Malut, Investigasi.news – Pesta demokrasi Pilkada 2024 di Kabupaten Kepulauan Sula menjadi panggung politik yang sarat dengan berbagai dinamika menarik. Tidak hanya tentang kontestasi antar kandidat, Pilkada kali ini juga menjadi cerminan dari harapan, kegelisahan, dan pertarungan ide untuk masa depan daerah Kabupaten Kepulauan Sula yang kaya potensi namun rentan terhadap berbagai tantangan pembangunan.
1. Persaingan Politik yang Menguat.
Dalam Pilkada ini, para pasangan calon (Paslon) tidak hanya berlomba memenangkan hati masyarakat, tetapi juga menghadapi realitas pergeseran dukungan partai politik. Salah satunya adalah alih dukungan PDIP, yang memberikan warna baru dalam strategi kampanye dan konfigurasi kekuatan politik. Perubahan ini menambah kompleksitas peta politik, di mana setiap langkah dan manuver politik akan berdampak besar pada hasil akhir.
2. Politik Gagasan vs Politik Transaksional.
Di tengah persaingan, isu politik gagasan menjadi sorotan utama, terutama dalam debat publik yang menjadi ajang unjuk visi dan misi. Namun, politik transaksional masih membayangi, menciptakan dilema antara idealisme demokrasi dan praktik pragmatisme yang kerap mewarnai pesta politik lokal. Masyarakat dihadapkan pada pilihan: memilih berdasarkan visi pembangunan jangka panjang atau terjebak dalam godaan sesaat.
3. Mencari Pemimpin Visioner.
Kepulauan Sula membutuhkan pemimpin yang visioner, seseorang yang tidak hanya menjawab kebutuhan dasar masyarakat tetapi juga mampu membangun masa depan daerah. Tantangan infrastruktur yang minim, pengelolaan anggaran yang belum optimal, hingga potensi maritim yang belum terkelola maksimal menjadi PR besar bagi pemimpin terpilih. Pertanyaan utamanya adalah: siapa yang memiliki solusi nyata, bukan sekadar janji?
4. Dinamika Sosial Pemilih.
Sebagai daerah dengan keragaman budaya dan ekonomi, karakteristik pemilih di Kepulauan Sula menjadi variabel penting. Masyarakat nelayan, petani, hingga pelaku UMKM memiliki aspirasi yang berbeda, sehingga kandidat yang memahami kebutuhan spesifik ini berpotensi unggul. Di sisi lain, keberpihakan kepada kelompok marjinal seperti perempuan dan pemuda menjadi isu yang terus ditunggu jawabannya.
5. Masa Depan Kepulauan Sula di Ujung Tangan Pemilih.
Pilkada 2024 bukan sekadar tentang siapa yang akan duduk di kursi kekuasaan. Ini adalah momentum penting bagi masyarakat Kepulauan Sula untuk menentukan arah masa depan daerah. Dengan berbagai tantangan dan potensi yang ada, keputusan pemilih akan menjadi penentu apakah daerah ini mampu keluar dari berbagai hambatan pembangunan atau justru tetap terjebak dalam siklus permasalahan yang sama.
Menakar “yang terserat” dalam Pilkada ini berarti membaca apa yang tersembunyi di balik strategi politik, janji kampanye, dan dinamika sosial masyarakat. Yang terserat adalah kepentingan pribadi, ambisi kekuasaan, atau mungkin harapan sejati untuk perubahan. Pilihan ada di tangan rakyat, tetapi apakah mereka akan memilih berdasarkan kesadaran kolektif atau terjebak dalam realitas politik praktis? Jawabannya akan terungkap di hari pencoblosan.
Oleh: Mohtar Umasugi, S.Ag., M.Pd.I
(Akademisi Sula)