Batam, Investigasi.news — Dunia jurnalistik Kota Batam tercoreng oleh ulah memalukan seorang oknum Ketua PWI Batam Muhammad Khavi. Alih-alih bersikap dewasa dan membuka ruang klarifikasi atas pernyataan kontroversialnya, Khavi justru memilih bersembunyi di balik drama playing victim, setelah forum wartawan yang digelar Sabtu (15/6) di Swiss-Belhotel berubah jadi ajang arogansi.
Dalam forum yang digagas untuk klarifikasi secara terbuka oleh puluhan wartawan lintas media, Khavi hadir bukan untuk berdialog, tetapi untuk memprovokasi. Saat wartawan senior menegur agar ia menyampaikan penjelasan secara terbuka, Khavi justru melontarkan kalimat arogan: “Kalau tak suka dengan kalimat saya, main kita.” Ucapnya dengan arogan. Kontan aksi tersebut menyulut emosi banyak peserta, namun forum tetap terkendali.
Anehnya, malam harinya sungguh mencengangkan. Khavi melapor ke Polresta Barelang dan bahkan memeriksakan diri ke rumah sakit, seolah-olah menjadi korban kekerasan. Padahal, fakta di lapangan jelas: tidak ada kontak fisik, apalagi penganiayaan. Aksi ini dianggap sebagai upaya murahan untuk mengalihkan isu dan menciptakan citra seolah dirinya dizalimi.
Kisruh ini bermula dari pernyataan sepihak Khavi sebelumnya yang menuding adanya “wartawan premanisme” dan menyarankan agar hanya wartawan ber-UKW yang boleh melakukan konfirmasi ke institusi. Pernyataan diskriminatif ini dianggap menghina profesi dan merusak prinsip keterbukaan pers. Tak heran jika para wartawan menuntut klarifikasi langsung dari yang bersangkutan.
Sayangnya, bukannya introspeksi atau berdialog sehat, Khavi malah mempertontonkan sikap defensif, arogan, dan anti-kritik.
“Forum ini dibuat untuk klarifikasi, bukan untuk saling tantang. Tapi yang bersangkutan justru mempermalukan kami semua dengan sikap angkuhnya,” tegas Zainal Arifin, wartawan senior yang hadir dalam forum tersebut.
Ali, Ketua Panitia Forum Wartawan Batam, menyesalkan drama yang dimainkan Khavi.
“Kami ingin menjaga marwah profesi wartawan. Tapi yang muncul justru sikap tidak etis dan tidak layak dari seorang pimpinan organisasi pers. Ini bukan hanya mempermalukan PWI Batam, tapi mencederai nama baik seluruh insan pers,” kecamnya.
Aksi Khavi yang memilih berlindung di balik laporan polisi dan rumah sakit dianggap sebagai sandiwara murahan. Bukannya menyelesaikan masalah, ia malah memperkeruh suasana dan mencoreng marwah organisasi yang seharusnya ia jaga.
Desakan pun mulai bermunculan dari berbagai kalangan agar PWI Pusat segera turun tangan. Kepemimpinan Khavi dinilai gagal menjaga wibawa organisasi dan justru membawa PWI Batam ke jurang krisis kepercayaan.
Fransisco Chrons