Taliabu, Investigasi,news – Jika boleh menggambarkan dengan kata-kata psikologis yang dirasakan masyarakat Pulau Taliabu kini, maka yang tepat adalah : manisnya melebihi madu, pahitnya melebihi empedu.
Tim redaksi investigasi.news memilih kata ini untuk mengilustrasikan kondisi yang ada saat ini di Kabupaten Pulau Taliabu-Provinsi Maluku Utara.
Dimana masyarakat harus menelan pil pahit, menyaksikan drama kontradiksi ketika Bupati Aliong Mus tampil pada salah satu media nasional untuk menyampaikan informasi yang sangat manis, yang manisnya melebihi madu, namun pahit yang dirasakan masyarakat Taliabu melebihi empedu.
Bukan hanya media nasional, bahkan tidak sedikit media lokal juga menjadi mainstream ikut menayangkan peran protagonis rezim Aliong-Ramli, sehingga mengabaikan kegelisahan masyarakat Pulau Taliabu.
Kegagalan rezim dalam membangun birokrasi yang sehat, kemudian bebas praktek KKN menjadi alasan dasar Bupati Taliabu Aliong Mus dan Wakil Bupati Ramli gatot (gagal total) dalam membangun infrastruktur Pulau Taliabu.
Dari tahun ke tahun masyarakat Taliabu dipertontonkan pada pengelolaan birokrasi yang lemah, dan kemudian tingginya praktek KKN, sementara masalah infrastruktur jalan yang menjadi kebutuhan masyarakat terus diabaikan.
Lalu hari ini masyarakat terpaksa harus menerima informasi sempurna dari rangkaian kata dan tutur bicara yang sebenarnya kontradiksi dengan realita yang ada.
Atau, apakah pemerintahan Aliong-Ramli saat ini sedang mencari alasan, seperti syair dari band lawas Exist asal negeri jiran Malaysia.
”Manis di bibir, memutar kata”, penggalan lirik ini menjadi perhatian tim penulis editorial investigasi.news, bahwa masyarakat Taliabu tetap pada kondisi resah dan gelisah melihat perbedaan yang ada, karena sesungguhnya berita di TV tidak dapat meninabobokkan masyarakat.
Penulis: Y. Tabaika