Pasaman, Investigasi.News – ” Dima ayah pak dima bunda tek (Dimana ayah pak, dimana bunda buk:red) itulah jeritan tangis dari dua Gadis balita yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh kedua orang tua mereka karena bencana yang melanda.
Pilu memang mendengar pertanyaan sederhana dari mulut bocah tersebut. Teriris hati ini rasanya melihat dan mendengar gigauan Mereka berdua siang dan malam. Derita dan luka hati yang dialami dua gadis balita; Nadia 4 tahun, dan Alisya 3 tahun, di Kampuang Guguang, Jorong Siparayo, membuat kita tak kuasa menahan air mata.
Mereka Korban dari gempa, galodo dan banjir bandang yang meluluh lantakan kampung dan keluarga mereka Nagari Malampah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.
Sampai saat ini Mereka masih menunggu kepulangan kedua orang tuanya. Mereka belum menyadari saat ini. Mereka masih mempertanyakan keberadaan ayah dan bundanya, Kepada siapa saja yang datang melihatnya. Ya Allah kuatkan hati mereka, hanya doa dan bantuan yang dapat kita berikan saat ini.
Sementara itu Minggu yang lalu ditemukan jasad Rodi (32), ayah Nadia. Sementara Ibunya, Upiak Madan (27) masih dalam pencarian tim SAR. Pengakuan dari eteknya kedua gadis balita ini sering menangis saat malam. “Malam acok manangihnyo, Pak, dima bunda, Tek?, tanyanya.
Yang sangat menyayat hati Nadia nunggu Ayah pulang, dia janji mau bawakan KfC, sementara ” Ayah yang ditunggu tidak akan pernah kembali, tapi karena mereka masih anak-anak, tentu mereka belum mengerti, apa sebenarnya yang terjadi pada keluarga mereka walaupun dikasih tahu ya mereka belum mengerti.
Sementara itu lain pula dengan kisah sedih gadis balita, Alisya kerap menangis di dekapan sang Bunda. Sering ia menanyakan ayahnya. Dia tidak tahu jika Sapar (49) ayahnya sampai detik ini masih terus dalam pencarian Tim SAR dan masyarakat.
Bilo ayah pulang, Nda? Keceknyo capek pulang sampai kini alun pulang lai? Indak sayang ayah ka Ica lai, Nda? (Kapan Ayah pulang Bunda? Katanya cepat pulang kok sampai sekarang belum pulang juga? Apakah ayah tidak sayang lagi ke Ica Nda?)
Begitu teriris hati sang Bunda mendengar tangisan dan pertanyaan-pertanyaan yang terus diucapkan anak gadis balitanya itu di dalam tenda tempat Alisya berteduh dari terik matahari.
Informasi yang didapatkan Media ini menurut keterangan Ni Jas, Etek Nadia, keluarga mereka dan masyarakat masih terus mencari keberadaan kedua korban gempa yang hilang tersebut (Ibu Nadia dan Ayah Alisya) di sekitaran kebun dekat sungai.””,katanya.
Kisah sedih yang didengar sebelum hilangnya kedua orang tua gadis balita malang ini pasca gempa,galodo dan Banjir bandang ini “, dua pasang orang tua Nadia dan Alisya, Jumat, 25 Februari itu, sedang ada di kebun. Saat gempa pertama, Ibu Alisya pulang dulu sebab khawatir keadaan Alisya yang ditinggal di rumah. Kemudian datang gempa kedua dengan kekuatan Magnitudo 6,2 disertai longsor yang menghantam kebun milik warga.
Sejak itulah orang tua Nadia dan Alisya hilang, Ayah Nadia pada hari Minggu baru ditemukan dalam keadaan meninggal dunia sedangkan Ibu Nadia dan Ayah Alisya sampai saat ini belum tahu keberadaannya.
“Kami keluarga besar Nadia dan Alisya meminta doa dari kita semua semoga orang tua Nadia dan Alisya segera ditemukan dalam keadaan sehat selamat, terima kasih banyak kami ucapkan atas perhatian kita semua kepada Nadia dan Alisya,” ucap Etek Nadia, dengan nada sedih. (Tim Investigasi)