Malut, Investigasi.news – Tokoh intelektual berasal dari Kepulauan Sula ini mampu menggabungkan dua dunia pengabdian dalam satu tarikan nafas. Sukses dalam dunia pendidikan beriringan dengan prestasinya sebagai aktivis organisasi kemasyarakatan. Beliau adalah Ustad Mohtar Umasugi, S. Ag. , M. Pd. I, yang akrab dipanggil Bang Mo.
Saya menikmati karya-karya Bang Mo layaknya menyimak sebuah kisah dalam novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer yang begitu menawan. Dalam tulisan singkat ini, saya ingin menyampaikan kesan saya kepada beliau di ulang tahunnya yang ke-53, mengaitkan pengalaman membaca serta kedekatan saya dengan beliau. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Descartes, “membaca buku yang baik bagaikan mengadakan percakapan dengan para cendekiawan yang paling cemerlang—yakni para penulis buku itu.
Bang Mo memang identik dengan dunia akademik dan ormas keagamaan. Pernyataan ini dibuktikan dengan prestasinya dalam mengawal proses akademik di STAI Babussalam Sula, lembaga sekaligus satu-satunya perguruan tinggi di Kepulauan Sula sejak didirikan sampai kini. Bang Mo adalah salah satu inisiator transformasi STAIN Ternate Kelas Sanana menjadi STAI Babussalam Sula di Maluku Utara. Di bawah kepemimpinannya sebagai wakil ketua bidang akademik sejak 2010, lembaga ini terus berkembang pesat sampai sekarang.
Selain itu, Bang Mo juga memainkan peran penting dalam pendirian Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sanana di Kabupaten Kepulauan Sula yang kini telah memiliki ribuan anggota dan alumni dari berbagai daerah. Atas keberhasilannya ini, ia dinobatkan sebagai The Inspiring Father of HMI Cabang Sanana.
Tidak hanya berprestasi di dunia akademik, Bang Mo juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Beliau merupakan salah satu tokoh yang berperan besar dalam pengembangan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Kepulauan Sula. Ia pernah menjabat sebagai pengurus HMI Cabang Ternate dan Koordinator Presidium MD KAHMI Kepulauan Sula. Atas dedikasinya yang cemerlang, Bang Mo diangkat menjadi Ketua Orda Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Kepulauan Sula.
Di usianya yang tak lagi muda, Bang Mo terus berkontribusi dengan pemikiran-pemikiran segar untuk memperkaya pembangunan di Kepulauan Sula. Alumni IAIN Ternate ini seakan tak pernah lelah, senantiasa memberikan manfaat bagi sesama.
Membaca, menulis, dan berdiskusi adalah kegiatan yang paling digemarinya. Kecintaan Bang Mo pada ilmu pengetahuan mendorongnya untuk menjadikan ketiga aktivitas tersebut sebagai hobi. Tulisan-tulisannya dapat ditemukan di berbagai media, baik online maupun cetak, serta di sejumlah jurnal nasional, baik secara individu maupun kolaboratif, memberikan suplemen intelektual bagi para ilmuwan.
Salah satu tulisannya yang menarik perhatian saya berjudul “Inspirasi: Yang Terhormat Nama Ku Sendiri. ” Dalam karya tersebut, Bang Mo menyatakan, “Yang terhormat, namaku sendiri,” bukan hanya sekadar ungkapan kebanggaan atas nama yang diberikan orang tua, melainkan juga sebuah refleksi: apakah aku sudah menjalani hidup yang membuat namaku layak dihormati? Tidak hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Tuhan dan sejarah.
Saat ini, Bang Mo tengah melanjutkan studi doktoral di Universitas Muhammadiyah Parepare dan insya Allah akan menyelesaikannya pada pertengahan tahun 2025. Waktu luangnya dimanfaatkan untuk aktif menyebarkan ilmu melalui berbagai forum, seperti seminar, diskusi, pelatihan, dan kajian, baik secara offline maupun online. Selain itu, Bang Mo juga terus berkontribusi dalam pengawasan pembangunan di Kepulauan Sula. Saya mengamati bahwa Bang Mo selalu berusaha untuk menebar manfaat bagi lingkungan sekitarnya, karena ia meyakini bahwa salah satu tujuan diciptakannya manusia di dunia adalah untuk beribadah dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak hanya terlibat dalam dakwah sosial, Bang Mo juga aktif berdakwah di berbagai masjid, mendakwahkan kepentingan agama. Perannya menjadi tantangan sekaligus tamparan bagi generasi muda saat ini, mengingat bahwa pemuda adalah modal penting bagi masa depan. Seperti ungkapan yang mengatakan, “Syubbanul-yaum Rijalul Ghad”, yang berarti pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan. Saya merasa khawatir jika generasi muda tidak mempersiapkan diri dengan serius. Jika tidak, apa yang akan terjadi di masa mendatang?
Akhir kata, saya ingin mengucapkan, “Selamat Hari Ulang Tahun Bang Mo”. Semoga Allah senantiasa memberikan berkah, perlindungan, keselamatan, rezeki, serta ridho-Nya selalu menyertai langkahnya.
Semoga teladan dan langkahnya dapat menginspirasi serta memotivasi seluruh pemuda, termasuk saya.
Oleh: Sahrul Takim, S.Pd.I., M.Pd.I
(Ketua STAI Babussalam Sula).