggar. Kemudian, Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, Mengatur tentang standar keamanan pangan, pengawasan, dan sanksi bagi pelanggar,”ujarnya.
Selain itu, sambungnya lagi, menyangkut person yang makan nasi kotak di MTQ dan FSQ di Kabupaten Labuhanbatu tersebut merupakan pelajar dan dibawah umur, maka bisa dikenakan sanksi pelanggaran Undang-undang yang mengatur perlindungan anak terkait kesehatan makanan adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
“Undang-undang ini menetapkan hak-hak anak, termasuk hak atas kesehatan dan gizi yang baik, yang mencakup pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi. Selain itu, UU Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan juga mengatur perbaikan gizi dan pola konsumsi makanan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat,”terangnya kembali.
Beriman juga menghimbau kepada Panitia. Kedepan, untuk penyelenggaraan MTQ dan FSQ lebih pengawasan dalam berbagai bidang. “Penyelenggaraan MTQ dan FSQ ke depan, lebih berhati – hati lagi. Penyelenggaraan kegiatan ini, tidak hanya sekedar perlombaan. Menyangkut berbagai hal, terkhusus menyangkut kesehatan peserta atau kontingen perwakilan. Untuk tahun ini, menjadi pelajaran bagi Panitia Pemkab Labuhanbatu. Penyelenggaraan tahun depan, dapat diperbaiki kembali. Agar tidak menjadi pergunjingan dan pembicaraan dimasyarakat,”himbaunya. (Ricky).