Berpetualang di Hari Minggu Pagi, Santri Pondok Pesantren Alquran Darul Inqilabi Lubukbasung Senang

Baca Juga

Oleh : Hasneril.SE

Setiap Minggu pagi biasanya santri Banin berkumpul di mesjid Alkairah Lubukbasung untuk melaksanakan didikan subuh. Khusus Minggu pagi ini hadir di mesjid seluruh santri hadir banin dan banan. Selain santri hadir Sri Dismayanti, Hasneril, Putra, Nisa dan Dodi di Minggu (10/10) yang berbeda ini.

Setelah didikan subuh semua santri berbaris di depan pondok banin, karena rute telah di sepakati semua tinggal tata tertib di jalan dijelaskan, Hasneril bersama Dodi mendampingi santri banin dan Sri Dismayanti bersama Nisa santri banan.

Tepat jam 06.20 wib pagi kami bergerak arah ke timur dari pondok, sepanjang jalan dikelilingi oleh sawah, kolam dan ladang warga setempat, rute 8 km PP, berlanjut Lapau Talang, terus arah Sangkir. Sesampai di Sangkir kami harus naik Jembatan gantung yang dibawahnya ada aliran sungai batang antokan. Sepanjang jalan santri dianjurkan untuk membaca salawat, dan apabila ketemu orang yang berpapasan jalan untuk menyapa dengan santun karena itu bagian dari adab yang baik.

“Akhirnya kami sampai di atas jembatan gantung Sangkir, dibawahnya mengalir air sungai batang Antokan yang jernih dan bersih, santri laki-laki terlihat keinginan untuk berenang, tapi karena sudah dibilang ini bukan lokasi mandi, mereka cukup memandang airnya saja dari atas jembatan.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan, dan sesuai skedul setengah kilo meter lagi akan berhenti disebuah warung untuk menyantap goreng pisang pagi sambil memandang indahnya alam yang dikelilingi oleh sawah dan bukit-bukit. Tak lama kemudian sampailah diwarung, semua santri banin masuk ke warung dan santri banan masuk ke sebuah balai-balai yang telah disediakan. Di warung ini hanya makan goreng, karena kira-kira enam kilometer lagi makan lontong sayur yang enak, dengan goreng bakwan yang gurih.

15 menit sudah cukup untuk istirahat, orang warungnya ramah, mereka sangat senang kami datang termasuk warga setempat, dia juga jual lontong sayur, tapi kita sudah punya rencana tempat makan lontong bukan disini.
Sedang enak-enak duduk datang hujan lebat otomatis tidak bisa melanjutkan perjalanan, semua santri terdiam dengan menikmati bunyi hujan pagi.

Waktu itu ada bis saudara orang punya warung kalau masih hujan disewa bis ini untuk antarkan ke pondok. Namun sebelum balik karena masih hujan, saya coba tawarkan ke santri mau makan lontong sayur disini. Karena warung ini juga jual lontong sayur, semua santri menunjuk, mungkin karena hujan mereka lapar, saya pesan untuk semuanya, saya bilang ke punya warung, hujan ini bawa rezeki ibuk karena sesuai skedul kami makan lontong sayur di daerah Cubadak, ibuk itu tersenyum dengan menjawab ia.

Setelah semuanya menikmat lontong sayur hujan berhenti, kata saya sama ibuk itu benarkan buk, setelah kami santap lontong sayur ibuk hujan berhenti berarti Allah takdirkan kami makan lontong sayur diwarung ibuk”, canda saya sambil tersenyum.

Setelah semuanya selesai kami melanjutkan perjalanan, khusus santri laki-laki sementara yang perempuan kembali ke pondok karena disamping tidak kuat juga ada agenda pondok khusus perempuan.

Sepanjang jalan banyak hal yang dilihat santri, sambil bersalawat sesekali mereka tersenyum merasakan nikmat Allah berupa oksigennya Allah yang sejuk, akhirnya kami sampai disebuah sungai besar lagi, dulunya juga jembatan gantung sekarang sedang pengerjaan jembatan besar, nama daerahnya Labuah Pacah.

“Di dekat jembatan banyak warga setempat hadir karena disamping orang proyek juga ada goro dan hampir semuanya saya kenal, semua santri saya anjurkan untuk salaman pada bapak-bapak itu, semua yang melihat mungkin merasa senang lihat santri, ada yang bertanya anak siapa, ada yang bertanya ini dari mana, mereka menjawab semua yang di tanya oleh bapak-bapak itu bahwa mereka adalah santri pondok Pesantren Alquran Darul Inqilabi Lubukbasung.

“Habis dari situ lanjut jalan dan saya tanya sama santri sudah capek atau belum mereka jawab belum, jam sudah menunjukan jam 09.20 wib, mereka minta mandi-mandi disungai, jarak sungai yang diminta itu dua kilometer lagi, semua sanggup, kami lanjut dan sampai dilokasi langsung mandi setelah melewati jembatang gantung Lubuk Tumiring satu kali lagi.

Setelah selesai mandi kami kembali melewati jalan lain lagi yang sepanjang jalan itu banyak kolam-kolam ikan air tawar, hilang lelah saya dan Dodi melihat semua santri masih kuat dan masih tersenyum, kami sampai di sebuah perkebunan sawit, ketemu saudara, langsung beliau menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke pondok, saya tanya sama santri semua gembira dan ingin naik mobil itu, dimobil mereka gembira, sesampai di pondok mereka ucapkan terima kasih pada sang sopir yang baik hati itu.

“Sampai di pondok semua anak langsung tancap gas untuk membersihkan pondok dan mereka semua langsung membersihkan diri dan dilanjutkan dengan makan bersama.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest

More articles