Sula Dalam Cengkraman Penjajahan FAM-SAH

More articles

Malut, Investigasi.news – Awalnya mereka (FAM-SAH/Fifian Adeningsi Mus-Saleh Marasabessy) datang mendapat sambutan baik dari masyarakat Sula, dengan harapan visi dan misi Sula Bahagia menjadi nyata sebagai pendongkrak kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di negeri yang terkenal dengan slogan dad hia ted sua.

Namun harapan masyarakat menjadi sirna seiring berjalannya pemerintahan daerah (Pemda) Kab. Kepulauan Sula dibawah nahkoda FAM-SAH, alih-alih akan terwujud kenaikan taraf hidup masyarakat, yang terjadi malah penindasan (baca:penjajahan) pada segala bidang.

Kenapa dikatakan mirip dengan penjajahan, penjajahan di zaman jepang, karena kebijakan rezim FAM-SAH tidak pro kepada masyarakat tapi justeru menguntungkan penguasa dan kelompoknya, misalnya pemodal atau kaum kapitalis dan basis pendukungnya, lihat saja apa pembangunan di Sula dikerjakan oleh putra/i daerah ini?! Jawabannya pasti: TIDAK, coba tengok proyek rumah sakit senilai Rp 43,8 miliar itu dikerjakan oleh perusahaan dari Aceh dan kontraktor pengawas dari Ambon, kemudian pekerjaan jalan itu juga dikerjakan oleh kontraktor diluar Sula, hal ini kemudian menjadikan APBD kita tidak berputar atau gagal menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi di Sula, karena faktanya banyak anggaran yang dilarikan atau dibelanjakan keluar daerah, selanjutnya coba lihat banyak kegiatan yang sesungguhnya bisa dilakukan di Sula tapi rezim ini menggelar di luar daerah, misalnya di Makassar, Manado, Jakarta, Bandung sehingga menguntungkan berbagai daerah diatas, sama persis dengan penjajah Jepang yang tidak menginginkan Indonesia maju dan pertumbuhan ekonominya berputar baik, satu lagi banyaknya kasus tenaga honorer atau ASN yang terabaikan haknya menjadikan rezim ini seperti menerapkan kebijakan romusha atau kerja paksa tanpa dibayar.

Baca Juga :  Pileg Kab. Sula: Eks. Wartawan Menuju Bukit Harapan

Pada sisi yang lain kala itu Jepang mengaku sebagai saudaranya Indonesia demi untuk memutus penjajahan Belanda terhadap Indonesia, tapi siapa sangka kalo Jepang ternyata lebih sadis dalam menjajah negeri kita, sama halnya dengan kehadiran FAM Eta Sua, yang seakan sebagai saudara perempuan kita tapi apa faktanya bisa kita rasakan semua.

Sehingga (maaf) saya harus menyimpulkan bahwa yang terjadi di Sula saat ini adalah model penjajahan gaya baru dengan bumbu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Oleh: Rifky Leko (Ketua GMNI Sula)
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest