Malut, Investigasi.News-Banjir yang terjadi di desa Waitina-Kec. Mangoli Timur Kab. Kepulauan Sula, pada Jumat 14 Juli 2023, akibat meluapnya sungai Wai Senga, merupakan potret kesedihan dari kejadian 3 tahun 10 hari lalu, tepatnya tanggal 4 Juli 2020, hal ini kemudian muncul pada debat publik dan debat kandidat Pilbup Sula tahun 2020, dimana ada segmen yang membahasa permasalahan banjir di desa Waitina.
Dalam potongan cuplikan video YouTube yang sudah beredar luas dimasyarakat, ada beberapa point yang disampaikan Hi. Saleh Marasabessy yang didampingi Fifian Adeningsi Mus, yang saat itu masih menjadi Cawabup dan Cabup Pilkada Sula tahun 2020, yang akhirnya dimenangkan mereka.
Dari sinilah kemudian muncul tudingan inkonsistensi rezim FAM-SAH, ketika melihat banjir Waitina dengan cuplikan video tersebut, rupanya jejak digital memang tidak bisa terhapus begitu saja.
Dalam video tersebut, pasangan Ningsi-Saleh menjanjikan (jika terpilih nanti):
1. Mengembalikan ekosistem di Waitina, karena menganggap banjir Waitina akibat dari adanya penebangan liar yang menganggu ekosistem disana,
2. Normalisasi kali atau sungai Waisenga,
3. Serta pembuatan tanggul-tanggul.
Dari tiga pernyataan Saleh Marasabessy, mungkin masyarakat bisa mengajukan pertanyaaan, misalnya apakah Pemda Sula selama ini pernah melakukan reboisasi di Waitina, atau pernah melakukan normalisasi kali Waisenga, dan juga terkait pembuatan Talud.
Setidaknya dari pertanyaaan itu akan muncul jawaban yang berujung kesimpulan, berkaca dengan kondisi saat ini, bahwa pernyataan Wabup Saleh Marasabessy saat itu selaras dengan yang dilakukan Pemda saat ini atau hanya sekedar agitasi murahan yang mengikis naluri kita semua warga kabupaten Kepulauan Sula.
( Rahman )