Mentawai, Investigasi.news – Masyarakat di Pulau Sipora menghadapi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) akibat dua SPBU, yakni SPBU di Km 10 dan SPBU di Sioban, yang jarang beroperasi. Kondisi ini menyebabkan antrean panjang di SPBU Km 2, satu-satunya SPBU yang aktif melayani warga.
Pemilik SPBU Km 2, Sory, menegaskan bahwa kelangkaan BBM terjadi bukan karena stok di tempatnya habis, melainkan akibat beban distribusi yang tidak merata. “Minyak masih ada di SPBU saya, tapi karena dua SPBU lainnya tidak beroperasi, semua orang datang ke sini. Tentu saja antrean jadi panjang dan stok cepat menipis,” jelasnya.
Sory juga menyayangkan pemberitaan yang kerap menyudutkan SPBU Km 2 seolah menjadi penyebab kelangkaan BBM di Sipora. “Saya tidak bisa terus disalahkan. Di Mentawai ada tiga SPBU, tapi kalau dua lainnya jarang dibuka, jelas masyarakat hanya punya satu pilihan. Ini yang membuat stok cepat habis dan menyebabkan antrean panjang,” ujarnya.
Ia pun mengusulkan agar pemerintah atau pemilik SPBU di Km 10 dan Sioban lebih aktif mengoperasikan stasiun mereka. “Kalau memang tidak bisa dibuka secara rutin, sebaiknya dicarikan solusi, apakah dengan menjual SPBU tersebut kepada pihak yang siap mengelolanya atau mencari investor yang benar-benar memahami manajemen SPBU agar distribusi BBM di Sipora lebih lancar,” tegasnya.
Kelangkaan BBM di Sipora berdampak pada aktivitas masyarakat, terutama bagi para nelayan dan pelaku usaha yang sangat bergantung pada pasokan bahan bakar. Warga berharap pemerintah segera turun tangan agar ketiga SPBU di Mentawai dapat beroperasi secara merata dan mengatasi kelangkaan yang terus terjadi.
Mebri