SAWAHLUNTO, investigasi.news– Tak ada lagi kontes atau lomba burung berkicau digelar di masa pandemic Covid-19 berimbas terhadap gairah peternakan burung di Kota Sawahlunto. Sebagian besar peternakan burung berkicau mulai redup dan menjual burung berkicau dengan harga murah.
Ketua Rumah Burung Kayu Gadang Rudiyanto menyatakan tak adanya kontes dan lomba burung berkicau dimasa pandemi Covid-19 yang tak mengizinkan keramaian mengakibatkan lesunya peternakan kelompok yang beranggotakan 16 peternak yang mengembangkan burung murai batu, Love Bird atau Labed dan kacer itu
“ sebagian sudah menjual burung peliharaannya dengan harga murah karena tak jelas kemampuan dalam berkicau karena tak ada kontes atau lomba yang diikuti sebagai standar dalam nilai jual seekor burung berkicau” kata Rudianto Kamis (17/3/2022)
Lebih jauh dia menjelaskan kerena kontes burung bisa digelar tentu harga jual burung akan bersaing dan penjualan harga pakan seperti jangkrik dan pelet akan meningkat sehingga dapat menolong pembelian bibit.
Ini resiko yang amat berat, sebutnya tak mungkin mempertahankan ternak burung, yang butuh pakan serta obatan sedangkan populasi terus bertambah dan harga jual burung tak sesuai sedangkan peternakan jangkrik yang telah dirintis juga kurang berjalan.
Hal yang sama juga dikeluhkan Hermansyah (52) peternak burung berkicau di Talawi yang kerap menggelar kontes atau latihan bersama dikawasan peternakannya.
Sekarang hanya menyisakan lima ekor ternak burung saja, karena tak kuat untuk memelihara banyak kerena harga jualnya tak tinggi karena tak ada kontes dan lomba.
“ semoga ada regulasi yang bisa memulai kembali digelarnya kontes atau lomba burung berkicau agar peternakan burung tetap eksis” pintanya.(T.Ab)
