Keberhasilan Warung Pecel Lele di Batam: Pelajaran dari Adab Sang Penjual

Mengapa Warung Itu Ramai?

Kesuksesan sebuah warung tidak hanya diukur dari rasa makanan yang disajikan, tetapi juga dari bagaimana penjual memperlakukan pelanggannya. Sopan santun, keramahan, dan sikap yang menghargai semua orang yang datang, bahkan yang hanya lewat di depan warung, menjadi magnet yang kuat untuk menarik pelanggan. Adab dan etika inilah yang menjadi daya tarik utama bagi pelanggan untuk kembali lagi.

Pada suatu malam di kota Batam, saya berkeliling mencari tempat makan dan tertarik dengan sebuah warung pecel lele yang berlokasi di dekat hotel Golden View dan terlihat ramai dari kejauhan. Di sana, saya melihat seorang bapak-bapak yang tampak sibuk memasak. Saya pun berjalan menuju warung tersebut. Saat tiba di depan warung, saya disambut dengan sangat ramah oleh seorang anak muda. Keramahan dan senyuman yang ia tunjukkan mengingatkan saya pada ajaran yang selalu saya berikan kepada anak-anak di rumah, para santri, dan staf humas di kantor tempat saya bekerja.

Baca Juga :  Menguak Praperadilan dan Politik Peradilan di Indonesia

Warung tersebut dioperasikan oleh tiga orang dengan tugas masing-masing yang jelas. Sang bapak berada di depan mengurus masakan, sang ibu di belakang mengambil air dan menerima pembayaran, sementara anak laki-laki membantu di depan dengan menyambut tamu, mencatat pesanan, dan membantu menyiapkan bahan masakan. Keharmonisan dan kerjasama yang baik di antara mereka menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pelanggan.

Ketika saya masuk ke warung, anak muda tersebut dengan sopan menanyakan, โ€œBapak mau makan apa?โ€ sambil tersenyum. Ia juga bertanya apa yang ingin saya minum dengan sikap yang sama santunnya. Setelah pesanan saya datang, ia mengatakan, โ€œIni pak, semoga cocok dengan selera bapak ya,โ€ dengan nada yang penuh keramahan. Pengalaman ini memberikan kesan mendalam bagi saya, betapa adab yang baik mampu membuat pelanggan merasa dihargai dan nyaman.

Baca Juga :  Mengukur Seberapa Jauh Penerapan Zero Carbon dan Perjanjian Paris

Namun, tidak semua anggota keluarga menunjukkan adab yang sama. Ketika saya sedang menikmati hidangan, seorang remaja perempuan datang dan langsung meminta ibunya untuk membuatkan es teh manis dengan nada kurang sopan. Perilakunya yang manja kontras dengan kesibukan ayah, ibu, dan abangnya yang sedang melayani pelanggan. Andai saja remaja tersebut membantu di warung, tentu hati kedua orang tuanya akan lebih bahagia. Adab yang baik sangat penting dalam menjalankan usaha karena perilaku yang kurang baik bisa membuat pelanggan enggan kembali.

Keesokan harinya, saya kembali makan di warung tersebut dan sekali lagi disambut dengan ramah. Saat itu, sang bapak baru selesai shalat dan langsung bertanya kepada saya dengan sopan, โ€œBapak mau makan apa?โ€ Keramahan dan kesantunan yang konsisten ini membuktikan bahwa adab yang baik memang telah menjadi budaya dalam keluarga tersebut. Sikap ramah dan sopan tidak hanya diajarkan, tetapi juga dicontohkan oleh sang bapak, menunjukkan betapa pentingnya teladan dalam mendidik anak-anak.

Baca Juga :  Anak Penjual Tisu Itu Bernama Marfe

Mengajarkan adab yang baik kepada anak-anak di rumah adalah hal yang sangat penting. Adab yang baik akan menjadi modal berharga bagi mereka dalam menjalankan usaha atau bekerja di mana saja. Seperti kata pepatah, “Orang beradab lebih tinggi daripada orang berilmu.” Kesuksesan tidak hanya diukur dari keterampilan dan pengetahuan, tetapi juga dari bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan hormat dan sopan.

Kisah nyata ini semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

Penulis : Hasneril, S.E

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
3,758PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles