Sidak ke Proyek Draenase di Pasar Banto, Anggota DPRD Bukittinggi Mengamuk

More articles

Bukittinggi, Investigasi.news-Anggota DPRD Kota Bukittinggi, Ibra Yasser “mengamuk” dan terlibat pertengkaran mulut dengan pengawas proyek drainase saat meninjau melalui Inspeksi Mendadak Sidak (Sidak) pekerjaan yang bernilai Rp12,9 Miliar.

Ibra Yasser dari Komisi III melakukan Sidak terkait pengawasan atas masukan yang diberikan pada penyelenggara proyek beberapa waktu lalu yang menurutnya tidak diindahkan oleh pihak kontraktor.

Ia kemudian terlibat cekcok dengan pengawas proyek yang ada di lapangan, menurutnya pihak pengawas tidak maksimal dalam mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

“Kalau saya yang jadi pengawas, sudah saya berhentikan pekerjaan ini, masukan yang kami berikan sudah lebih sepuluh hari tidak juga dikerjakan,” kata Ibra Yasser di Bukittinggi, Senin (22/11).

Baca Juga :  Polemik Pengadaan Jaringan Provider Mayatama di Pemko Sawahlunto Sampai ke Meja Hijau

Ia mengatakan sangat kecewa dengan penyelenggaraan proyek drainase yang membelah jalan dari Simpang Kangkuang hingga Pasar Banto itu.

“Sangat kecewa, termasuk tidak adanya pihak kontraktor ketika Sidak kami lakukan, pekerjaan yang tidak maksimal ini menganiaya masyarakat dan pedagang, pengawas juga harus aktif memberikan instruksi terkait hal ini ” kata dia.

Ia menyebut pihak pemborong hanya mencari keuntungan dari penyelenggaraan proyek dengan mengabaikan kepentingan warga dan pedagang yang beraktifitas di sepanjang jalan lokasi proyek.

Ia meminta kepada pemborong untuk bekerja lebih bertanggung jawab dan disesuaikan dengan target yang telah disepakati.

“Salah satu contohnya, 14 box masuk yang belum juga dibongkar, jalanan harus dibersihkan, kosongkan sisa material, bekerjalah sesuai spek yang benar,” kata dia.

Baca Juga :  Diduga Perkebunan Sawit Tunas Rimba Dharmasraya Masuk Hutan Produktif, Instansi Terkait Tutup Mata

Pengawas proyek drainase yang berada di lokasi, Guntur mengatakan hari ini merupakan minggu ke-13 pekerjaan yang hanya menyisakan waktu enam minggu saja.

“Sesuai target atau tidaknya itu tergantung kontraktor, kami hanya mengawasi dan telah memberikan instruksi terkait pekerjaan seperti Keamanan, APD dan P3K,” kata Guntur.

Ia juga menyayangkan dengan diabaikannya beberapa instruksi yang telah disampaikan kepada kontraktor.

“Seperti 25 orang pekerja Mainhole sebanyak 69 titik, seharusnya dikerjakan oleh 40 orang, kami juga tidak bisa begitu saja menghentikan karena harus melalui pihak PUPR,” kata dia. Antara

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest