Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Februari 2021

More articles

spot_img
Padang, Investigasi.News – Pada triwulan IV 2020, ekonomi Sumatera Barat kontraksi pada level -2,23% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga kontraksi pada level -2,91% (yoy). Perbaikan ekonomi pada triwulan IV 2020 sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dijalankan pemerintah di pusat dan daerah. Berdasarkan pengeluaran, perbaikan ekonomi terjadi pada beberapa komponen pengeluaran terutama pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor seiring dengan semakin pulihnya confidence investor dan meningkatnya akses perdagangan global. Dari sisi lapangan usaha (LU), perbaikan ekonomi terutama bersumber dari meningkatnya LU pertanian, kehutanan dan perikanan serta LU industri pengolahan seiring dengan meningkatnya permintaan CPO dan karet.

Secara tahunan, ekonomi Sumatera Barat tahun 2020 terkontraksi sebesar -1,60% (yoy) menurun dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi permintaan, terbatasnya permintaan domestik dan internasional akibat pandemi COVID-19 yang mulai melanda pada akhir triwulan I 2020 menekan kinerja konsumsi dan investasi. Turunnya permintaan agregat pada akhirnya menekan kinerja seluruh lapangan usaha utama Sumatera Barat yaitu LU pertanian, LU transportasi dan pergudangan, serta LU perdagangan besar dan eceran.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diprakirakan akan terus membaik di triwulan I 2021. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diprakirakan membaik sejalan dengan proses pemulihan ekonomi nasional. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga (RT) diprakirakan meningkat seiring dengan mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat yang semakin meningkat di triwulan I 2021. Keberlanjutan program bantuan sosial dari pemerintah juga akan mendorong konsumsi RT dan pemerintah. Dari sisi LU, perbaikan kinerja perekonomian pada triwulan I 2021 terutama disebabkan oleh prakiraan perbaikan kinerja LU transportasi dan pergudangan; perdagangan dan eceran serta industri pengolahan. Kelanjutan tren perbaikan harga dunia untuk komoditas utama CPO dan karet diprakirakan akan turut mendorong LU industri pengolahan.

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan dan belanja Provinsi Sumatera Barat hingga triwulan IV 2020 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2019 disebabkan oleh adanya realokasi yang dilakukan untuk penanganan dampak COVID-19. Pada triwulan IV 2020 realisasi pendapatan mencapai 99,10% atau senilai Rp6,36 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2019 dengan nilai realisasi sebesar 96,72% atau Rp 6,39 triliun. Realisasi belanja secara persentase pada triwulan IV 2020 mencapai 95,34% atau senilai Rp6,41 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan presentase realisasi triwulan IV 2019 sebesar 92,42% atau senilai Rp6,55 triliun.

Perkembangan Inflasi Daerah

Inflasi triwulan IV 2020 tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh peningkatan permintaan pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru tahun 2021. Pada triwulan IV 2020, laju inflasi Sumatera Barat tercatat sebesar 2,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III 2020 sebesar 0,16% (yoy). Laju inflasi pada triwulan IV terutama didorong oleh inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang inflasi sebesar 1,44% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas pangan seperti cabai merah, petai, udang basah, ikan gembolo/ikan aso-aso dan telur ayam ras yang didorong oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan pada Natal dan Tahun Baru 2021. Cuaca yang kurang baik di akhir tahun 2020 juga turut mendorong kenaikan harga komoditas hasil laut. Inflasi pada triwulan IV 2020 tertahan lebih lanjut oleh deflasi pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan yang menyumbang deflasi sebesar -0,07% (yoy). Deflasi pada kelompok ini tercatat disumbang oleh biaya pulsa ponsel yang disebabkan oleh pemberian potongan harga di tengah masih tingginya aktivitas daring.

Inflasi Sumatera Barat pada tahun 2020 tercatat sebesar 2,11% (yoy) meningkat dibandingkan realisasi inflasi pada tahun 2019 sebesar 1,67% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Barat ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi nasional yaitu 1,68% (yoy) namun tetap pada sasaran inflasi nasional di tahun 2020 sebesar 3±1%. Peningkatan inflasi tahun 2020 didorong oleh faktor rendahnya base year inflasi tahun 2019 dan peningkatan harga bahan pangan terutama di awal dan akhir tahun 2020.

Tekanan inflasi di triwulan I 2021 diprakirakan melambat dibandingkan triwulan IV 2020 seiring dengan normalisasi harga dan permintaan secara umum pasca HBKN. Meredanya laju inflasi didorong oleh normalisasi permintaan pasca HBKN Natal dan tahun baru yang cenderung mendorong kenaikan harga komoditas pangan maupun jasa transportasi seperti tarif angkutan udara. Cuaca yang cukup baik di triwulan I 2021 mendukung kestabilan harga pangan terutama cabai merah dan bawang merah yang rentan terganggu produktivitasnya oleh tingginya curah hujan di triwulan sebelumnya

Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan Akses Keuangan

Stabilitas sistem keuangan daerah di Sumatera Barat pada triwulan IV 2020 terjaga. Aset perbankan tercatat senilai Rp71,37 triliun dengan laju pertumbuhan 4,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,13% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan/kredit perbankan juga masih bertumbuh meski mengalami perlambatan. DPK perbankan pada triwulan laporan tercatat senilai Rp45,37 triliun atau tumbuh 4,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2020 sebesar 5,98% (yoy). Sementara kredit tercatat senilai Rp58,73 triliun dengan laju pertumbuhan 1,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 2,26% (yoy). Sejalan dengan perlambatan kredit yang tidak sedalam perlambatan DPK, maka angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan IV 2020 mengalami peningkatan ke level 129,44%, dari 125,97% di triwulan III 2020. Perlambatan pertumbuhan total kredit juga disertai dengan penurunan risiko yang terindikasi dari menurunnya rasio Non-Performing Loan (NPL) Sumatera Barat pada angka 1,89%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang sebesar 2,34%.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) di Sumatera Barat pada triwulan IV 2020 mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan ekonomi yang terjadi. Transaksi pembayaran melalui BI-RTGS di wilayah Sumatera Barat pada triwulan IV 2020 secara nominal Rp50,98 triliun atau tumbuh sebesar 24,35% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang mencapai Rp34,95 triliun atau tumbuh sebesar 9,22% (yoy). Transaksi uang elektronik (UE) dan layanan keuangan digital (LKD) menunjukkan peningkatan seiring adanya perluasan program Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk tetap menjaga daya beli masyarakat, serta pergeseran preferensi masyarakat untuk bertransaksi secara digital di tengah pandemi. Sementara itu, transaksi kliring debet pada triwulan IV tahun 2020 menunjukkan peningkatan secara volume dan nominal dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terjadi.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Secara umum, pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat. Kondisi tersebut tercermin pada sejumlah indikator, seperti persentase penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan, serta indeks keparahan kemiskinan. Secara garis besar jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada September 2020 tercatat sebanyak 364,8 ribu jiwa, meningkat dibandingkan dengan September 2019 sebanyak 343,1 ribu jiwa. Dengan kondisi tersebut, persentase penduduk miskin di Sumatera Barat naik dari 6,29% pada September 2019 menjadi 6,56% pada September 2020.

Kesejahteraan petani Sumatera Barat pada triwulan IV 2020 mengalami peningkatan. Secara rata-rata, NTP Sumatera Barat pada triwulan laporan tercatat sebesar 101,86, lebih tinggi dibandingkan dengan NTP triwulan III 2020 sebesar 99,45. Peningkatan NTP tersebut didorong oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani khususnya pada subkelompok perkebunan rakyat. Hal ini seiring dengan perbaikan harga CPO dan karet dunia yang mendorong kenaikan harga TBS dan karet bokar.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2021 diprakirakan tumbuh meningkat dibandingkan dengan prakiraan triwulan I 2021. Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan akan menopang pertumbuhan. Peningkatan konsumsi RT sejalan dengan normalisasi permintaan pasca beradaptasinya perilaku ekonomi masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi di tengah pandemi. Program vaksinasi di Sumatera Barat yang dimulai pada tanggal 14 Januari 2021 dan perluasan stimulus/insentif dari Pemerintah diprakirakan akan mendorong keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Dari sisi LU, sebagian besar lapangan usaha di Sumatera Barat khususnya lapangan usaha unggulan yaitu LU perdagangan, LU transportasi, dan LU pertanian diprakirakan akan membaik seiring dengan HBKN lebaran.

Secara keseluruhan, perekonomian Sumatera Barat diprakirakan meningkat di tahun 2021. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan global maupun domestik seiring dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Peningkatan kinerja perekonomian global maupun nasional memberikan dampak pada perekonomian Sumatera Barat. Peningkatan dari sisi permintaan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga dan investasi, serta perbaikan net ekspor. Berdasarkan lapangan usaha, permintaan domestik yang meningkat mendorong akselerasi sektor usaha secara keseluruhan terutama LU pertanian, LU perdagangan, serta LU transportasi. Kegiatan MICE dan kunjungan wisnus serta wisman diprakirakan akan membaik pada tahun 2021 mendorong peningkatan kinerja LU perdagangan dan transportasi. Aktivitas HBKN yang lebih tinggi pada tahun 2021 juga turut mendorong permintaan secara umum.

Pada triwulan II tahun 2021, laju IHK diprakirakan meningkat jika dibandingkan dengan prakiraan inflasi pada triwulan I 2021. Peningkatan tekanan inflasi diprakirakan didorong oleh peningkatan permintaan secara umum pada HBKN lebaran. Selain itu faktor base year yang rendah pada lebaran tahun 2020 turut mendorong laju inflasi tahunan triwulan II 2021. Selain itu, peningkatan harga rokok secara gradual juga perlu diantisipasi seiring dengan penyesuaian terhadap peningkatan tarif cukai rokok pada tahun 2021. Dari sisi cuaca, potensi La Nina Moderat hingga Mei 2021 dapat mengancam gagal panen pada komoditas pangan dan pergeseran musim tanam di beberapa lokasi.

Sumber: https://www.bi.go.id/

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Latest

spot_img