Mahasiswa KKNT IPB University Hadirkan Alat untuk Mengubah Limbah Pertanian menjadi Biopestisida

More articles

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) IPB University di Desa Sidoarum, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memperkenalkan alat pembuat asap cair sekaligus mensosialisasikan aplikasi Digitani kepada Kelompok Tani dari berbagai dukuh di Desa Sidoarum pada 31 Juli.

Kelompok Tani yang diundang berasal dari lima dukuh di Desa Sidoarum, yaitu Kelompok Tani Sumber Rezeki (Dukuh Kaligawe), Tani Mulyo (Dukuh Banar), Canggah Merapi (Dukuh Tlogo Cilik), Rukun Santoso (Dukuh Dringo Kidul), dan Adil Makmur (Dukuh Dringo Lor). Kegiatan ini disambut dengan antusiasme tinggi dari para petani serta perangkat desa yang turut hadir.

Sebelumnya, Kelompok KKNT IPB University telah melakukan sosialisasi aplikasi Digitani serta mencanangkan ide pembuatan asap cair kepada Kelompok Tani Sumber Rezeki dan Tani Mulyo dalam pertemuan bulanan mereka. Antusiasme para petani menjadi pembakar semangat untuk mewujudkan program kerja ini.

Baca Juga :  Pakar IT SEVIMA: Kampus Harus Digitalisasi jika Tak Ingin Gulung Tikar!

Akhirnya, alat yang telah selesai dibuat dapat digunakan dan diserahkan kepada kelompok tani dalam acara peluncuran. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kepala Desa serta Koordinator Desa dari kelompok KKNT, dilanjutkan dengan sosialisasi aplikasi Digitani kepada para petani yang hadir.

Sebagai puncak acara, diperkenalkan alat pembuat asap cair mulai dari konsep dasar, proses pembuatan alat, proses pemakaian alat dalam pembuatan asap cair, tata cara penggunaan, hingga diberikan sampel asap cair yang telah disiapkan.

Pembuatan asap cair merupakan salah satu cara pengolahan limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai biopestisida dan pupuk organik. Asap cair terbentuk dari pembakaran tidak sempurna limbah pertanian seperti sekam padi dan jerami.

Baca Juga :  Sangat Dibutuhkan Saat Pandemi, 20.000 Mahasiswa Jurusan Kesehatan “Malah” Gagal Wisuda Setiap Tahunnya

Asap yang dihasilkan kemudian dialirkan ke tabung yang terendam air dan melalui proses pendinginan, membentuk asap cair yang berwarna kecoklatan. Alat ini dapat menghasilkan asap cair kelas tiga yang diperuntukkan sebagai biopestisida. Selain itu, arang dari sisa pembakaran dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah.

Program Kerja Asap Cair muncul dari kekhawatiran terhadap peningkatan jumlah limbah pertanian, terutama saat musim panen berlangsung di Desa Sidoarum. Limbah pertanian yang meningkat dapat mengarah pada pencemaran lingkungan, karena petani di Desa Sidoarum akan membakar sekam padi dan jerami yang tersisa, menghasilkan asap tebal yang menjadi polusi udara.

Kehadiran alat asap cair diharapkan dapat menciptakan potensi baru dari limbah pertanian, mengurangi pencemaran lingkungan, serta memberikan alternatif biopestisida, sehingga dapat terbentuk petani yang lebih mandiri dan organik.

Baca Juga :  Makrab Imadikom: Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta Berperan Aktif Ciptakan Kamtibmas Kondusif Jelang Pilkada Serentak

โ€œKami berharap informasi mengenai asap cair ini dapat segera diterapkan oleh para petani di Desa Sidoarum, terutama dengan diajarkannya proses pembuatan alatnya sehingga setiap kelompok tani dapat memiliki alat masing-masing,โ€ ungkap Susiswo, Kepala Dukuh Kaligawe, dalam sesi diskusi. Besar harapan agar kelompok tani dapat meneruskan program asap cair ini sehingga terus membawa manfaat yang berkelanjutan.

***

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest