Tak lama lagi Lebaran Idul Fitri datang dan ini merupakan hari yang di tunggu-tunggu, selain menuju fitrah yang penuh dengan kemenangan dan kebahagian bagi seluruh umat muslim, juga dijadikan ajang silaturahmi sanak saudara.
Tapi, beberapa tahun lalu, pada perayaan yang sama, anak-anak disebuah daerah merasakan hal yang berbeda. Kakak beradik tersebut malah merasakan kebahagian itu setelah lebaran tiba.
Hal tersebut terjadi karena sesuatu hal, rata-rata semua anak sebaya mereka pada hari itu, menyambut dan merayakan lebaran dengan penuh suka cita namun tidak dengan mereka.
Kilas Balik
Pada tahun 1980an atau berkisar tahun 1983 s.d 1987 ada sebuah rumah tua berdinding papan, atapnya rumbio. Di rumah tersebut ada seorang nenek dan tiga orang cucunya. Yang besar berumur 12 tahun, adiknya perempuan berumur 9 tahun dan yang kecil 5 tahun, mereka hidup satu rumah.

Satu Minggu sebelum lebaran anak yang pertama siang jualan es batu, malam sehabis shalat tarwih jual buah dan pensi khas makan danau Maninjau, uang keuntungannya disamping untuk memenuhi hidup dan juga untuk modal dagangan anak-anak di hari lebaran.
Jualan pensi dan buah-buahan di mesjid tidak dia saja tapi ada pedagang lain, pensi yang dijual orang lebih enak dari yang dijual sang anak tersebut, namun mereka tetap membeli pensi anak tersebut, bukan karena apa, karena orang beli dagangannya karena kasihan karena orang tahu yang jual anak Piatu. Tak pelak lagi, anak tersebut memang terkenal santun dan ramah mungkin itu yang membuat orang kasihan. Begitu pentingnya Adab dalam segi apapun termasuk jadi pedagang, di kantor, di rumah tangga. Karena dengan Adab yang baik semua doa dan niat kita akan Allah mudahkan.
Dua hari mau lebaran sang anak itu sudah sibuk di rumah dengan mainan anak-anak yang akan dijual mulai lebaran pertama sampai lebaran ke tiga masih ada pembeli, mulai menyusun hadiah-hadiah untuk dijual, kala itu dagangan anak tersebut juga banyak yang peminatnya. Sekarang orang-orang di kampung yang sebaya dengan anak tersebut tahu persis kerjaannya.
Ketika itu, Waktu hari raya datang sang anak bersama nenek dan adik-adik berangkat menelusuri pematang sawah menuju ke mesjid Nurul Iman yang terletak di Cubadak Lubukbasung dengan pakaian yang dipakai sehari-hari bukan pakaian baru tapi yang penting bersih. Pakaian baru akan dibeli setelah lebaran selesai.
Setelah semua dagangan terjual karena uang dipakai untuk modal. Baru masuk halaman mesjid banyak orang yang memanggil dengan menyebut kata-kata seperti ini, Ibuk, bapak atau abang akan berzakat fitrah terima ya, anak itu menjawab ia, dan ada juga ke adik-adik semua uang itu dikumpulkan sama nenek.
Singkat cerita, setelah pulang dari Mesjid semua orang pulang ke rumah termasuk anak tersebut. Sampai di rumah, semua makan dengan rendang yang uang untuk beli dagingnya di cicil. Setelah itu sang anak itu pergi berlebaran tiga beradik ke rumah saudara pulangnya bawa uang karena tradisi juga waktu itu namanya (manambang ).
Kemudian, sorenya kalau uang cukup dan kalau tidak ada besoknya baru ke pasar bawa adik-adik untuk beli baju dan celana baru serta tidak lupa beli sandal baru untuk nenek.
Waktu itu kami tidak butuh baju baru yang butuh untuk kebutuhan dapur, uang untuk sekolah, ibu tidak ada ayah ditempat ibu sambung, walaupun sayang ayah sudah berbagi, sayang pada anak itu adik beradik tetap.
Malam lebaran pertama sang anak kecil itu sudah keliling kampung menjual mainan anak-anak, sampai hari raya ke tiga rumah itu ada saja anak-anak yang datang untuk beli mainan, mereka diterima dengan baik dan sopan, kalau uang tidak cukup boleh hutang, atau ambil yang seharga uangnya ada.
Di kampung itu kalau lebaran tidak ada yang tidak tahu sama anak tersebut baik perantau maupun anak-anak dari kampung sebelah, modal hanya kesopanan dan keramahan, padahal mainan yang di jual tersebut banyak di pasar dan pasar juga tidak jauh dari rumah anak tersebut tapi anak-anak lebih suka belanja padanya.
Intinya, sesungguhnya, rezeki seluruh makhluk yang ada di bumi ini telah dijamin oleh Allah SWT. Jadi, sebagai manusia tidaklah perlu khawatir akan merasa kekurangan karena Allah telah menjaminnya selalu, walaupun bisa beli baju lebaran sesudah hari lebaran itu perlu disyukuri Allah masih sayang cuma waktu yang ditunda mungkin itu yang lebih baik.
Sekarang anak itu telah tumbuh besar dan sampai hari ini anak itu berusaha untuk selalu menjadi hambaNya yang bersyukur dan hamba yang beradab, yang punya sopan dan santun, berusaha untuk tidak meninggi atau sombong sama siapa saja, sampai hari ini anak itu masih punya hobi berdagang, kalau berdagang dulu waktu kecil untuk menyambung hidup hari ke hari karena keuntungannya untuk beli beras dan lauk pauk, kalau sekarang keuntungan dagangnya untuk berbagi buat Panti Asuhan, Pondok Pesantren dan Kaum Dhuafa.