Malut, investigasi.news- Warga Waiboga-Kec. Sulabesi Tengah banyak yang tidak tau jika ada pekerjaan rehab pasar Maksaira, meski papan proyek tertancap kokoh didepan bangunan pasar.
Rata-rata dari mereka mengira bahwa bangunan pasar masih bagus, sejak didirikan tahun 2018 belum secara maksimal digunakan.
“Itu bangunan masih bagus, apa yang mau direhab dengan anggaran yang sebegitu besarโ, ujar warga setempat ketika disambangi investigasi, Kamis (20/7).
Masyarakat lainnya juga menambahkan jika pasar Maksaira pernah beroperasi namun hanya satu pedagang atau satu lapak yang digunakan dari adanya 6 lapak dagangan, namun itu juga tidak berlangsung lama, kemudian tutup kembali sampai hari ini.
Sedangkan dari papan informasi proyek diketahui jika pekerjaan rehab ini sebesar Rp 149.991.123,00 dengan nomor kontrak pekerjaan 03/SPK/PPK/Diskoperindag-KS/VII/2023 dengan waktu pengerjaan selama 90 hari terhitung 7 Juli 2023, oleh CV. Permata Membangun.
Saat didatangi pihak pelaksana pekerjaan tidak ada dan tampak belum dimulai pekerjaan rehab, meski didepan pasar didapati sejumlah material.
Terpisah, warga kota Sanana menanggapi rehab pasar Maksaira oleh Dinas Perindagkop-Pemda Sula sebagai langkah yang amat keliru.
โWaduh Ibu Kadis pikiran seng dibadan ka apa eee (dengan logat Sanana yang kental), yang seharusnya direhab itu pasar bambu ini, lihat saja keadaannya seperti ini”, pungkas Ibu Ila saat ditemui dipasar Bambu Sanana, Kamis Sore (20/7).
Kondisi pasar bambu desa Mangon memang memperihatinkan, selain akses masuk yang sering banjir, pasar ini bangunannya juga sudah banyak yang rusak, sehingga banyak dikeluhkan masyarakat, baik itu penjual maupun pembeli dipasar tersebut.
Padahal pasar bambu terkenal sebagai penyangga ekonomi kota sanana setelah pasar Basanohi dan pasar Makdahi di desa Fogi.
“Itu mungkin karena moment sudah dekat, jadi ibu kadis ambil langkah nekatโ, kata Ibu Ila sambil tersenyum jenaka.
( RL )