Padang Pariaman, Investigasi.news — Suasana pembukaan Pekan Budaya Nagari Katapiang yang seharusnya menjadi perayaan sejarah dan warisan budaya, justru memanas. Warga Nagari Katapiang meluapkan kekecewaan terhadap Bupati Padang Pariaman yang dinilai mengambil keputusan sepihak tanpa musyawarah, bahkan membatalkan acara hanya lima hari sebelum pelaksanaan.
Tokoh masyarakat setempat, Datuak Rajo Sampono, angkat suara lantang dalam pembukaan acara yang tetap digelar secara swadaya oleh masyarakat. Ia menyebut pembatalan itu sebagai bentuk penghinaan terhadap inisiatif dan semangat gotong royong masyarakat Katapiang.
“Kami kecewa. Tidak ada musyawarah, hanya keputusan sepihak dari bupati. Ini acara budaya yang kami siapkan dengan sepenuh hati, tapi tiba-tiba dibatalkan begitu saja,” tegas Datuak Rajo Sampono dalam pernyataan terbuka yang disiarkan langsung melalui media sosial.
Pekan Budaya Nagari Katapiang adalah kegiatan budaya pertama kalinya yang rencananya akan digelar di Kabupaten Padang Pariaman. Acara ini semula diprakarsai bersama oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Kebudayaan, atas instruksi Bupati Padang Pariaman.
Pantai Panjang, wilayah pesisir Nagari Katapiang, ditetapkan sebagai lokasi utama acara. Untuk itu, Kabid Kebudayaan bersama jajaran dinas mendatangi pemuka adat dan masyarakat Katapiang, termasuk Datuak Rajo Sampono, guna meminta izin dan dukungan. Permintaan itu disambut baik. Masyarakat bahkan menginisiasi gotong royong menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lokasi acara.
Namun, semangat itu mendadak terhenti. Menjelang H-5, Bupati Padang Pariaman memutuskan membatalkan kegiatan secara sepihak tanpa klarifikasi atau pertemuan resmi. Tak ada penjelasan resmi soal alasan pembatalan. Hanya kabar singkat yang beredar dari internal pemerintahan.
Kemarahan warga pun tak terbendung. Dalam siaran langsung di media sosial, Datuak Rajo Sampono menyebut bahwa masyarakat Nagari Katapiang siap mengkaji opsi untuk memisahkan diri dari Kabupaten Padang Pariaman jika suara mereka terus diabaikan.
“Setelah acara ini, kami akan merencanakan langkah serius: apakah tetap bersama Padang Pariaman atau keluar dari kabupaten. Kami merasa tidak dihargai,” tegasnya.
Ungkapan itu disambut antusias oleh sebagian warga yang hadir, menunjukkan bahwa ini bukan sekadar sentimen emosional, tetapi juga sinyal ketegangan yang perlu ditangani segera.
Pembatalan acara bukan hanya soal teknis atau administratif, tetapi soal harga diri, identitas, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan budaya daerah. Masyarakat Nagari Katapiang merasa dilukai karena kerja keras dan semangat kolektif mereka seperti dianggap tak berarti.
Pekan Budaya sejatinya dirancang menjadi panggung besar pelestarian nilai adat dan kearifan lokal. Namun keputusan sepihak pemerintah daerah telah mengubah panggung itu menjadi simbol krisis kepercayaan antara rakyat dan pemimpin.
Hingga berita ini diturunkan, Bupati Padang Pariaman belum memberikan penjelasan terbuka kepada masyarakat Katapiang terkait alasan pembatalan acara. Harapan kini tertuju pada itikad baik pemerintah untuk meredam kekecewaan, sebelum api kecil ini menjalar menjadi bara yang membakar hubungan pemerintah dan masyarakat bawah.
Investigasi.News akan terus mengawal isu ini sebagai bagian dari kontrol sosial terhadap kebijakan publik yang menyangkut suara dan marwah rakyat. Bersambung….
Fachri Koto