Padang, Investigasi.News
Kinerja sektor jasa keuangan di Sumatera Barat hingga Juni 2021 menunjukkan indikator membaik. Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Barat Yusri dalam pertemuan virtual, Kamis (12/8/2021) mengungkapkan hal tersebut.
“Kinerja sektor jasa keuangan hingga Juni 2021 terpantau membaik dengan pertumbuhan yang positif,” kata Yusri.
Dia merinci, dari sisi bank konvensional terjadi peningkatan pertumbuhan baik dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK) maupun dari sisi kredit atau pembiayaan yang diberikan (PYD). Total aset bank konvensional pada Juni 2021 tercatat Rp60,97 triliun, mengalami pertumbuhan sekitar 7,98 persen year on year (yoy) dibanding Juni 2020 yang sebesar Rp56,47 triliun. Secara tahun berjalan, aset bank konvensional naik dari Desember 2020 yang sebesar Rp58,91 triliun.
Lebih jauh menurut Yusri, dari sisi DPK, bank konvensional juga bertumbuh sebesar 6,96 persen yoy. Total DPK pada Juni 2021 mencapai Rp45,04 triliun, naik dibanding posisi Juni 2020 yang sebesar Rp42,11 triliun serta secara tahun berjalan naik dari Rp43,11 triliun pada Desember 2020.
Kemudian dari sisi kredit atau PYD, bank konvensional juga mengalami pertumbuhan sekitar 7,5 persen dari Rp49,04 triliun pada Juni 2020 menjadi Rp52,72 triliun pada Juni 2021. Non Performing Loan (NPL) tercatat 2,07 persen, turun dibanding Juni 2020 yang sebesar 2,45 persen. Serta Loan to Deposite Ratio (LDR) turun dari 125,50 persen pada Juni 2020 menjadi 117 persen pada Juni 2021.
“Sementara itu, dari sisi perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan positif. Total aset perbankan syariah pada Juni 2021 tercatat Rp7,27 triliun, naik 18,79 persen (yoy) dibanding Juni 2020 yang sebesar Rp6,12 triliun. Demikian juga dari sisi DPK yang tumbuh sebesar 19,72 persen (yoy) dari Rp5,71 triliun pada Juni 2020 menjadi Rp6,84 triliun pada Juni 2021,” urai Yusri.
Kenaikan juga terjadi pada sisi kredit atau PYD yang mengalami pertumbuhan 32,43 persen (yoy). Pada Juni 2021 PYD perbankan syariah mencapai Rp6,49 triliun, sedangkan pada Juni 2020 baru sekitar Rp4,77 triliun. Dari sisi Non Performing Financing (NPF) juga mengalami penurunan dari 3,38 persen pada Juni 2020 menjadi 2,26 persen (yoy). Dengan Financing to Deposite Ratio (FDR) juga mengalami penurunan dari 83,42 persen pada Juni 2020 menjadi 77,18 persen pada Juni 2021 (yoy).
Yusri juga memaparkan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS). Menurutnya dari sisi aset, BPR/ BPRS mengalami pertumbuhan 6,62 persen (yoy) dari Rp2,01 triliun pada Juni 2021 menjadi Rp2,14 triliun pada Juni 2021.
“DPK pada BPR/BPRS juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,96 persen (yoy) dari Rp1,52 triliun pada Juni 2020 menjadi Rp1,65 triliun pada Juni 2021,” ulasnya.
Kredit atau PYD pada BPR/ BPRS menurut Yusri juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,69 persen (yoy). Pada posisi Juni 2021 kredit tercatat Rp1,58 triliun, naik dibanding Juni 2020 yang sebesar Rp1,54 triliun.
NPL/F pada BPR/ BPRS tercatat 7,62 persen, turun dibanding posisi Juni 2020 yang tercatat 10,04 persen. LDR turun dari 100,45 persen pada Juni 2020 menjadi 96,00 persen pada Juni 2021.
Yusri optimis, pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat ke depan akan terus membaik. Meningkatnya dana pihak ketiga di lembaga perbankan menunjukkan indikasi positif pergerakan ekonomi masyarakat. Indikator perbaikan juga bisa dilihat dari meningkatnya penyaluran kredit dengan turunnya risiko kredit bermasalah.
Red