Biar Dibilang Apa Sih Lu Kek Gitu di Sosmed

More articles

spot_img

Jean Baudrillard merupakan seorang ahli teori prancis yang mengemukakan konsep Hyperrality yang secara sederhana didefinisikan sebagai sesuatu yang menggantikan realitas dengan representasinya.

Konsep yang dikemukakan oleh Baudrillard dikenal sangat radikal, yang beranggapan dunia saat ini merupakan simulacrum, dimana sulit membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. Hal ini diperparah oleh perkembangan teknologi dengan ledakan informasi yang harus dikonsumsi masyarakat setiap hari, namun dengan literasi yang sangat minim.

Dewasa sekarang anak muda mengalami hyperrality dalam proses pencarian jati diri, yang selalu tersandung krisis identitas dalam memberikan sebuah tampilah diri ke public, sehingga perilaku yang ditunjukkan cenderung terkesan semu, lebih-lebih apa yang diperlihatkan dalam media sosial. Sebagai pengguna sosial media yang aktif serta reaksi terhadap dampak hadirnya pandemi covid-19 telah memberikan penampilan baru terhadap anak muda, sehingga membuat kabur kelas sosial yang ada. Hal ini terjadi karena lihainya media sosial dalam mempersuasif anak muda.

Media sosial menjadi ajang mempersuasif anak muda untuk mengikuti unggahan yang sedang viral, karena media sosial memiliki peranan sangat besar dalam mempengaruhi orang lain. Kita tidak bisa mengasumsikan lagi seseorang berasal dari kelas sosial yang mana melihat dari gaya hidup apa yang ditunjukkan di media sosial. Karena hal tersebut balik lagi ke fenomena hyperrality, dimana yang real telah mati, dan digantikan oleh simulasi seperti yang diungkapkan oleh Baudrillard. Tidak ada konfirmasi yang valid atas yang apa mereka unggah.

Kedua, dari apa yang ada di media sosial mempengaruhi orang untuk membuat identitas semu dimana tampilan personal yang diperlihatkan mengaburkan kelas sosial mereka. Dalam mengupload sesuatu mereka berusaha untuk terlihat, tanpa ada minus sedikitpun, ini terjadi karena mengikuti budaya yang sedang trending, untuk itu anak muda tebujuk, sehingga mereka berupaya menyembunyikan identitas yang sebenarnya.
Terkadang orang bertanya “biar dikata apa sih kek gitu?”, yang sebenarnya bukan identitas kita sendiri.

Jawabannya ya itu tadi, media sosial merupakan ranah terbaik untuk menciptakan hiperrealitas. Media sosial mampu membuat representasi gaya hidup seseorang menjadi kabur lewat komunikasi persuasif yang ditampilkan secara apik. Kembali lagi ke kajian komunikasi bahwa apa yang kita lakukan itu merupakan sebuah pesan, atau dengan kata lain tindakan merupakan pesan yang akan mengkonstruksi pemikiran masyarakat.

Penulis: Silis, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas

spot_img

Latest

spot_img