NTT, Investigasi.News โ Proyek pengerasan jalan dan jembatan di Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, kini menjadi simbol ketidakpuasan warga terhadap janji pemerintah desa. Mangkrak sejak Februari 2024, jembatan yang menghubungkan Desa Gurung Liwut dengan Desa Golo Meleng ini justru terhenti tanpa kejelasan, memicu kemarahan masyarakat yang menggantungkan hidup mereka pada akses vital ini.
Jembatan di jalur Mbeling-Tobang adalah urat nadi ekonomi lokal, menjadi satu-satunya jalur menuju 31 hektare sawah dan 75 hektare kebun warga. Namun, hingga Januari 2025, proyek yang menelan anggaran Rp 75 juta dari dana APBDes ini masih terbengkalai. “Kami sudah bosan dengan janji-janji tanpa tindakan. Pemerintah desa terus berdalih, tetapi tidak ada kemajuan di lapangan,” ungkap salah seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Menurut informasi yang diterima, keterlambatan ini diduga disebabkan oleh masalah serius dalam pengadaan material, bahkan ada indikasi dana proyek sudah habis sebelum pengerjaan selesai. Situasi semakin runyam ketika Florianus, Bendahara Desa, mundur di tengah proyek berjalan. Akibatnya, pengerjaan jalan dan jembatan tidak kunjung selesai, menambah derita warga yang harus melintasi jalan licin dan berbahaya setiap harinya.
โKami sudah berkali-kali menyampaikan keluhan dalam musyawarah desa, tapi hasilnya nihil. Janji tinggal janji,โ keluh warga lainnya. Media lokal sebelumnya juga telah menyoroti kasus ini pada Juli 2024, namun tidak ada perkembangan signifikan hingga saat ini.
Kepala Desa Gurung Liwut, Nikodemus Matu, berdalih bahwa lambatnya penyelesaian proyek disebabkan oleh kondisi cuaca buruk. โHujan membuat jalan licin sehingga material seperti pasir sulit diangkut,โ ujarnya. Namun, alasan ini dianggap warga sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab.
Nikodemus mengklaim pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan proyek tersebut di tahun 2025. Namun, warga tetap skeptis, mengingat rentetan janji serupa yang tidak terealisasi selama hampir setahun.
Minimnya pengawasan dianggap sebagai akar masalah lambannya penyelesaian proyek ini. Tim Pelaksana Proyek dinilai gagal menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga dana yang seharusnya digunakan secara efektif malah terbuang sia-sia.
Proyek ini adalah ujian bagi pemerintah desa Gurung Liwut untuk membuktikan keseriusan mereka dalam melayani masyarakat. Warga mendesak transparansi dalam penggunaan anggaran dan langkah konkret untuk menyelesaikan proyek secepatnya. “Kami tidak butuh alasan, kami butuh tindakan nyata,” tegas seorang warga dengan nada geram.
Dengan jembatan yang tak kunjung selesai, warga terus terjebak dalam kesulitan akses yang menghambat aktivitas sehari-hari dan ekonomi mereka. Proyek mangkrak ini menjadi sorotan tajam, memunculkan pertanyaan besar tentang integritas dan kompetensi pemerintah desa dalam mengelola dana publik.
S. Temi Laga