Padang, investigasi.news โ Laga semifinal kedua antara PSP Padang kontra PSKB Bukittinggi di Stadion Sungai Sariak, Padang Pariaman pada Senin (6/12) terhenti di menit akhir dan berakhir ricuh.
Pertandingan itu diketahui tidak mengantongi izin dari kepolisian dan melanggar protokol kesehatan dengan jumlah penonton ribuan orang dan melebihi kapasitas stadion. Penghentian pertandingan itu akhirnya berbuntut panjang dan menuai reaksi banyak pihak.
Pada laga yang terhenti saat kedudukan 1-2 untuk keunggulan PSKB itu, Stadion Sungai Sariak penuh sesak. Alhasil, penonton yang datang meluber hingga ke pinggir lapangan di samping gawang sisi utara.
Kendati dengan kondisi seperti itu, pertandingan tetap dilangsungkan sebelum dihentikan wasit dua menit jelang peluit panjang. Dalam laga itu, skuad PSP yang dilatih pelatih Delfi Adri lebih mendominasi permainan. Sepanjang babak pertama bahkan berlanjut ke babak kedua.
Gol pembuka bagi PSKB tercipta melalui bola mati. Keputusan wasit memberikan sepakan bebas itu sempat diprotes pemain PSP. Namun keputusan wasit tidak berubah. Sontekan pemain PSKB dari luar kotak penalti menusuk ke sisi kanan gawang PSP yang dikawal Bagas.
Gol kedua PSKB tercipta di babak kedua. Berawal dari serangan balik, sontekan pemain PSKB kembali merobek jala gawang Bagas. Pada menit 80, PSP memperkecil skor 1-2. Gol PSP cukup apik.
Memasuki menit-menit akhir berawal dari salah seorang pemain PSP merasa dilanggar di daerah luar kotak penalti PSKB. Wasit Parizon tidak bergeming dan tetap melanjutkan laga. Hal inilah yang membuat kubu PSP melakukan protes kepada wasit asal Payakumbuh itu.
Alhasil, pemain dan ofisial PSP mengerubungi wasit Parizon dan selanjutkan Parizon diamankan ke dalam stadion. Hingga berita ini dibuat, keputusan dari Pengawas Pertandingan belum didapatkan.
Hanya saja, berkemungkinan besar PSKB lolos ke final dengan skor akhir 1-2. Dengan hasil, PSKB bakal bertemu Gasliko di partai puncak. Dari jadwal semula partai final bakal ditabuh pada 9 Desember 2021. Namun, laga finalnya di stadion mana masih belum diputuskan Panpel Liga 3 Asprov PSSI Sumbar.
Sementara itu, Ketua Panitia Liga 3 Asprov PSSI Sumbar, Yulius Dede menjelaskan bahwa saat pertandingan hanya bersisa dua menit, wasit mengaku mendapatkan intimidasi.
โWasit tidak melakukan walk out. Namun, dilaporkan ada intimidasi dan ancaman. Menurut laporan pengawas pertandingan, intimidasi muncul dari salah satu anggota tim kepelatihan PSP Padang. Dengan adanya ancaman tadi, tentu kinerja wasit untuk bekerja jadi terhambat,โ ujarnya, Selasa (7/12).
Wasit ke-4 dan wasit utama kemudian berdiskusi membahas tindakan apa yang akan diberikan menanggapi dugaan intimidasi tersebut agar laga tetap kondusif. Sewaktu berdiskusi tersebut, Yulius melanjutkan, datang berkerumun orang-orang dari pihak ofisial PSP Padang.
โDengan situasi tidak kondusif tersebut, tentu wasit kemudian mengamankan diri. Dengan bantuan pihak keamanan, wasit dibawa ke kamar wasit,โ kata Yulius.
Teranyar, Manajemen PSP Padang melayangkan protes kepada federasi sepakbola Indonesia, PSSI. Protes tersebut terdokumentasikan dalam surat bernomor 095/PSP-PDG/XI/2021 tertanggal 7 Desember 2021.
Surat protes itu ditandatangani langsung oleh Manajer PSP Padang, Irwan Afriadi. Ia menilai laga tersebut ilegal. Irwan menjelaskan, laga partai semifinal ini dilakukan tanpa adanya izin keramaian dari pihak kepolisian setempat. Selain itu, laga tersebut juga abai protokol kesehatan sesuai dengan regulasi Liga 3 pasal 6 dan 7.
Kemudian, Irwan juga menjelaskan, jumlah penonton yang hadir juga melebihi kapasitas stadion yang hanya mampu menampung tiga ribu orang. โDiperkirakan penonton ada 10 ribu orang dari kapasitasnya tiga ribu orang. Bahkan saat rapat koordinasi pertandingan disepakati dengan penonton 299 orang,โ katanya.
Selanjutnya, panitia pelaksana telah lalai, tidak siap dan tidak sanggup melaksanakan laga semifinal tersebut. โKami sudah mempertanyakan dan memperingati Match Commissioner dan wasit yang bertugas saat jeda pertandingan. Pada saat itu kami meminta jaminan keamanan dan jika tidak bisa maka kami minta pertandingan dipindahkan,โ katanya.
Tidak hanya panas di lapangan, kericuhan antara PSP dengan PSKB juga merembet ke jagat maya. Warganet ramai-ramai membicarakan konflik yang terjadi antar kedua klub tersebut.
Di Facebook, akun Mahdi Madi Fadra menyayangkan kericuhan yang terjadi. Sebab, sebagai orang Minangkabau dan Sumbar secara umum, mestinya saling mendukung satu sama lain, sehingga Sumbar memiliki perwakilan di sepakbola kancah nasional.
โSaya orang Bukittinggi siapapun yang menang tetap tim kita juga, tim Sumbar. Yang penting klub dari Sumbar harus ada bersaing dengan klub lain di tingkat nasional. Contoh Semen Padang, seluruh daerah Sumbar mendukungnya.
Tidak perlu saling sikut. Mari kita dukung agar klub kita maju ke kasta yang lebih tinggi dan bisa jadi raja di Sumatra dan Indonesia,โ katanya.
Sementara akun Donald Windra meminta PSP Padang untuk berlapang dada dan menerima kekalahan atas PSKB. โPertandingan dihentikan ketika sudah injury time, maka berbesar hati sajalah PSP. Semoga sepakbola Sumbar semakin banyak menempatkan wakil-wakilnya di kancah sepakbola nasional,โ katanya.
Sementara di Instagram akun @pasukanmarawa meminta Asprov PSSI Sumbar mengevaluasi jajaran pengurus PSP karena sudah mencoreng nama besar PSP Padang.
โTolong kepada bapak-bapak terhormat yang duduk di jajaran pengurus pakai nurani. Apa yang kalian lakukan ini mencoreng nama besar Pandeka Minang. Jangan dipaksakan betul kehendak tak masuk akal kalian itu,โ katanya.
(DMC)