Melansir situs resmi PBB, tema Hari Remaja Internasional 2023 adalah “Green Skills for Youth: Towards a Sustainable World” atau “Keterampilan Hijau untuk Pemuda: Menuju Dunia yang Berkelanjutan”.
Keterampilan yang dimaksud meliputi “pengetahuan, kemampuan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk hidup, berkembang, serta mendukung masyarakat yang berkelanjutan dan hemat sumber daya”.
Remaja mengalami pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial. Ini akan memengaruhi perasaan, pemikiran, hingga interaksi dengan dunia sekitar.
Menurut PBB, Sejarah Peringatan Hari Remaja Internasional berawal dari gagasan yang diusulkan pada 1991 oleh para pemuda yang berkumpul di Wina, Austria, untuk sesi pertama World Youth Forum of the United Nations System.
Berdasarkan UUDNo 23 tahun 2003, anak didefinisikan dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Adapun istilah remaja didefinisikan berdasarkan keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai seseorang yang berada dalam rentang usia 12 sampai 24 tahun.
Dengan demikian dapat diambil kesepakatan bahwa setiap pribadi dengan rentang usia rata-rata di bawah 24 tahun masih dapat dikategorikan sebagai seorang anak yang patut mendapatkan arahan dalam berkelana di media sosial.
Capaian Indonesia perihal masivitas penggunaan media sosial berada pada presentase 60,4% dari keseluruhan jumlah penduduk per 2023. Informasi ini dirilis oleh “Databoks Katadata”.
Kondisi ini menjadi peringatan bagi para orang tua, guru, bahkan lingkungan untuk berpartisipasi dalam upaya membantu filtering content yang mereka konsumsi di media sosial.
Sikap ikut serta dalam setiap perilaku anak dengan motivasi mengarahkan memang perlu dilakukan agar anak paham dan mengerti sisi negatif dan positif dari media sosial. Memahamkan anak mengenai bagaimana cara menghindari konten yang tidak bermanfaat dan mengganggu produktivitas diri. Supaya kejadian yang direkam dalam hasil sebuah penelitian berjudu “Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja.”
Apa bahayanya kecanduan media sosial?
Dampak Negatif Kecanduan Media Sosial
Mengutip dari artikel berjudul “Effects of Social Media Addiction.”
Ada dua dampak negatif yang ditimbulkan dari kecanduan media sosial yaitu: dampak secara fisik dan dampak secara psikis.
Dampak fisik yang ditumbulkan antara lain: penglihatan kabur akibat ketegangan mata, masalah sakit punggung dan leher, pola tidur yang terganggu dan carpal tunnel syndrome yang merupakan kompresi saraf median di terowongan karpal karena gerakan tangan dan lengan yang berulang.
Adapun dampak psikis dari kecanduan media sosial antara lain: stress, kecemasan, penurunan prestasi akademik pada siswa, berdampak negatif pada hubungan interpersonal, depresi pada orang yang sering kecanduan situs jejaring sosial, mudah terkena mental illness sebab terlalu banyak input konten-konten yang negatif (gosip, prank, playing victim, dan lainnya), tidak produktif dan mengakibatkan tertinggal dalam mengembangkan diri.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa media sosial bisa berdampak bagi kesehatan emosi remaja.
Bahaya lainnya dari kecanduan media sosial adalah banyak remaja yang tidur kurang dari delapan jam per hari.
Anda bisa memilih membaca artikel atau pertanyaan pertanyaan khususnya artikel Bagaimana Caranya Mengatur Waktu.
Disitus web jw.org, artikel ini telah membantu remaja supaya tidak menghabiskan waktu untuk “media sosial” yang berdampak kecanduan.
Berikut delapan cara yang disinyalir jitu dalam mengatasi atau menangani kecanduan media sosial pada anak.
Berikut penjelasannya dengan mengambil referensi dari laman: “Parenting Alpha.”
1. Menjadi Teman di Dunia Nyata
Anak-anak disinyalir mulai memfokuskan perhatian ke layar dunia maya sebab tidak ada figur nyata yang dapat diajak berdiskusi atau sekedar bermain. bhkan, sebagian orang tua dengan sukarela memberikan gawainya untuk anak agar mereka diam dan dapat disambi melakukan pekerjaan rumah.
Apabila sudah terlanjur demikian, segera ambil tindakan. Mulailah mengobrol di timing yang tepat. Ambil hati anak dengan berbagai diskusi atau permainan atau bahkan pendidikan langsung di lapangan seperti mengajarkan bercocok tanam, berkebun, merawat hewan, dan lainnya.
2. Mencari Alternatif lain yang Dapat Menggantikan Media Sosial
Nyatanya, ada banyak platform edukatif yang dapat dipakai untuk kepentingan pengembangan diri atau sekedar mencari tahu sesuatu. kenalkan dengan cara kreatif akan hal ini kepada anak. Rayu mereka untuk menyenangi digititalisasi yang edukatif, seperti platform belajar bersama, berbincang dengan rekan sejawat seputar topik tertentu, atau lainnya. Hal yang pasti adalah tetap disertai dengan pengawasan.
3. Melakukan Rutinitas dalam Keluarga dengan Jadwal yang Tepat
Menjadwalkan berbagai kegiatan dengan tepat. Hal ini dapat mengantisipasi wasting time dalam berselancar di media sosial. Rutinitas tersebut seperti Waktu makan, menyelesaikan pekerjaan rumah, kegiatan di luar ruangan, waktu sholat/pertemuan, hingga tidur.
4. Menginisiasi Kegiatan Mengasyikan di Keluarga
Orang tua dapat membangun kedekatan kepada anak dengan memfasilitasi berbagai kegiatan bersama dalam keluarga, seperti: “Sabtu Piknik”, “Memasak Bersama di Hari Sabtu”.
5. Memanfaatkan Aplikasi Digital
Beberapa developer telah mengembangkan aplikasi yang dapat mebantu seseorang menentukan jadwal aktivitas dalam kesehariannya. Manfaatkan peluang ini untuk maksimal dalam mengelola waktu untuk produktif.
6. Diskusi Spesifik
Penggunaan media sosial yang berlebih akan menimbulkan kecanduan dan cenderung membuang waktu bahkan menjadikan diri termotivasi untuk mengisolir diri dari kehidupan nyata. Sebagai orang tua, dapat dijelaskan secara kreatif dan halu berkenaan dengan hal ini supaya anak dapat memahami dengan baik dan patuh.
7. Fokus dan Maksimalkan Waktu untuk hal yang Disukai
Orang tua perlu memahami potensi anak. hal ini dapat menjadi referensi untuk menyalurkan bakat anak ke dalam bidang tertentu. Setelah benar-benar memahami, diskusikan dengan anak dan salurkan potensi tersebut di tempat yang tepat. Misalnya” memiliki bakat matematika, maka orang tua dapat menyalurkan potensi anak ke lembaga berfokus pada matematika.
8. Membatasi Kecepatan Koneksi Internet
Satu cara yang dapat dilakuakn juga untuk memulai mengurangi kecanduan anak terhadap media sosial adalah denagn mengurangi fasilitas yang dapat mendukung kegiatan tersebut seperti menurunkan kecepatan bandwith.
”Di situs web jw.org tersedia banyak artikel, video, dan animasi yang dapat membantu siapa pun, termasuk anak-anak muda, untuk mempunyai pandangan yang seimbang mengenai penggunaan media sosial. Semua informasi ini tersedia dalam lebih dari 1.000 bahasa dan dapat didownload secara gratis,” kata Ario Sulistiono, Juru Bicara Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Di kutip dari chanelnewsasia.com/ big- read-,teenagers-, media-social : Seorang insinyur perangkat lunak berusia 27 tahun Caleb Lee, yang telah menonaktifkan akun Instagram-nya selama sekitar satu tahun sekarang, paling lama dia tidak menggunakan aplikasi.
Dia mengatakan kepada HARI INI bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di Instagram dapat mengubah persepsinya tentang “hari biasa”.
“Saat ini, ada lebih banyak konten di media sosial… (dan) katakanlah Anda menghabiskan rata-rata tiga jam setiap hari untuk menggulir ponsel Anda,” katanya.
“Instagram perlu menemukan konten terbaik di antara konten yang terus bertambah ini untuk disesuaikan dengan tiga jam Anda. Secara alami konten akan semakin menarik perhatian, jadi Anda akan mulai melihat skandal terburuk dan Anda akan melihat yang terbaik dari kehidupan orang lain.
Meski begitu, dia mengakui bahwa media sosial tidak semuanya buruk.
“Pada titik ini, kita tidak akan benar-benar tahu apa bagian yang baik tentangnya dan apa bagian buruknya, sampai Anda benar-benar mempelajarinya dengan cara yang sulit — dengan mungkin tinggal di dalamnya terlalu lama, atau dalam kasus saya, menghilangkan diri saya dari situasi itu, ”katanya.
“Sekarang saya pergi selama satu tahun, saya bisa melihat sebenarnya ada banyak hal baik tentang itu jika saya tahu bagaimana mengendalikannya daripada membiarkannya mengendalikan saya.”kata Lee.
Memang, media sosial dapat bermanfaat bagi remaja jika digunakan dengan tepat. Namun, ada banyak bahaya yang mengancam para remaja jika mereka tidak berhati-hati dalam menggunakannya. Maka, penggunaan media sosial secara bijaksana dapat membantu remaja agar terhindar dari kecanduan media sosial.
Reporter: Petrus Paranto, investigasi.news
Editor :
Dikutip dari beberapa sumber, tanggal 11 Agustus 2023, 16.51.