Analisis Kebijakan Dalam PAUD

More articles

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud) no 18 tahun 2018 tentang Penyediaan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini.

Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Penyediaan layanan PAUD berprinsip:
a. pelayanan yang berkesinambungan;
b. pelayanan yang nondiskriminasi;
c. pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta diterima oleh Masyarakat;dan
d. berbasis budaya.

Penyediaan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis budaya memiliki hubungan yang erat dengan Kurikulum Merdeka yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

Berikut adalah beberapa prinsip dan bagaimana keduanya saling terkait:
Prinsip PAUD Berbasis Budaya
Pengintegrasian Nilai-Nilai Budaya Lokal:
PAUD berbasis budaya menekankan pengajaran nilai-nilai, adat istiadat, dan tradisi lokal dalam proses pembelajaran.

Anak-anak diajarkan untuk memahami dan menghargai budaya setempat sejak usia dini, yang membantu memperkuat identitas budaya mereka.

Pembelajaran Kontekstual:
Pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks lingkungan anak, termasuk lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar.
Penggunaan cerita rakyat, permainan tradisional, dan kegiatan budaya lainnya sebagai alat pembelajaran.

Prinsip Kurikulum Merdeka
Fleksibilitas dan Kemandirian:
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik.
Menekankan pembelajaran yang relevan dengan konteks kehidupan nyata siswa.

Pembelajaran Berbasis Proyek:
Menekankan pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep melalui kegiatan praktis dan nyata.

Siswa dapat belajar melalui proyek yang berhubungan dengan budaya lokal, seperti proyek seni budaya, sejarah lokal, atau kegiatan masyarakat.

Hubungan Antara Keduanya
Integrasi Budaya dalam Pembelajaran:
Kurikulum Merdeka memungkinkan integrasi elemen budaya lokal dalam materi dan kegiatan pembelajaran. Ini selaras dengan prinsip PAUD berbasis budaya yang mendorong penggunaan konteks budaya lokal.

Baca Juga :  Santri Pondok Pesantren Alquran Darul Inqilabi Lubukbasung Pulang Kampung, Hasneril Sampaikan Pesan

Sekolah dapat mengembangkan modul ajar yang menggabungkan cerita, lagu, tarian, dan tradisi lokal sebagai bagian dari kurikulum.

Pembelajaran Berpusat pada Anak:
Kedua pendekatan ini menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada anak, yang memperhatikan minat, kebutuhan, dan potensi unik setiap anak.

Anak-anak diajak untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman langsung yang relevan dengan lingkungan budaya mereka.

Pelibatan Masyarakat:
PAUD berbasis budaya melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan, begitu juga dengan Kurikulum Merdeka yang mendorong partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan.

Kerjasama dengan komunitas lokal dapat memperkaya materi pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi anak-anak.
Pengembangan Karakter:
Kedua pendekatan ini juga menekankan pada pengembangan karakter anak.
Nilai-nilai budaya lokal seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan kejujuran dapat diajarkan melalui berbagai kegiatan di Kurikulum Merdeka.

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 56 Tahun 2022 tentang Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengatur bahwa penguatan profil pelajar Pancasila dapat dilakukan dalam berbagai konteks, termasuk perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional.

Berikut adalah beberapa poin utama yang berkaitan dengan implementasi peraturan tersebut:
Penguatan Identitas dan Karakter:
Penguatan profil pelajar Pancasila di PAUD bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini. Ini termasuk nilai-nilai seperti gotong royong, kebhinekaan global, mandiri, bernalar kritis, kreatif, dan berakhlak mulia.

Perayaan Tradisi Lokal:
Melibatkan anak-anak dalam perayaan tradisi lokal dapat membantu mereka mengenali dan menghargai kebudayaan serta kearifan lokal. Kegiatan ini dapat mencakup festival, upacara adat, dan kegiatan budaya lainnya yang relevan dengan masyarakat setempat.

Hari Besar Nasional:
Melibatkan anak-anak dalam perayaan hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pendidikan Nasional, dan Hari Pahlawan membantu menanamkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme. Kegiatan yang bisa dilakukan termasuk upacara bendera, lomba-lomba bertema kebangsaan, dan kegiatan mengenang jasa para pahlawan.

Baca Juga :  Studi Kasus Peningkatan Mutu PAUD di Kota Sawahlunto, Analisis Kebijakan Berdasarkan PP No.57 Tahun 2021 dan No.4 Tahun 2022 Dengan Model CIPP

Hari Besar Internasional:
Penguatan profil pelajar Pancasila juga mencakup partisipasi dalam perayaan hari besar internasional seperti Hari Anak Sedunia, Hari Lingkungan Hidup, dan Hari Perdamaian Internasional. Ini bertujuan untuk memperkenalkan anak-anak pada isu-isu global dan menumbuhkan rasa kebhinekaan serta kepedulian terhadap sesama di seluruh dunia.

Integrasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar:
Semua kegiatan yang berhubungan dengan perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dan kegiatan pembelajaran di PAUD.

Pendekatan ini memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila ditanamkan melalui kegiatan yang bermakna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari anak.

Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat:
Orang tua dan masyarakat juga berperan penting dalam mendukung penguatan profil pelajar Pancasila.

Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat memperkaya pengalaman belajar anak dan menanamkan nilai-nilai Pancasila secara lebih efektif.

Dengan cara ini, penguatan profil pelajar Pancasila di PAUD dapat dilaksanakan secara holistik, mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam berbagai aspek kehidupan anak melalui kegiatan yang menyenangkan dan bermakna.

Vigotsky dalam Sigit (2020) menyatakan kontribusi budaya, interaksi sosial, dan sejarah dalam pengembangan mental/perilaku anak sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

Budaya menyediakan kerangka kerja di mana anak-anak belajar dan berkembang. Ini mencakup bahasa, nilai-nilai, norma, dan praktik-praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Vygotsky berpendapat bahwa alat-alat budaya seperti bahasa, tulisan, dan simbol-simbol lainnya sangat penting untuk perkembangan kognitif. Anak-anak menggunakan alat-alat ini untuk berpikir, memecahkan masalah, dan berkomunikasi.

Anak-anak menginternalisasi pengalaman dan pengetahuan yang diwariskan melalui sejarah budaya mereka. Ini mencakup cerita, tradisi, dan pengetahuan yang ditransmisikan secara turun-temurun.
Layanan PAUD berbasis budaya Minangkabau adalah pendekatan pendidikan anak usia dini yang mengintegrasikan nilai-nilai, tradisi, dan kebudayaan Minangkabau dalam proses pembelajaran.

Baca Juga :  Jelang lebaran, Santri Pondok Pesantren Alquran Darul Inqilabi Lubukbasung Pulang ke Rumah

Berikut adalah beberapa elemen penting dalam layanan PAUD berbasis budaya Minangkabau:
Penggunaan Bahasa Daerah:
Pengajaran dan komunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Minangkabau untuk membantu anak-anak mengenal dan melestarikan bahasa ibu mereka. Ini juga membantu meningkatkan keterampilan bahasa dan membangun identitas budaya sejak dini.

Cerita Rakyat dan Legenda Minangkabau:
Menggunakan cerita rakyat, legenda, dan dongeng Minangkabau sebagai bahan ajar untuk mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan sejarah budaya. Contoh cerita seperti “Malin Kundang” atau “Kisah Si Kambang” dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting.

Permainan Tradisional:
Mengintegrasikan permainan tradisional Minangkabau seperti “galah panjang,” “kelereng,” atau “engklek” ke dalam kegiatan fisik dan sosial. Permainan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengajarkan kerjasama, strategi, dan ketangkasan.

Seni dan Kerajinan Tradisional:
Mengajarkan anak-anak tentang seni dan kerajinan Minangkabau seperti songket, anyaman, dan ukiran. Aktivitas ini dapat membantu mengembangkan kreativitas, keterampilan motorik halus, dan apresiasi terhadap seni budaya lokal.

Musik dan Tari Tradisional:
Memperkenalkan musik dan tarian tradisional Minangkabau seperti “tari piring,” “tari payung,” dan musik talempong. Kegiatan ini dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar, ritme, dan ekspresi diri.

Kuliner Tradisional:
Mengajarkan anak-anak tentang makanan khas Minangkabau seperti rendang, nasi kapau, dan kue-kue tradisional. Aktivitas ini dapat mencakup memasak bersama, mengenal bahan-bahan masakan, dan memahami nilai-nilai nutrisi.

Upacara Adat dan Tradisi:
Melibatkan anak-anak dalam upacara adat dan tradisi Minangkabau seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, atau upacara turun mandi. Ini membantu mereka memahami dan menghargai nilai-nilai dan norma-norma budaya.

Nilai-nilai Adat dan Kearifan Lokal:
Menanamkan nilai-nilai adat Minangkabau seperti gotong royong, menghormati orang tua, dan pentingnya pendidikan. Hal ini bisa dilakukan melalui cerita, diskusi, dan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Lingkungan Belajar yang Mendukung:
Menciptakan lingkungan belajar yang mencerminkan budaya Minangkabau, seperti dekorasi ruang kelas dengan elemen-elemen budaya, menggunakan alat-alat permainan tradisional, dan menampilkan karya seni lokal.

Kolaborasi dengan Komunitas Lokal:
Melibatkan tokoh masyarakat, seniman, dan budayawan Minangkabau dalam kegiatan PAUD untuk memberikan pengetahuan langsung dan pengalaman budaya kepada anak-anak.

Dengan mengintegrasikan elemen-elemen budaya Minangkabau dalam layanan PAUD, anak-anak tidak hanya mendapatkan pendidikan akademik tetapi juga tumbuh dengan pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya mereka.(*)

Whyesi Meifarina Universitas Negeri Padang.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest