Malut, Investigasi.news – Bermula dari Warkop Gravity, diskusi lepas itu mulai di dengungkan sembari menikmati kopi yang diracik penuh aroma dan melayang pada setiap sudut ruang dan bercampur asap rokok. Beragam wacana di perbincangkan sembari menyeduh kopi, tema tentang ruang diskursus di negeri ini terus menemukan jalannya. Dari sini Medium Gagasan Gravity mulai di gerakkan.
Sebagaimana warkop pada umumnya, Gravity merupakan warkop yang terletak di perempatan jalan Desa Fagudu, jalan dimana ruang transformasi gerakan sosial didengungkan, tentu tak asing dan tak bisa dilupakan begitu saja bahwa di jalanan ini tempat di mana Festival Kampung Ramadhan di helat. Gravity juga menyajikan berbagai racikan kopi yang terus memacu minat para pejabat, akademisi, wartawan, aktivis, professional dan bergaman komunitas untuk mengunjungi warkop ini. Diskursus dari berbagai ruang, melompati beragam isu dan gossip yang sarat dengan perdebatan-perdebatan.
Gravity yang tak sekedar warung kopi, ia terus bertransformasi menjadi ruang diskursus. Berbagai kegiatan dihelat di sana mulai dari kegiatan kampus, OKP Cipayung dan kegiatan kepemudaan terus dihelat di sana. Kurang lebih 5 tahun aktifitas itu terus terjadi dan Gravity terus merawat tradisi itu hingga saat ini. Sejak bad’dah isya hingga tengah malam kafe ini tak pernah sepi, ia menjadi tempat mangkal para generasi milenial bercampur dengan penikmat kopi lainnya.
Di ruang Gravity inilah kemudian banyak ruang-ruang diskursus di bentuk salah satunya Medium Gagasan Gravity (MGG). Dari sana, aktifitas MGG makin riuh dan beragam, tak sekedar berdiskusi dan berdebat. Medium gagasan yang telah di bentuk, terus menghimpun semangat dan visi menguatkan struktur secara tegas untuk menggerakkannya. MGG mulai berkembang. Sebagai orang yang mencintai dunia intelektual saya terus meyakini bahwa medium ini akan terus menjadi ruang dialeg bagi anak muda yang siap meresonansi diri dalam berbagai dialektika ruang publik.
Awal berdirinya, MGG terus menghadirkan ruang-ruang interaksi, bahkan sebagai representasi medium bagi kaum muda untuk melampiaskan kebekuan pikiran atas kegelisahannya terhadap suatu realitas sosial, ketika ruang-ruang publik di Sula terus disesaki dengan gaya modernitas yang kaku, pengap, miskin kreatifitas, dan ketidakjelasan tujuannya. Banyak ruang publik yang di desain hanya sebatas mengejar benefit ekonomi, ada perkelahian perebutan konsumen yang tidak sehat dan hilang prinsip keadilan pada dirinya. Medium Gagasan Gravity menghadirkan ruang keamanan, dari sini kaum muda terus menemukan eksistensinya, dari sana gagasan kritis dan cerdas terus di tenun dan berseliweran entah kemana, menerabas ruang ide, kadang-kadang kekritisan itu terlihat nakal menguliti kebijakan pemerintah yang tentunya tidak luput dari ruang demokrasi.
Selain sebagai ruang publik, MGG juga menyiapkan platform media sosial sebagai ruang publikasi yang memungkinkan setiap orang dari berbagai latar belakang untuk menulis dan membagikan pemikiran mereka, dengan demikian setiap orang bias melibatkan diri untuk berpartisipasi dalam perdebatan intelektual.
Sebaliknya, untuk terus menyaksikan ruang yang berdiri tanpa tujuan, di sana banyak ketidakberesan. Ruang publik dan sekitaran kota berubah wajah menjadi ruang perdebatan kompetitor politiknya para pemodal, banyak anak mudah yang terseret di sana bahkan sebagian meyakini ruang demikian menjadikan hidup bahkan menjanjikan ruang ekonomi bagi dirinya yang membuat mereka para anak muda kehilangan daya kritis bahkan balik memandang sinis medium gagasan yang telah di bentuk, menganggap medium ini di bentuk hanya sebatas momentum dan sarat kepentingan politik. Namun jika di rentangkan sebetulnya harus di syukuri bahwa masih ada yang mempunyai kepedulian merawat dan menjaga tradisi intelektual di tengah miskinnya kreasi intelektual di negeri ini.
Dengan demikian, bermodalkan semangat meretas diskusi sosial Medium Gagasan Gravity di bentuk dengan tujuan menyemai ruang intelektual untuk menyemai tumbuhnya daya kritis anak muda dan MGG sebagi gambaran kaum intelektual yang terus hidup di masyarakat. MGG juga menjadi sebuah gambar besar betapa pentingnya interaksi dan diskursus untuk memperkuat basis intelektual di tengah maraknya kebijakan pemerintah yang kering dari aspek pengawasan publik. Untuk dengan upaya mendorong diskursus demokrasi yang mengedepankan prinsip keadilan perlu di kuatkan di ruang publik. Di Medium Gagasan Gravity ada kopi yang di seduh sebagai ruang mempertemukan kesetaraan yang injeksi dengan semangat kebaharuan ide, gagasan serta kekritisan.***
Oleh :
Mohtar Umasugi, S.Ag,. M.Pd.I
Direktur Eksekutif Medium Gagasan Gravity (MGG)