FTW Dan Manifest Peradaban Pariwisata Di Kepulauan Sula

Malut, Investigasi.news – Ditengah kesibukan menyiapkan event ramah lingkungan (eco event) bertajuk Festival Tanjung Waka (FTW), investigasi.news berhasil melakukan wawancara dengan ketua panitia pelaksana.

Meski tidak mudah untuk bisa mengajak lelaki yang satu ini untuk ’bacarita’ (bicara-red), karena memang beliau dikenal sebagai sosok yang sedikit bicara namun banyak bekerja, berikut kutipan wawancara dengan ketua panitia pelaksana FTW tahun 2023, Syahjuan Fatgehipon.

Secara struktural jabatan Syahjuan Fatgehipon di Pemda Sula adalah Ka. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), namun secara fungsional Syahjuan secara berturut-turut (2022-2023) dipercaya Fifian Adeningsi Mus/Bupati Sula untuk menjadi ketua panitia pelaksana FTW.

Kepada media ini, pejabat yang cukup disegani dikalangan ASN Pemda Sula ini mengatakan jika membangun sebuah peradaban pariwisata itu bukan semudah membalikkan telapak tangan, butuh kerja keras, investasi besar, serta pastinya dukungan dari masyarakat sadar wisata.

Baca Juga :  Visi Bahagia Bupati Sula: Rekayasa atau Nyata, Simak Apa Kata Mereka

“Kami pernah melakukan studi banding ke salah satu desa wisata, namanya desa Penglipuran di daerah Bondowoso-Jatim dekat pelabuhan penyebrangan ke Bali, 20 tahun yang lalu mereka itu desa termiskin, tapi sekarang pendapatan desa itu minimal 1 miliar perbulan”, cerita Syahjuan (27/10).

Dari cerita ini dirinya ingin menggambarkan bahwa kegigihan dan semangat warga desa Penglipuran patut ditiru.

“Mereka tadinya tidak punya potensi apa-apa, daerahnya hampir 80% itu hutan bambu, mereka berjuang sekitar 15 tahun sampai akhirnya meraih predikat desa wisata terbersih nomor satu dunia dan sekarang punya penghasilan yang luar biasa”, tambah Syahjuan, pria yang cukup senior dikalangan ASN pemda Sula ini.

Baca Juga :  Ini Auditor Inspektorat Sula yang ’Dibegal’ Jabatannya, Diduga Mantan Inspektur Dalangnya

Lebih lanjut Syahjuan mengatakan jika FTW merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan (manifest) pembangunan serta pengembangan pariwisata di kepulauan Sula.

“Saya memaklumi jika hari ini masih banyak kritikan yang dialamatkan kepada kami, namun ada hal baik yang mau saya sampaikan, jika FTW sudah masuk prioritas pengembangan pariwisata di kemenparekraf, sejalan dengan masuknya FTW pada jajaran KEN tahun 2023, tentu ini sesuatu yang harus kita sambut secara optimisme untuk terus mengembangkan potensi pariwisata di Tanjung Waka”, tuturnya.

Pentingnya kesadaran masyarakat wisata menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan wisata di suatu daerah, imbuh Syahjuan.

“Saya juga pernah berkunjung di salah satu desa di Kabupaten Pulang Pisau di provinsi Kalteng, daerah yang awalnya hanya dikelilingi rawa-rawa dan dipenuhi pohon pandan, namun berkat dukungan masyarakat yang sadar akan wisata, kurang lebih dalam kurun waktu 25 tahun kini daerah tersebut sektor pariwisatanya menjadi unggulan penyumbang PAD”, pungkas Syahjuan.

Baca Juga :  Terkait Mutasi Auditor Dan Pencopotan Kades, Bupati Sula Terkesan Cuek, DPRD Diminta Tegas

Hari ini mungkin FTW belum signifikan menyumbang PAD, namun dari festival ini Tanjung Waka kini sudah dikenal secara nasional, bahkan beberapa negara di dunia sudah tau bahwa di kepulauan Sula ada destinasi wisata yang tidak kalah menarik dengan pantai Anyer di Banten, dan pantai Jimbaran di Bali, atau bahkan pantai Gili Trawangan di Lombok, di Sula ada pantai Tanjung Waka, tutup Sahjuan Fatgehipon ketua panitia pelaksana FTW tahun 2023.

( RL )

Related Articles

Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan

Latest Articles

Iklan
Iklan