Aceh Timur, investigasi.news – Sebanyak 116 pengungsi etnis Rohingya ditemukan terdampar di kawasan pesisir Kuala Ujung Perleng, Gampong Paya Peulawi, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, pada Sabtu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Pengungsi tersebut terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang diperkirakan telah menempuh perjalanan panjang di lautan pada Sabtu (30/11/2024).
Kapolres Langsa, AKBP Andy Rahmansyah, S.I.K., S.H., M.H., melalui Kasatpol Airud, AKP Nurmansyah, mengonfirmasi kejadian tersebut. “Benar, hari ini ratusan etnis Rohingya ditemukan terdampar di Kuala Ujung Perleng. Saat ini kami tengah berupaya memberikan penanganan awal untuk mereka,” ungkapnya kepada awak media.
### Data Pengungsi
Menurut data yang dihimpun aparat, para pengungsi terdiri dari:
– **32 laki-laki dewasa**
– **46 perempuan dewasa**
– **15 anak laki-laki**
– **23 anak perempuan**
Sebagian dari mereka tampak lemah akibat kelelahan dan kurangnya asupan makanan selama perjalanan. Mereka diduga telah berlayar selama beberapa minggu di tengah laut dengan kondisi kapal yang tidak layak.
AKP Nurmansyah menyebutkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait, termasuk Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan organisasi kemanusiaan, untuk menangani situasi ini. “Kami fokus pada pengamanan dan memastikan pengungsi mendapatkan bantuan medis, makanan, dan tempat tinggal sementara,” jelasnya.
Relawan dan warga setempat turut membantu memberikan makanan dan air minum kepada para pengungsi. Beberapa pengungsi yang membutuhkan perhatian medis langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Rohingya, kelompok minoritas yang berasal dari Myanmar, telah lama menghadapi diskriminasi dan kekerasan di negara asal mereka. Krisis kemanusiaan yang berkelanjutan memaksa banyak dari mereka untuk meninggalkan rumah dan mencari perlindungan di negara lain, termasuk Indonesia. Aceh, dengan lokasinya yang strategis, sering menjadi titik pendaratan pertama bagi pengungsi Rohingya yang menyeberangi Samudra Hindia.
Peristiwa ini menambah daftar panjang insiden pengungsi Rohingya yang terdampar di perairan Indonesia. Pemerintah dan masyarakat Aceh dikenal memiliki solidaritas yang tinggi dalam menangani para pengungsi, sebagaimana terlihat dari bantuan yang diberikan secara spontan oleh warga sekitar.
Hingga berita ini diturunkan, para pengungsi telah ditempatkan di lokasi sementara sambil menunggu koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah pusat dan organisasi internasional, seperti UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees).
Masyarakat diimbau untuk mendukung penanganan krisis ini secara kemanusiaan. “Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama membantu mereka yang membutuhkan. Ini adalah tugas kemanusiaan kita bersama,” tutup AKP Nurmansyah.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan para pengungsi Rohingya dapat segera mendapatkan perlindungan dan bantuan yang layak, sambil menunggu solusi jangka panjang dari pihak-pihak terkait.
Zul