Malang, investigasi.news – Di tengah hiruk-pikuk kawasan bersejarah Kayutangan Heritage, berdiri sebuah tempat yang tak hanya menggoda lidah, tetapi juga menyentuh jiwa. Lafayette Coffee & Eatery, yang terletak strategis di Jalan Semeru No. 2, Kecamatan Klojen, Kota Malang, bukan sekadar tempat nongkrong biasa—ia adalah pengalaman kuliner dengan sentuhan spiritual yang menenangkan.
Sejak buka pukul 08.00 hingga 22.00 WIB setiap hari, Lafayette selalu ramai dikunjungi, baik oleh warga lokal maupun wisatawan yang penasaran akan reputasinya sebagai tempat makan unik yang menyatukan estetika klasik Eropa dan semangat Islami dalam satu ruang yang harmonis.
Begitu melangkah masuk, pengunjung langsung disambut suasana “feel like home” yang hangat dan penuh nostalgia. Interiornya bergaya vintage dengan detail autentik—pintu kayu tua, jendela kaca patri, hingga kursi-kursi klasik—berpadu manis dengan desain modern di tiga lantai bangunannya.
Rooftop Jadi Favorit, Murrotal Jadi Identitas
Yang paling menarik dari Lafayette bukan hanya keindahan arsitekturnya. Di lantai tiga, tersedia area rooftop yang menghadirkan dua nuansa berbeda: sisi kiri untuk bersantai kasual, sementara sisi kanan menyerupai ruang makan keluarga—intim dan cocok untuk pertemuan privat. Namun, kejutan sesungguhnya datang dari atmosfer yang diciptakan lewat alunan murrotal Al-Qur’an. Bukan pop, bukan jazz—tapi bacaan ayat-ayat suci dari imam-imam besar Masjidil Haram yang mengalun lembut, menenangkan hati siapa pun yang duduk di sana.
Menu Lengkap dan Harga Bersahabat
Lafayette menyajikan berbagai menu dari lokal hingga internasional. Masakan Nusantara dibanderol mulai dari Rp24.000–Rp155.000, sedangkan menu Western dari Rp24.000–Rp165.000. Camilan dan minuman pun tak kalah menggoda, termasuk kopi ala Lafayette dengan sentuhan es krim dan susu.
Meski tampil elegan dan berkelas, harga tetap ramah di kantong. “Kami ingin tempat ini bisa dinikmati semua kalangan, baik dari sisi suasana maupun harga,” ujar Abdul Rozaq, penanggung jawab operasional, saat ditemui Selasa (22/4).
Kearifan Lokal dan Identitas Arab
Tak hanya dari sisi kuliner dan suasana, Lafayette juga menyisipkan pesan identitas yang kuat. Tiga bahasa—Indonesia, Inggris, dan Arab—digunakan dalam berbagai penunjuk arah dan kutipan inspiratif yang menghiasi area kafe. Konsep ini mencerminkan visi sang pemilik, Yusuf Basalamah, pengusaha keturunan Arab yang aktif mengembangkan usaha berbasis syariah.
Didirikan sekitar empat tahun lalu, Lafayette hingga kini tetap menjadi satu-satunya kafe di Malang yang mengusung konsep Islami-klasik yang kental. “Kami belum berpikir untuk ekspansi. Fokus kami adalah menjaga kualitas dan memberi kesan mendalam untuk setiap tamu yang datang,” tambah Rozaq.
Bukan Sekadar Tempat Makan, Tapi Tempat Pulang
Dengan paduan interior klasik, layanan hangat, musik murrotal yang menyejukkan, dan cita rasa yang memikat, Lafayette Coffee & Eatery menjelma sebagai lebih dari sekadar tempat makan. Ia adalah ruang untuk menepi, merenung, dan kembali—bukan hanya ke rasa, tapi juga ke makna.
Guh