Ikan Keramba di Danau Maninjau Mengambang

More articles

spot_img
Agam, Investigasi.news – Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat menyebutkan sekitar Rp3,6 miliar kerugian petani di Danau Maninjau, akibat ikan mati mendadak 200 ton setelah oksigen berkurang di danau vulkanik itu.

“Kerugian Rp3,6 miliar berasal dari 200 ton ikan siap panen di danau vulkanik itu, sedangkan harga ikan di lokasi Rp18 ribu per kilogram,” kata Penyuluh Perikanan Kecamatan Tanjungraya, Asrul Deni Putra di Lubukbasung, Minggu (12/12).

Ia mengatakan 200 ton ikan itu milik 150 orang petani yang tersebar di Nagari Koto Kaciak sebanyak 50 orang dan Nagari Tanjung Sani sebanyak 100 orang.

Di Koto Kaciak, tambahnya, jumlah ikan mati sekitar 150 ton dan kerugian setiap petani dari 500 sampai lima ton.

Sementara di Tanjung Sani sebanyak 50 ton ikan mati milik 100 orang petani.

“Di Tanjung Sani tidak begitu banyak keramba jaring apung yang ditebar bibit ikan oleh petani,” katanya.

Ia mengatakan, ikan jenis nila dan mas itu mati akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu.

Akibatnya, terjadi pembalikan air di dasar danau vulkanik itu, sehingga oksigen berkurang.

Setelah itu, ikan di dalam keramba jaring apung mengalami pusing dan mati.

“Beberapa jam, bangkai ikan mengapung ke permukaan danau,” katanya.

Ia mengimbau, petani untuk segera memanen ikan dan memindahkan ke kolam air tenang, agar tidak mati karena curah hujan masih tinggi dan beresiko untuk kematian ikan.

Sebelumnya, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mengimbau agar petani untuk menunda menebar bibit ikan dari September sampai Januari.

Pada bulan itu, tambahnya, curah hujan disertai angin kencang berpotensi melanda daerah itu, sehingga oksigen akan berkurang dan ikan akan mati.

“Kita telah memasang papan imbauan di sekitar Danau Maninjau,” katanya. Daji

spot_img

Latest

spot_img