Manokwari, Investigasi.News – Dibalik hiruk-pikuk pembangunan dan janji perlindungan lingkungan, sebuah realitas kelam terus bergulir di jantung Papua Barat. Tambang emas ilegal di Wasirawi dan Kali Kasih bukan sekadar aktivitas liar—ini jaringan sistematis, terorganisir, dan diduga dilindungi oleh kekuatan yang lebih besar dari sekadar operator lapangan.
Dari hasil penelusuran tim Investigasi.News, dugaan keterlibatan aktor intelektual dalam operasi tambang ilegal ini kian menguat. Nama-nama yang dulu samar kini mulai mengemuka: Syamsir, seorang pengusaha asal Sulawesi, disebut sebagai pengendali utama operasi tambang ilegal di Wasirawi. Sementara di Kali Kasih, dua nama lain ikut terseret: Iwan dan Nasib, yang diduga memegang komando atas aktivitas serupa.
Menurut sumber terpercaya media ini, jaringan ini bukan pemain ecek-ecek. Mereka memiliki struktur, strategi, dan sistem kerja lengkap—mulai dari pengadaan alat berat, distribusi hasil tambang, hingga akses rahasia melalui Bendung Wariori. Bahkan penggunaan merkuri yang mematikan bagi lingkungan diduga menjadi bagian dari operasi mereka.
“Ini bukan sekadar tambang liar. Ini mafia tambang. Mereka rapi, punya sistem, dan kuat dugaan ada beking,” ujar sumber investigasi pada Rabu (26/6), yang identitasnya kami lindungi.
Investigasi.News telah mencoba mengonfirmasi dugaan ini langsung kepada Syamsir melalui pesan WhatsApp. Namun hingga berita ini diturunkan, tidak ada tanggapan yang menjawab substansi tudingan. Upaya untuk meminta klarifikasi juga dilakukan terhadap Iwan dan Nasib, termasuk kunjungan langsung ke kediaman mereka di SP 6 dan SP 7 Distrik Masni. Sayangnya, keduanya tidak berada di tempat.
Lebih jauh, sumber menyebutkan adanya beberapa nama lain yang masuk dalam lingkaran gelap tambang ilegal ini. Tim Investigasi.News tengah melakukan verifikasi lanjutan sebelum memublikasikan identitas mereka.
Sementara itu, langkah penertiban dari Polda Papua Barat dinilai belum menyentuh akar masalah. Aparat memang turun ke lapangan, tetapi yang tersentuh hanya pekerja kasar dan alat berat—sementara otak utama tetap melenggang bebas.
“Selama aktor intelektual dibiarkan, tambang ini akan terus hidup. Lingkungan hancur, rakyat sengsara, negara dirampok dari dalam,” tegas sumber dengan nada geram.
Tambang ilegal bukan sekadar pelanggaran hukum. Ini kejahatan multidimensi: mencemari lingkungan, memiskinkan rakyat, dan melukai keadilan. Jika aparat tak segera menyentuh para pengendali di balik layar, ini bukan lagi sekadar pembiaran—ini pengkhianatan terhadap konstitusi dan masa depan Papua Barat.
Investigasi.News menyerukan kepada Kapolda Papua Barat, Kejaksaan Tinggi, dan bahkan Mabes Polri untuk turun tangan langsung. Tidak cukup dengan menyita ekskavator atau mengusir buruh tambang, harus ada penangkapan terhadap pengendali utamanya.
Kami akan terus mengusut siapa yang berdiri di balik operasi besar ini. Siapa yang mengatur arus uang? Siapa yang melindungi dari balik meja kekuasaan? Dan siapa yang sebenarnya bermain api di atas penderitaan masyarakat dan alam Papua?
Investigasi.News membuka ruang klarifikasi bagi pihak-pihak yang disebut dalam laporan ini. Namun satu hal pasti: kebenaran tak bisa dibungkam, dan rakyat Papua Barat berhak tahu siapa perampok di tanah mereka sendiri.
John