Kabupaten Malang, investigasi.news – Kepala Pasar Karangploso Induk dan Kepala Pasar Sayur Grosir Karangploso, Anton Apriansah, SE., MM tekuni bisnis pertanian sejak sekitar 2021.
Dengan lahan seluas 10 hektar yang berlokasi di kecamatan singosari dan karangploso sosok yang akrab disapa Anton ini mengaku menekuni bisnis di pertanian sayur selama 2 tahun dengan memperkerjakan sebanyak 30 buruh tani.
Disela-sela kesibukannya, Anton melibatkan diri dalam bisnis pertanian yang menurutnya punya potensi ekonomi.
Menurutnya, “Pertanian sayur punya potensi ekonomi tinggi karena hasil produknya jadi kebutuhan pokok masyarakat juga, disamping kebutuhan dari hasil pertanian lainnya seperti padi, tebu, dan buah-buahan”, ucap sosok kelahiran Baturaja palembang itu, di temui di kantor dinasnya, Pasar Sayur Grosir Karangploso. Pada kamis siang, (30/11/2023).
Masih menurut Anton, “Saya melihat sektor pertanian sebagai sebuah peluang usaha yang dinamis jika ditekuni dengan telaten,” ungkap Pemilik CV. Tou Agro 57 yang berlokasi di Singosari, Yang bergerak di bidang Pertanian dan Peternakan.
Dijelaskannya, Sepanjang sejarah dimanapun sektor pertanian dikerjakan selalu diiringi berbagai kendala dalam pelaksanaannya, namun sektor pertanian tetap kokoh menyuplai kebutuhan pokok masyarakat.
“Sejak kita masih di bangku sekolah dalam pelajaran sekolah selalu disampaikan tentang dunia pertanian yang selalu diiringi hama, musim paceklik, kelangkaan pupuk dan tengkulak yang membeli hasil pertanian dengan harga murah. Namun hingga saat ini sektor pertanian kita masih sukses berproduksi bahkan dengan semakin terkikisnya lahan pertanian dampak dari penggunaan lahan produktif untuk bangunan hunian tempat tinggal”, ungkapnya.
Hal tersebut jadi perenungan saya untuk terlibat di sektor bisnis yang tahan banting ini, “Saya melihat dalam kacamata produksi, para petani ini sangat ulet dalam berkerja. Secara natural mereka menjadikan permasalahan yang mengiringi dunia kerja mereka sebagai pelajaran, setelah menyerapnya sebagai pelajaran, kemudian menjadikannya pengalaman, dan selanjutnya mereka mampu melahirkan solusi aktif yang diterapkan”, jelasnya.
Sektor pertanian saat ini sebagian besar pengerjaannya masih tradisional, ” Para petani ini, sebagian besar pengetahuan pertaniannya dilatarbelakangi berbagi pengalaman yang diperoleh melalui bertukar informasi secara langsung sesama petani yang berakar pada kultur guyub rukun”, terangnya.
Berangkat dari pengamatan tersebut, terdapat potensi kerja yang dinamis, “Jarang diketahui umum saat ini, mereka ini selalu berdiskusi dan saling membantu dalam kesehariannya. Dan terbuka dengan solusi kekinian saat arus informasi mengulas dunia mereka”, ujarnya.
Dengan potensi tersebut saya melihat peluang bisnis yang kokoh, “Kemampuan produksi yang selalu berupaya maksimal ditengah tekanan masalah yang mengiringinya, seperti lahan yang semakin sempit, hama yang merusak, musim yang kadang-kadang kurang bersahabat, kebutuhan pupuk yang menguji nyali, manajemen penggunaan air yang menaikkan tensi, dan harga pasar tidak ikut menentukan. Namun, hasil produksinya senantiasa di rindukan kehadirannya oleh masyarakat dari berbagai kalangan.” paparnya.
Disampaikan Anton, “Untung rugi itu sudah jadi resiko semua bisnis. Namun, tetap berupaya maksimal dalam berkerja jadi peluang menuju sukses. Hal ini yang saya rasakan setelah melibatkan diri dalam bisnis pertanian, bukan mengundi nasib, tapi berupaya tangguh disaat usaha kita disambangi kendala-kendalanya. Selalu berdiskusi dengan para pekerja saya, menerima masukan terkait situasi dan memecahkannya bersama”, urainya.
Seperti pengalaman saya baru-baru ini, “Beratnya menanam lombok saat musim kemarau, dengan keterbatasan akses air. Dan dibulan november 2023 ini musim penghujan datang sehingga harga cabe naik setinggi-tingginya dikarenakan pada musim penghujan sangat sulit menanam cabe,” ungkapnya menceritakan salah satu peluang yang diraihnya, buah dari selalu terbuka dan berdiskusi bersama pekerja dan rekan-rekan sesama petani.
(sG/tG)