Kota Malang, investigasi.news – Pak Wahono, seorang guru SDN 1 Cemorokandang Kota Malang, Jawa Timur, telah mengabdikan dirinya sepenuh hati sebagai pendidik sejak tahun 2008. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), ia dikenal sebagai sosok guru sederhana yang tidak hanya mengajar, tetapi juga mendampingi murid-muridnya dengan tulus dalam setiap kesempatan. Namun, di balik dedikasinya, kisah hidup Pak Wahono menyimpan keprihatinan yang mendalam: selama bertahun-tahun ia tinggal di sebuah gudang sekolah.
Guru dan Sahabat bagi Murid-Muridnya
Pak Wahono, atau akrab disapa Pak Wa, adalah sosok yang begitu dekat di hati murid-muridnya. Ia tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menjadi teman dan pembimbing di luar jam sekolah. Ketua Komite Sekolah, Khoiriah, menggambarkan Pak Wa sebagai guru yang penuh kesabaran dan kehangatan.
“Pak Wa adalah guru yang mampu membangun hubungan emosional yang kuat dengan murid-muridnya. Di sekolah, ia sangat sabar mendidik, sementara di luar sekolah, ia menjadi teman yang selalu mendampingi mereka,” ujarnya, Senin (11/11/2024).
Namun, situasi berubah saat Pak Wa dipindahkan ke SDN 4 Blimbing. Perpindahan tersebut mengejutkan murid-murid dan wali murid, yang merasa kehilangan figur penting dalam proses belajar mengajar.
“Anak-anak sangat terpukul. Beberapa bahkan enggan kembali ke sekolah karena kehilangan sosok Pak Wa yang selalu mereka anggap sebagai teman sekaligus guru,” tambah Khoiriah.
Tinggal di Gudang, Tanpa Bantuan
Sejak tahun 2008, Pak Wahono tinggal di gudang sekolah, bukan rumah dinas. Ketika mutasi dilakukan, pihak Dinas Pendidikan Kota Malang meminta Pak Wahono segera meninggalkan gudang tersebut dan mencari kontrakan.
“Pak Wa sudah berencana mencari tempat tinggal, tapi tentu butuh waktu dan biaya. Tanpa ada bantuan, itu sangat berat baginya,” ungkap Khoiriah.
Wali murid bahkan menawarkan bantuan tempat tinggal bagi Pak Wa agar ia tetap bisa mengajar anak-anak di lingkungan mereka.
“Kami bersedia memberikan tempat tinggal gratis untuk Pak Wa, karena kami ingin anak-anak tetap mendapatkan bimbingannya,” tegas Khoiriah.
Perjuangan dan Keprihatinan
Keputusan mutasi dan pengusiran mendadak dari gudang sekolah menimbulkan keprihatinan. Wali murid merasa Dinas Pendidikan kurang menghargai pengabdian seorang guru yang telah bekerja keras, bahkan dengan keterbatasan fasilitas.
“Pak Wa adalah manusia biasa yang punya hati dan perasaan. Memintanya pindah dari tempat tinggal tanpa solusi hanya menambah beban bagi beliau,” ujar salah satu wali murid.
Pak Wahono adalah gambaran nyata perjuangan seorang guru yang mengabdi di tengah keterbatasan. Semoga kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya menghargai mereka yang berdedikasi mendidik generasi masa depan.
Guh