Jepara, Investigasi.news – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Kabupaten Jepara menyelenggarakan Pelatihan Guru utamanya Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Guru Bahasa Jawa SD bertempat di Aula Disdikpora Kabupaten Jepara, Kamis, (30/3/2023).
Kepala Dinas Disdikpora Agus Tri Harjono mengatakan dari masing masing kecamatan mengutus 2 orang guru SD, setelah selesai pelatihan, para peserta diminta untuk menyampaikan hasil pelatihan kepada rekan guru SD di gugus masing-masing.
Dalam sambutannya Agus mengatakan, sebagian masyarakat masih menganggap bahasa, sastra dan aksara Jawa sebagai pelengkap budaya dan belum tampak ada rasa untuk memiliki, apalagi bahasa Jawa termasuk budayanya yang merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia.
Dizaman yang serba canggih ini, Bahasa dan Aksara Jawa mulai luntur terkikis oleh zaman. Penyebabnya bisa bermacam-macam, karena banyak generasi muda yang kurang memahami keaslian Bahasa dan Aksara Jawa itu sendiri. Selain itu, maraknya penggunaan bahasa gaul dan bahasa asing yang membuat Bahasa Jawa terkikis oleh keadaan, juga dari orangtua yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari – hari.
Pengenalan Bahasa dan Aksara Jawa sejak dini pada anak perlu dilakukan guna melestarikan budaya Jawa. Di dalam Bahasa dan Aksara Jawa terkandung nilai moral, nilai karakter yang berkaitan dengan sopan santun dan unggah -ungguh dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kaum muda harus mempunyai minat untuk melestarikan Budaya Jawa. Hal itu dimulai dengan pengetahuan tentang budaya Jawa dalam masyarakat. Masyarakat harus memiliki peranan yang penting dalam melestarikan budaya mereka. Kemudian mereka akan terbiasa berbahasa Jawa dengan lancar dan benar. Sehingga, Bahasa Jawa bisa tetap terjaga dan dilestarikan.
Menurut Agus, pentingnya guru bisa berbahasa Jawa dan menulis aksara jawa terkait fungsi sekolah sebagai pusat kebudayaan. Apapun yang ada di masyarakat, dipelajari di sekolah, katanya
Selain itu, penggunaan bahasa jawa dan penulisan aksara jawa dimaksudkan untuk mendorong agar Kurikulum 2024 betul-betul bisa dilaksanakan. “Karena kurikulum ini mengamanatkan pembentukan karakter anak yang tentu penting juga dilakukan melalui percakapan bahasa Jawa dan kecapan baca tulis aksara jawa” lanjut dia.
Penting diketahui masyarakat luas bahwa bahasa, sastra, dan aksara Jawa merupakan warisan budaya. Oleh sebab itu, ini menjadi hal yang penting diketahui dan dikuasai oleh para guru, siswa siswi dan juga masyarakat Jawa.
“Dengan ini diharapkan seluruh peserta dari masing masing perwakilan guru dapat mengikuti kegiatan ini dan kegiatan ini mampu memberikan dampak peningkatan positif bagi generasi muda Jawa yang dapat melatih keterampilan berbahasa sesuai kaidah bahasa, sekaligus menunjukkan kepribadian sebagai orang Jawa,” pungkasnya.
Pada kesempatan terpisah Kepala Bidang SD Edi Utomo mengungkapkan, kegiatan ini dilakukan agar guru dapat membuat inovasi pembelajaran yang menarik untuk anak didik mereka. Melihat fenomena dimasyarakat sekarang penggunaan bahasa jawa krama mulai berkurang. Jika hal itu terjadi, ditakutkan bahasa jawa akan mengalami kepunahan.
“Sekarang penggunaan bahasa jawa krama sebagai bahasa tutur sangat jarang, bahkan sulit ditemui. Untuk itu kami K3S melakukan pelatihan kepada kepala sekolah dan guru agar bisa menyalurkan ilmu mereka kepada para siswa bahkan lingkungan sekitar,” terangnya.
Ia menjelaskan, tujuan utama kegiatan tersebut tidak hanya untuk melestarikan bahasa jawa krama sebagai bahasa tutur, namun juga sebagai ajang diskusi para guru. Dengan itu mereka dapat membuat beberapa metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di sekolah masing-masing.
“Bertahap, kami para guru berusaha untuk melestarikan bahasa jawa agar kembali mengalami eksistensi di masyarakat. Dengan cara membuat metode belajar kepada para siswa. Nantinya untuk membangkitkan semangat mereka, akan ada kompetisi bahasa bertingkat,” jelasnya.
Salah satu kompetisi yang sudah dilakukan adalah lomba Di jenjang SD, cabang lomba yang diikuti adalah membaca gurit, menulis gurit, dan mendongeng.
Yang terakhir Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2022, Guru kelas 4 SDN 2 Jambu Kholidah, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara ini berhasil mengantar anak didiknya, Valdesa Annajwa Miskhah, menjadi juara 1 cabang lomba menulis aksara Jawa kelompok putri.
“Dengan demikian, dari jenjang SD ada enam (orang) wakil, dan tiga (orang) di antaranya membawa pulang piala untuk Jepara, karena menjadi juara di tingkat Jawa Tengah,” ungkapnya.
Oleh sebab itu Edi Utomo berharap dalam proses transformasi pendidikan di kelas untuk mewujudkan budaya seperti itu kita punya kewajiban juga bagaimana meningkatkan kompetensi guru di dalam kemampuan berbahasa dan menulis aksara Jawa kalau kemudian sudah ada keinginan itu tentu saja pemerintah punya tanggung jawab bagaimana memberikan suplemen anggaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan kompetensi atau kapasitas guru di dalam penguasaan Bahasa dan Aksara Jawa
ketika kemudian nanti ada kewajiban atau beban bahwa bulan berikutnya nanti ada akan dilombakan dia akan di DIY (Do It Youself) itu mau belajar sendiri bagaimana menguasai mengasah kemampuannya ya apakah itu belajar di internet media sosial apapun mereka mengajak sehingga kompetensi itu meningkat dengan karena kesadaran sendiri dan mau mencari sendiri dan mencoba sendiri.
“Jadi pembelajaran bahasa Jawa sebaiknya Gampang, Aktif, Unggul, dan Luwes (GAUL). Selain itu juga dengan pembelajaran PAIKEM yaitu Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, serta pembelajaran kontekstual berdasarkan pendekatan CTL yaitu Contextual Teaching and Learning).”kata Edi Utomo
Ada tiga ciri khas atau roh kompetensi yang harus dimiliki guru bahasa Jawa Profesional, yaitu unggah-ungguh yang mapan, dapat membaca dan menulis aksara Jawa, dan nembang. Unggah-ungguh terbagi atas tata basa yaitu penggunaan undha usuk (stratifikasi) bahasa Jawa (ucap), dan tata krama yaitu perilaku yang njawani, pungkasnya. Petrus