Kota Solok, Investigasi.News — Harapan petani Kota Solok untuk dapat menikmati manfaat embung Batang Binguang pupus sudah. Proyek yang menyedot anggaran negara lebih dari Rp20 miliar ini justru berubah menjadi sumber malapetaka. Alih-alih menyimpan air untuk musim kemarau dan mengairi sekitar 100 hektare lahan sawah di Kelurahan Tanjung Paku dan Nanbalimo, Kecamatan Tanjung Harapan, embung tersebut kini malah kering kerontang dan diduga kuat mengalami kebocoran serius.
Proyek Embung Batang Binguang, yang berlokasi di Kelurahan Tanjung Paku, Kecamatan Tanjung Harapan, awalnya sangat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air baku dan pengendalian banjir. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Tim InvestigasiNews yang menelusuri proyek ini menemukan sejumlah kejanggalan, bahkan kondisi embung yang sekarang benar-benar kering mengindikasikan kebocoran parah. Ironisnya, badan embung kini membentuk lubang besar yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan bencana. Proyek yang dikerjakan di bawah kendali Kementerian melalui BWSS V Sumbar ini sarat masalah, dengan dugaan kuat adanya pengurangan volume pekerjaan. Sementara itu, pihak BWSS V Sumbar terkesan tutup mata. Tak heran jika masyarakat tani merasa marah dan dirugikan.

Tokoh masyarakat setempat, Nasri In Dt Malintang Sutan, bersama awak media, turun langsung ke lokasi. Mereka memeriksa dan menemukan lubang atau terowongan air selebar 1 meter dengan diameter sekitar 50 cm, menembus ke dinding embung. Parahnya lagi, lubang itu terletak di bawah bantalan plat baja pintu air yang tidak dicor beton, malah hanya ditutupi karung bekas. “Jelas sekali kualitas pekerjaan ini sangat buruk! Bantalan pintu air seharusnya dicor, bukan ditutupi karung. Ini embung untuk ribuan kubik air sungai, bagaimana mungkin ditahan dengan plastik dan karung bekas? Akibatnya ya seperti ini, bocor dan rusak,” tegas Nasri.
Ia juga menuntut BWSS V Sumbar segera turun langsung ke lokasi, bukan hanya menerima laporan dari bawahan yang belum tentu sesuai fakta. “Yang rusak apa, yang diperbaiki apa. Bocor yang kami laporkan, besi rel pintu air pula yang diperbaiki. Jelas BWSS V tidak bertanggung jawab. Saat embung dalam kondisi kering seperti ini, aparat hukum bisa langsung menilai: pantaskah proyek bernilai Rp20 miliar ini? Mari kita hitung volume pekerjaannya, apakah sesuai spesifikasi atau tidak. Kami sangat ragu,” kata Nasri.
Lebih lanjut, Nasri menegaskan bahwa masyarakat pengguna air dan kelompok tani meminta aparat penegak hukum segera memeriksa proyek embung ini. “Kalau aparat penegak hukum di Sumbar diam, kami akan lapor resmi ke Kejaksaan Agung atau KPK RI. Dan kepada saudara Dian Citra Adiwibowo selaku PPK BWSS V Sumbar, tolong jangan asal bicara di media. Jangan menyalahkan masyarakat! Saudara sendiri tidak pernah turun ke lapangan, hanya menerima laporan yang belum tentu benar. Anda tahu apa itu bocor? Kalau tidak tahu, lihatlah sendiri proyek Anda yang Rp20 miliar lebih itu. Pantas atau tidak?” ujarnya tajam.
Nasri juga mengungkapkan bahwa proyek Embung Batang Binguang dikerjakan dalam dua tahap anggaran, dimulai pada 2023 dan selesai Desember 2024 dengan total anggaran lebih dari Rp20 miliar. “Awalnya kami sebagai masyarakat tani sangat senang dan bangga, tapi kini justru kecewa karena embung ini tak bisa dimanfaatkan, bahkan berpotensi menyebabkan bencana akibat kebocoran pada setiap dinding embung,” katanya.

Sebagai Ketua Kelompok Tani Lumbung Padi, Nasri dan masyarakat telah berupaya menutup kebocoran dari pintu besi, namun kerusakan parah di pondasi dasar membuat semua usaha sia-sia. Kini, saat musim kemarau, ratusan hektare sawah terancam gagal panen karena tak ada pasokan air dari embung. “Sejak embung ini selesai, kami kekurangan air karena air Batang Binguang tidak lagi mengalir ke lahan pertanian kami,” keluhnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, PPK BWSS V Sumbar, Dian Citra Adiwibowo, hanya menjawab singkat. Ia menyatakan akan segera menghubungi dan menyurati pihak rekanan proyek untuk melakukan perbaikan dalam waktu dekat. (Wahyu)