Pada tahun ajaran 2024/2025, Pondok Pesantren Alquran Darul Inqilabi di Lubukbasung menyambut kehadiran sejumlah santri baru. Sebagian besar dari mereka datang atas keinginan orang tua, sementara ada pula yang memang termotivasi dari hati mereka sendiri untuk menimba ilmu di pesantren.
Hari-hari pertama di pesantren seringkali menjadi tantangan berat bagi santri baru. Di Pondok Pesantren PADI, anak-anak diajarkan untuk mandiriโmereka harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri, dan makan bersama-sama,shalat harus berjamaah ,ngaji stor hafalan setengah jus tiap hari, mendoakan orang tua setiap selesai shalat di wajibkan ,Kebiasaan ini mungkin terasa berat di awal, namun jika diterima dengan baik, akan membawa berkah dan memperkaya pengalaman mereka selama mondok.
Di Pondok Pesantren PADI Lubukbasung, santri diwajibkan bangun pukul 03.00 WIB setiap hari. Bagi santri baru, rutinitas ini mungkin terasa sangat berat, terutama karena hanya sedikit dari mereka yang terbiasa melakukannya di rumah. Setelah bangun, mereka segera mandi dan berjalan menuju mushala untuk melaksanakan Shalat Taubat, Shalat Hajat, berdoa bersama, dilanjutkan dengan Shalat Tahajud dan Shalat Witir. Selesai ibadah malam, kegiatan dilanjutkan dengan Ta’lim pagi, Shalat Subuh, dan zikir pagi. Setelah itu, mereka kembali ke asrama untuk sarapan sebelum memulai pelajaran di kelas.
Rutinitas ini bisa menjadi sangat berat bagi yang belum terbiasa, namun seiring berjalannya waktu dan setelah mereka berhasil beradaptasi dengan lingkungan pesantren, semangat dan kenyamanan mulai tumbuh dalam diri mereka.
Sebaliknya, bagi santri yang terus-menerus merindukan kehidupan di rumah, perasaan tersebut bisa menghambat adaptasi mereka. Peran orang tua dalam hal ini sangat krusial; terlalu sering menelepon atau melihat anak bisa membuat mereka semakin sulit beradaptasi dan semakin rindu untuk pulang. Dukungan penuh dari orang tua sangat dibutuhkan agar anak dapat tetap fokus dan bertahan di pesantren.
Banyak santri yang mencoba berbagai cara untuk pulang, dengan berbagai alasan. Namun, pendekatan saya coba hampir tiap malam dan subuh dengan sabar dan santun saya dekati terus sambil memberi motivasi dan juga dari para pendidik di lokal juga berusaha memberi semangat santri dengan sabar dan santun mendekati, serta sikap lembut yang diperlakukan seperti anak sendiri, dapat mengubah pikiran santri yang awalnya ingin pulang menjadi semangat untuk tetap bertahan di pesantren. Alhamdulillah, pendekatan ini berhasil membuat banyak santri yang awalnya ingin pulang, akhirnya memutuskan untuk tetap mondok dan semangat menjalani kehidupan di pesantren.
Dimana saya selalu memberi motivasi bagi santri yang merasa berat atau kalau sudah ada yang agak menyendiri duduk di mushala atau makan di asrama itu di dekati dan ditanya serta diberi motivasi berulang-ulang kali untuk menguatkan hatinya di pondok. Alhamdulillah, setiap santri akhirnya saat ditanya untuk pulang dia tak mau lagi karena sudah terasa enaknya.
Penulis: Hasneril, S.E