Solok, investigasi.news — Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat H. Daswippetra Dt. Manjinjiang Alam bersama PSDA Sumbar bergerak cepat mendatangkan alat berat untuk membersihkan material lumpur yang menyumbat saluran irigasi menuju hamparan Sawah Solok. Selain itu, tumpukan potongan kayu gelondongan yang menghambat aliran Batang Gawan di kawasan Munggu Tanah, Nagari Salayo, juga berhasil dibersihkan.
Saat meninjau langsung pembersihan material di Munggu Tanah, Nagari Salayo pada 30 November 2025, Daswippetra Dt. Manjinjiang Alam menyampaikan keprihatinannya atas bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah kawasan di Sumatera Barat, khususnya Kota dan Kabupaten Solok.
Ia menegaskan bahwa jika material lumpur dan kayu tidak segera dibersihkan, maka bila terjadi banjir susulan dampaknya akan jauh lebih parah terhadap permukiman warga dan lahan pertanian, terutama hamparan Sawah Solok yang terkenal dengan kualitas berasnya.
Daswippetra menjelaskan bahwa banjir tersebut merupakan akibat hujan deras yang terjadi selama beberapa hari terakhir sehingga menyebabkan Sungai Batang Lembang dan Batang Gawan meluap dan memicu banjir bandang di berbagai titik.
“Sebelumnya, kami di DPRD Sumatera Barat telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk perbaikan irigasi dari Batang Gawan menuju Sawah Solok. Insyaallah anggaran itu akan direalisasikan pada 2026 mendatang. Semoga dana tersebut dapat membantu mengatasi persoalan irigasi, terutama saat musim kemarau,” ujarnya.
Ketua P3A Banda Tangah Sawah Solok, Yutris Can, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas respons cepat yang dilakukan Daswippetra bersama PSDA Sumbar dengan menurunkan alat berat berupa excavator untuk membersihkan lumpur serta potongan kayu gelondongan yang menyumbat saluran Batang Gawan dan irigasi Sawah Solok.
“Semoga beberapa hari ke depan, saluran irigasi menuju Sawah Solok dapat kembali normal,” kata Yutris Can.
Ia juga mengungkapkan bahwa pascabanjir bandang, kerugian yang dialami masyarakat Sawah Solok sangat besar. Sekitar 27 hektare lahan persawahan tertimbun lumpur bercampur pasir dan potongan kayu. Saluran irigasi induk juga tidak lagi berfungsi akibat tumpukan pasir setinggi lebih dari 1 meter dengan panjang sekitar 700 meter.
Saluran irigasi tersebut menjadi sumber air utama bagi 170 hektare hamparan Sawah Solok. Jika tidak segera ditangani, Yutris menegaskan bahwa potensi gagal panen sangat besar.
Tak hanya pertanian, kerugian juga dialami para peternak ikan lele dengan nilai mencapai lebih dari Rp50 juta. Hingga kini, kolam-kolam budidaya lele terancam kering karena terputusnya aliran irigasi akibat tumpukan material banjir.
“Atas nama Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Banda Tangah Sawah Solok, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Anggota DPRD Provinsi Sumbar Daswippetra Dt. Manjinjiang Alam yang telah mengirimkan excavator untuk membersihkan tumpukan material lumpur. Petani tidak akan sanggup membersihkan tumpukan pasir sebesar itu tanpa bantuan alat berat,” tutup Yutris Can.
(Wahyu)

