Editorial : Investigasi.news – Pulau Taliabu kini menghadapi krisis di berbagai sektor yang semakin memprihatinkan. Mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur, semuanya berada dalam kondisi yang memerlukan perhatian serius. Kondisi ini sangat kontras dengan janji-janji pembangunan yang kerap disampaikan oleh para pejabat daerah. Kini, masyarakat mempertanyakan apakah pemimpin mereka benar-benar peduli terhadap kesejahteraan rakyat atau hanya fokus pada ambisi politik.
Pendidikan Dalam Krisis
Di dunia pendidikan, masalah paling mencolok adalah fasilitas sekolah yang tidak memadai. Banyak siswa di Taliabu terpaksa belajar tanpa kursi dan meja. Kondisi ini sangat tidak layak, bahkan beberapa siswa harus tiarap di lantai untuk bisa mengikuti pelajaran. Hal ini mencerminkan bagaimana pendidikan di daerah ini terabaikan.
Selain itu, dugaan pemotongan Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) memperparah situasi. Dana yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki fasilitas dan mendukung kegiatan belajar-mengajar justru diduga diselewengkan. Tidak heran jika bangunan sekolah yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) kini terbengkalai. Pembangunan sekolah yang tidak selesai menambah daftar panjang proyek mangkrak di Taliabu.
Bantuan Rumah Kumuh yang Tak Kunjung Terwujud
Tak hanya di sektor pendidikan, masalah juga terjadi di sektor perumahan. Program bantuan rumah kumuh yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin, justru mengalami kebuntuan. Proyek ini mangkrak meski anggaran telah habis. Warga yang seharusnya mendapatkan manfaat dari program ini kini harus menunggu tanpa kepastian.
Kritikan juga mengarah kepada mantan Kepala Dinas Sosial, La Utu Ahmadi (UTU), yang diduga memiliki keterkaitan dengan proyek mangkrak tersebut. Kini, La Utu berpasangan dengan mantan Kepala Dinas Pendidikan Citra Puspasari Mus (CPM) yang juga sedang dalam sorotan karena dugaan penggunaan ijazah palsu, mencalonkan diri sebagai Bupati Taliabu. Kedua figur ini dianggap oleh sebagian masyarakat gagal menjalankan tugas sebelumnya dan tidak pantas memimpin kembali.
Infrastruktur yang Hancur Lebur
Di sektor infrastruktur, jalan di berbagai wilayah Taliabu mengalami kerusakan parah. Proyek jalan rabat beton Enggele-Lede yang seharusnya memperlancar transportasi antarkecamatan, kini hanya menjadi tumpukan beton yang tak terpakai. Kondisi jalan yang rusak parah semakin mempersulit akses masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil. Infrastruktur yang rusak ini tidak hanya menghambat kegiatan ekonomi, tetapi juga mengisolasi beberapa wilayah di Taliabu.
Hak Tenaga Kesehatan Terabaikan
Lebih jauh lagi, krisis juga melanda sektor kesehatan. Para tenaga kesehatan di Taliabu menghadapi masalah serius, yakni hak-hak mereka yang tidak terpenuhi. Banyak dari mereka yang belum menerima insentif sesuai dengan hak mereka, meskipun telah bekerja keras di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan. Penundaan pembayaran hak para tenaga kesehatan ini menjadi sorotan karena mengancam kualitas layanan kesehatan di Taliabu, terutama di daerah-daerah terpencil.
Ambisi Politik di Tengah Krisis
Di tengah krisis yang melanda berbagai sektor, Bupati Taliabu saat ini, Aliong Mus (AM), justru berani mencalonkan diri sebagai Gubernur Maluku Utara. Masyarakat mulai mempertanyakan kelayakan pencalonannya, mengingat banyak masalah di Taliabu yang belum terselesaikan. Dengan kondisi pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang kacau, apakah Bupati yang gagal membenahi Taliabu layak memimpin Maluku Utara?
Layakkah Mereka Memimpin?
Dugaan penggunaan ijazah palsu oleh mantan Kepala Dinas Pendidikan (CPM) yang kini mencalonkan diri sebagai Bupati bersama La Utu Ahmadi, mantan Kepala Dinas Sosial, menambah kekhawatiran masyarakat. Kedua tokoh ini dianggap terlibat dalam berbagai proyek mangkrak di Taliabu, termasuk bantuan rumah kumuh dan pembangunan sekolah. Masyarakat kini mempertanyakan, layakkah mereka maju sebagai pemimpin di tengah krisis yang terjadi?
Pulau Taliabu kini berada dalam situasi kritis. Dari sektor pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur, semuanya membutuhkan perhatian serius. Dengan kondisi ini, apakah masyarakat akan terus memilih pemimpin yang terbukti gagal, atau saatnya bagi Taliabu untuk bangkit dan memilih pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kemajuan daerah?
(Red)