Bupati JKA Luncurkan Program “100 Festival”: Gerakan Masif Bangkitkan Budaya dan Ekonomi Kreatif Padang Pariaman

Baca Juga

Padang Pariaman, investigasi.news — Kabupaten Padang Pariaman tengah bersiap menjadi episentrum kebangkitan budaya dan ekonomi kreatif Sumatera Barat melalui program ambisius bertajuk “100 Festival”. Dicanangkan langsung oleh Bupati John Kenedy Azis (JKA), program ini tak sekadar menjadi perayaan adat, tapi gerakan kolektif untuk menghidupkan kembali warisan budaya nagari yang nyaris terkikis zaman.

Bertempat di Hall IKK Parit Malintang (11/06), peluncuran program ini menjadi titik tolak kolaborasi antara pemerintah daerah, wali nagari, pelaku seni, dan masyarakat akar rumput. Dalam pidatonya, Bupati JKA menegaskan bahwa kekayaan budaya lokal bukan hanya identitas, tapi juga aset ekonomi masa depan.

“Setiap nagari punya warisan tak ternilai—dari adat, kuliner, hingga kesenian. Jika dikemas dan dipromosikan secara kreatif, ini bisa menjadi sumber ekonomi baru yang berkelanjutan bagi masyarakat,” ujar JKA, disambut tepuk tangan hadirin.

Menurut data dari General Manager Angkasa Pura II, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) mencatat sekitar 6.500 hingga 7.000 penumpang mendarat setiap hari, dengan 35% di antaranya adalah wisatawan, termasuk 10% turis mancanegara. Fakta ini menjadi momentum strategis untuk menggeser paradigma pariwisata dari sekadar keindahan alam ke eksplorasi kekayaan budaya.

“Kita selama ini terlalu mengandalkan landscape alam. Padahal, budaya dan kuliner kita jauh lebih kaya dan otentik. Ini peluang besar yang harus kita tangkap,” tegas JKA.

Program “100 Festival” tidak hanya sekadar pesta rakyat. Di balik itu, terselip kegelisahan akan punahnya tradisi lokal seperti layang-layang, silek, batagak gala, batagak rumah gadang, malamang, juadah, hingga tulak bala—yang kini perlahan tergeser oleh arus modernitas.

“Kalau kita tidak angkat sekarang, tradisi ini akan hilang dari memori kolektif kita. Lewat festival, kita ingin budaya Padang Pariaman dikenal dunia dan diwariskan ke anak cucu,” kata Bupati.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), Hendri Satria, menegaskan bahwa program ini dirancang untuk mengintegrasikan pelestarian budaya dengan penguatan ekonomi berbasis lokal. Ia menyebut bahwa setiap nagari akan menjadi panggung bagi festival masing-masing, lengkap dengan ciri khas dan kearifan lokalnya.

Di balik kemegahan program ini, terdapat sosok Ny. Nita Christanti Azis, istri Bupati sekaligus inisiator dan kurator utama “100 Festival”. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap minimnya perhatian masyarakat terhadap budaya lokal yang sesungguhnya sangat potensial untuk dikembangkan.

“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Program ini bukan hanya pelestarian, tapi juga bentuk nyata keberpihakan terhadap UMKM, pengrajin lokal, dan komunitas seni yang butuh dukungan nyata,” ujarnya.

Dengan semangat membara, Bupati JKA menegaskan bahwa “100 Festival” bukanlah program seremonial yang hanya jadi konsumsi media, tapi gerakan massif yang menuntut partisipasi nyata seluruh lapisan masyarakat.

“Saya komit membangun daerah ini. Tapi keberhasilan program ini hanya mungkin jika wali nagari, pemuda, tokoh adat, dan seluruh masyarakat juga bergerak bersama,” pungkasnya.

“100 Festival” menjadi pernyataan sikap: bahwa Padang Pariaman tidak akan diam melihat warisan budayanya tergerus waktu. Ia memilih untuk bergerak—melalui seni, kuliner, dan tradisi—menuju kejayaan baru berbasis akar yang kokoh.

Fachri Koto

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest

More articles