Nilai Perdagangan Ekspor Tahun 2022 Surplus Sebesar 54,46 USD

More articles

spot_img

Mengakhiri tahun 2022, di bulan Desember yang lalu kinerja perdagangan luar negeri nasional mengalami surplus sebesar 3,89 miliar US$. Pada sektor non migas sebenarnya mengalami surplus yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,61 US$, namun karena pada sektor migas mengalami defisit 1,72 miliar US$ maka mengakibatkan total surplus lebih rendah.

Seperti diketahui bahwa neraca perdagangan merupakan selisih antara total nilai transaksi ekspor dengan nilai transaksi impor. Dimana ketika nilai transaksi ekspor lebih tinggi dibanding nilai transaksi impor maka akan terjadi surplus neraca perdagangan. Tetapi jika terjadi hal yang sebaliknya, maka akan terjadi defisit.
Dengan nilai ekspor dan impor yang terjadi di bulan Desember tersebut, maka selama tahun 2022 total nilai ekspor Indonesia ke negara lain mencapai sekitar 291,98 miliar US$, sedangkan nilai impornya sebesar 237,52 miliar US$. Dengan kondisi tersebut terlihat bahwa neraca perdagangan nasional mulai Januari hingga Desember 2022 terjadi surplus sebesar 54,46 miliar US$. Bahkan selama tiga tahun terakhir menunjukkan tren surplus yang semakin meningkat, setelah terjadi defisit di tahun 2018 dan 2019.

Jika dilihat lebih ke dalam, sebenarnya pada sektor migas, dimana sebagian besar sektor ini masih mengandalkan bahan baku minyak mentah dari luar negeri, terjadi defisit sebesar 24,39 miliar US$. Tetapi pada sektor non migas menunjukkan kondisi yang menggembirakan dengan mencatat surplus sebesar 78,85 miliar US$.

Dibanding tahun 2021, nilai transaksi keduanya sama-sama mengalami peningkatan. Demikian pula nilai surplus yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa situasi perdagangan luar negeri Indonesia mengalami kondisi yang membaik dibanding tahun sebelumnya. Walau kondisi suhu geopolitik meningkat akibat invasi Rusia ke Ukraina di awal tahun, yang berimbas pada kondisi ekonomi dunia melemah, yang hingga saat ini belum juga menunjukkan tanda-tanda membaik.

Pada struktur ekspor, nilai ekspor masih didominasi oleh industri pengolahan yang mencapai 70,67 persen dari total nilai ekspor. Walau dari sisi nilai mengalami kenaikan, tetapi peran ekspor industri pengolahan mengalami penurunan akibat meningkat tajamnya nilai ekspor pertambangan sebesar 71,20 persen.

Demikian juga untuk nilai transaksi migas dan produk-produk pertanian, kehutanan dan perikanan juga mengalami peningkatan.
Bahan bakar mineral menjadi komoditas dengan nilai ekspor tertinggi. Diikuti oleh komoditas jenis lemak dan minyak hewani/nabati. China secara tradisional menjadi tujuan ekspor utama. 23,03 persen ekspor Indonesia masuk ke China. Amerika Serikat dan India menjadi negara dengan tujuan ekspor terbesar berikutnya dengan masing-masing 10,22 persen dan 8,44 persen.

Sedangkan untuk struktur impornya, nilai impor bahan baku dan penolong masih mendominasi sebesar 76,34 persen. Pun demikian untuk impor barang modal yang mengalami sedikit kenaikan. Sedangkan impor barang-barang konsumsi sedikit mengalami penurunan komposisi.

Plastik dan barang dari plastik menjadi komoditas impor non migas dengan nilai tertinggi dengan 5,64 persen. Disusul komoditas kendaraan dan bagiannya, kemudian ampas dan sisa industri makanan, serealia, barang dari besi/baja dan pupuk. Sama seperti ekspor, sepertiga lebih atau tepatnya 34,07 persen barang-barang impor non migas Indonesia berasal dari China. Selanjutnya berasal dari Jepang (8,66 persen), Thailand (5,50 persen), dan Korea Selatan (5,03 persen).

Oleh : Tri Karjono, Statistisi Ahli BPS Provinsi Jawa Tengah

spot_img

Latest

spot_img