Setiap di awal bulan,kegiatan rutinitas yakni bergotong Royong tetap dilaksanakan dengan semangat yang tak pernah putus oleh masyarakat. Gotong Royong ini dilakukan difasilitas Umum seperti di jalan raya agar menjadi kampung yang sehat, nyaman, dan Indah.Pengertian gotong royong tentunya perlu dipahami oleh masyarakat. Apalagi, masyarakat tentunya tidak asing lagi dengan istilah ini. Gotong royong telah menjadi budaya masyarakat di Indonesia sejak zaman dulu.Kehidupan masyarakat Indonesia memang identik dengan kegiatan gotong royong ataupun kerja bakti untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, pengertian gotong royong perlu dikenali oleh seluruh masyarakat, baik anak muda, orang dewasa, maupun orang tua.
Pengertian gotong royong adalah bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu). Gotong royong adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan bersifat sukarela agar kegiatan tersebut berjalan lancar.Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki seluruh masyarakat yang ada di Indonesia. Adanya kesadaran setiap masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahmi akan semakin erat.
Untuk itu selalu menerapkan sikap Gotong Royong untuk meringankan segala sesuatu dengan baik. Selain itu juga dapat terciptanya hidup yang sehat, karna mengingat adanya pandemi Covid-19 ini yang belum juga membaik tetap harus mematuhi protokol-protokol kesehatan yang berlaku.
Pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan tersendiri. Tapi, justru di kondisi seperti ini sangat penting untuk saling bergotong royong membantu sesama warga.
Dampak positif bergotong royong bagi masyarakat:
1. Lebih terciptanya masrakat yang harmonis,aman dan tentram
2. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan persatauan antar warga
3. Denagn gotong royong, pekerjaan yang dilakukan akan lebih cepat selesai.
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun belakangan ini memerlukan komitmen kebersamaan atau gotong royong seluruh elemen bangsa.Tanpa adanya gotong royong, bangsa ini tidak akan bisa mengatasi persoalan pandemi yang memberikan multiefek yang luar biasa.
Tidak ada hal yang tak bisa dilewati melalui sikap gotong royong dan kolaborasi antar sesama manusia.Percayalah dengan gotong royong tidak ada kata tidak bisa, Kita pasti bisa.Oleh karena itu,dalam upaya menangani pandemi Covid-19 juga perlu semangat sama, khususnya dalam melaksanakan protokol kesehatan (prokes).
Mari bersama-sama kita bangun bangsa dan pastikan tidak kata menyerah,tidak ada kata lelah, tidak ada kata putus asa.Melihat pentingnya gotong royong dalam menunjang kehidupan bersama, maka upaya mentransmisikannya kepada generasi muda menjadi hal yang penting.
Gotong royong dapat dipraktikkan baik di dalam kelas maupun di sekolah sebagai bagian dari budaya sekolah. Kegiatan yang melibatkan siswa dari beragam latar belakang, seperti pramuka, tanggap bencana, bahkan kegiatan peringatan hari besar nasional dan keagamaan dapat menjadi manifestasi bagaimana gotong royong ditumbuhkan di lingkungan sekolah.
JIWA GOTONG ROYONG MENDUKUNG KEPEMIMPINAN NASIONAL KEDEPAN
Dalam kondisi seperti ini, menangkal terorisme tidak bisa dilakukan kalau tidak dilakukan bersama-sama. Menangkal virus radikalisme membutuhkan kerja kolektif dengan jiwa berjamaah. Gerakan gotong-royong masyarakat dalam berkontribusi mewujudkan situasi yang kondusif bisa dilakukan dengan cara berikut:
Pertama, memaksimalkan peran tokoh adat dan tokoh agama. Pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama di tingkat lokal bisa mencegah setidaknya memiminalisir virus dan akses-akses radikalisme. Selama ini, kerja-kerja pencegahan lebih banyak bersifat sentralistik, dengan tak-tik dan prosedur yang ketat. Di tingkat lokal, peran tokoh adat dan tokoh agama ternyata sangat fungsional.
Peran strategis tokoh adat dan agama ini bisa dilihat dari semboyan adat bersandi syara, di mana keduanya adalah ibarat dua sisi koin mata uang, tak bisa dipisahkan. Masalah-masalah yang dihadapai masyarakat kalau tidak mangatakan seluruhnya terlebih dahulu diselesaikan dengan kerja-kerja kekeluargaan yang bersifat lokal nan arif, sebelum masuk ke institusi formal. Peran strategis ini, bisa dimaksimalkan untuk mengampanyekan nilai-nilai kedamaian, harmoni dan toleransi.
Kedua memaksimlkan fungsi lembaga-lembaga masyarakat, menghidupkan ritual yang bersifat lokal merupakan hal yang sangat ampuh dalam melawan radikalisme. Lembaga masyarakat baik berbentuk artefak seperti rumah adat, ruang-ruang kumpul, maupun bersifat non-fisik, seperti ikatan kesukuan, marga, dan sistem kekeluargaan memiliki fungsi dalam menangkal radikalisme.
Ikatan marga umpanya yang ada di suku Batak, Sumatera Utara sangat strategis dalam meminimalisir komfilik. Bagi sistem kesukuan, marga itu adalah ikatan saudara. Jika marga A berjumpa dengan marga B umpanya, C dengan D mereka sudah menganggap itu adalah saudara kandung. Bahkan bagi sebagian orang, ikatan marga jauh lebih tinggi dari pada ikatan agama. Kita boleh beda agama, asal kita satu marga, kita adalah saudara. Akibatnya konflik dan perselisihan bisa di-manage.
Hal yang sama juga terjadi di pulau Jawa. Adanya tradisi ziarah kubur ke makam-makam yang dianggap suci, ternyata bisa meminimalisir konflik-konflik yang ada di masyarakat. Perbedaan-perbedaan yang beragam, setelah masuk dalam lingkungan makam suci untuk ziarah itu bisa membaur dan melebur antar sesama.
Masyarakat tentunya akan terus mengawal hasil kerja pemerintahan yang telah bergulir pada masa ini tetap harus diapresiasi karena upaya kerasnya dalam melawan hoax dan radikalisme. Untuk menghadirkan kepemimpinan nasional yang kuat tentunya harus didukung oleh komitmen dan karakter masyarakat yang kuat juga, serta mampu memberikan kiprah yang dibutuhkan untuk berlanjutnya pembangunan nasional.