Malut, Investigasi.news – Di tengah arus zaman yang serba cepat, ketika sebagian besar orang berlomba-lomba meraih pencapaian instan, kisah Sahrul Takim memberikan perspektif yang berbeda tentang arti sebuah perjuangan. Perjalanan akademiknya hingga meraih gelar Doktor (DR) dari Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) bukan hanya soal pencapaian pribadi, melainkan juga cermin dari keteguhan hati, kesabaran, dan pengabdian terhadap ilmu serta masyarakat.
Sahrul Takim bukan berasal dari lingkungan akademik elite. Ia lahir dan tumbuh dalam realitas kehidupan yang sederhana. Namun, sejak awal, ia telah menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk bermimpi besar. Pendidikan adalah jalan sunyi yang ia pilih dengan penuh kesadaran, sebuah jalan yang menuntut pengorbanan, tetapi juga menjanjikan kebermaknaan.
Menempuh studi doktoral di UMPAR Parepare tentu bukan perkara mudah. Ia dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari beban akademik yang kompleks, keterbatasan ekonomi, hingga tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Namun, di tengah segala keterbatasan itu, tekad dan semangatnya tak pernah padam. Di setiap langkahnya, ia menyimpan keyakinan bahwa ilmu adalah cahaya yang akan menerangi jalan perubahan.
Apa yang membuat perjuangan ini semakin bermakna adalah hadirnya dukungan dari lingkungan terdekat. Ketua Yayasan Babussalam dan Pimpinan STAI Babussalam Sula Maluku Utara turut memberikan ruang, dorongan, dan motivasi moril yang begitu besar. Dukungan institusi ini bukan hanya mencerminkan kepercayaan terhadap kapasitas pribadi Sahrul Takim, tetapi juga menunjukkan komitmen kolektif untuk mendorong kemajuan sumber daya manusia di daerah.
Tak kalah penting adalah dukungan dari keluarganya. Dalam kesederhanaan dan kesunyian proses, sang istri dan anak-anaknya menjadi penopang semangat. Mereka turut menanggung beban dan merasakan getirnya perjuangan. Namun justru dari sanalah tumbuh kekuatan yang tak terlihat: cinta dan ketulusan.
Ketika akhirnya ia berhasil mempertahankan disertasi dan dinyatakan lulus sebagai doktor, momen itu menjadi puncak dari sebuah proses panjang yang dilalui dengan air mata, doa, dan kerja keras. Gelar DR yang kini melekat di namanya bukan hanya simbol prestasi, melainkan juga simbol perjuangan, ketekunan, dan tanggung jawab intelektual.
Di momentum kelulusan ini, Ketua Yayasan Babussalam Sanana ( Hi. Abd. Rahman Kharie, S.Ag, M.Pd.I ) menyampaikan pesan moral yang menyentuh hati:
“Keberhasilan Sahrul Takim adalah kemenangan bersama. Ini bukan hanya tentang satu individu yang meraih gelar, tetapi tentang semangat kolektif kita untuk membangun pendidikan Islam dan perguruan tinggi di daerah. Kami percaya, ilmu yang diraih harus kembali ke umat. Dan hari ini, kami yakin, Sahrul akan menjadi cahaya di tengah masyarakat, menerangi dengan ilmu, dan membimbing dengan akhlak.”
Pesan itu bukan hanya apresiasi, tetapi juga penegasan bahwa setiap gelar yang diraih harus bermuara pada kemanfaatan. Pendidikan bukan tujuan akhir, melainkan tangga untuk mencapai pengabdian. Sahrul Takim, dengan gelar doktoralnya, telah membuktikan bahwa dengan ketekunan, dukungan, dan niat tulus, siapapun bisa berdiri di puncak yang bermartabat.
Oleh: Mohtar Umasugi
(Akademisi STAI Babussalam Kepulauan Sula)