Iklan bank Jatim

Pedagang Pasar Ateh Bukittinggi Keluhkan Sepinya Pembeli, Calon Wali Kota Janjikan Solusi

More articles

Bukittinggi, investigasi.news-Sebagian pedagang di Pasar Ateh, Bukittinggi, mengeluhkan kondisi pasar yang semakin sepi. Rendahnya minat beli masyarakat memaksa para pedagang untuk mencari strategi baru agar tetap mendapatkan keuntungan.

Salah seorang pedagang Pasar Ateh, N, menyampaikan bahwa dirinya dan rekan-rekan pedagang lain sedang berjuang untuk mempertahankan kelangsungan hidup, khususnya bagi generasi penerus. Mereka berharap agar Pasar Ateh tetap menjadi ikon yang hidup dan dapat menopang perekonomian mereka. Menurutnya, bagi para pedagang, Pasar Ateh adalah satu-satunya sumber penghasilan.

“Pasar ini adalah tumpuan hidup kami. Kami berharap para calon pemimpin peduli dengan kondisi Pasar Ateh. Kami tidak ingin hanya mendengar janji tanpa tindakan, karena hingga kini belum ada perubahan yang kami rasakan,” ujar N.

Baca Juga :  Mufakat Aklamasi, Deri Asta Pimpin Pordasi Sumbar Periode 2022-2026

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya beruntung karena lokasinya dekat dengan akses tangga, yang membuat tokonya lebih mudah dijangkau pembeli. Namun, banyak pedagang lain yang berada jauh dari jalan utama, sehingga sulit menarik pembeli.

“Saat Pasar Ateh pertama kali dibuka, Alhamdulillah, masih ada transaksi jual beli. Namun, seiring waktu, pasar semakin sepi, dan setiap bulan ada pedagang yang menutup tokonya. Jika terus begini, tidak lama lagi, saat hari raya Idul Fitri, semua toko bisa tutup. Kami bisa gulung tikar,” tambahnya.

Calon Wali Kota Bukittinggi nomor urut 1, Marfendi, bersama Fauzan Haviz menanggapi keluhan ini dengan serius. Mereka berjanji akan mencari solusi jika terpilih. Marfendi mengakui bahwa banyak keluhan dari pedagang terkait tingginya biaya retribusi dan kondisi pasar yang sepi.

Baca Juga :  Kota Bukittinggi Adakan Finalis Duta Genre

“Langkah pertama adalah memastikan pasar nyaman dan aman dari segi konstruksi. Kedua, kita harus mendatangkan lebih banyak orang ke pasar dengan menata manajemen pemerintahan dan masyarakat Bukittinggi. Kita juga perlu mengundang wisatawan, baik domestik maupun internasional, tapi jika kondisi Bukittinggi seperti sekarang, akan sulit untuk menarik mereka,” ujar Marfendi.

Ia menambahkan, hanya sekitar 30-40 persen toko yang buka, sementara sisanya tutup. Untuk itu, masalah utama harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum berusaha meramaikan pasar. Penataan transportasi, pengelolaan acara, dan menghilangkan stigma negatif, seperti biaya parkir liar, harus menjadi prioritas.

“Insya Allah, jika pasar ini kembali hidup, minimal 50 persen permasalahan ekonomi masyarakat akan terselesaikan,” tutup Marfendi. Yas

Baca Juga :  Lapas Bukittinggi Dapat Penghargaan Atas Penilaian IKPA Dari KPPN

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest