Nampaknya, ketegasan Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah untuk segera menindaklanjuti dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali (P.084) Kota Payakumbuh, nilai Rp. 3,4 Miliar dan dikerjakan oleh PT. Tewang Jaya Konstruksi, sangat ditunggu oleh publik. Sehingga, isu tentang “kedekatan” yang telah lama beredar di kalangan masyarakat, bisa terbantahkan. Apalagi ketegasan gubernur juga dapat membangkitkan keberanian Dinas Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Sumbar untuk bertindak, ungkap berbagai kalangan.
Banyak dikalangan kontraktor merasa tidak heran dengan tindakan “pembiaran” yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang dengan Gubernur Sumbar, terhadap dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali (P.084) Kota Payakumbuh, nilai Rp. 3,4 Miliar yang dikerjakan oleh PT. Tewang Jaya Konstruksi. Sebab, “pembiaran” itu juga pernah terjadi pada saat Gubernur Mahyeldi menjabat Walikota Padang. Apalagi disebut-sebut pimpinan dari PT. Tewang JK mempunyai hubungan baik dengan Timses dari kepala daerahnya, itupun sudah menjadi konsumsi publik. Oleh karena itu, masyarakat meminta kepada gubernur untuk bersikap tegas terhadap PT. Tewang JK agar tidak menimbulkan kecurigaan yang semakin besar, ujar mereka.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah saat dikonfirmasi Media ini terkait dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali (P.084) Kota Payakumbuh, dikerjakan oleh PT. Tewang Jaya Konstruksi, namun sampai berita ini diturunkan, Mahyeldi tidak menjawabnya.
Hal serupa juga didapatkan media ini ketika mengkonfirmasi dugaan penyimpangan pekerjaan PT. Tewang Jaya Konstruksi ke Dinas Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang Sumbar. Kabid Bina Marga, Dedi Rinaldi dan PPTK nya, Tommy Prima Putra saat dikonfirmasi terkait dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali Kota Payakumbuh tidak juga menjawabnya.
Sedangkan dari Konsultan pengawasnya, Firdaus kepada media ini mengatakan, soal konfirmasi terkait dugaan beberapa item penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali Kota Payakumbuh, sudah saya jelaskan ke Kabid BM satu persatu. Diantaranya, soal pekerjaan batu bronjong, itu bukan pekerjaan kita, batu bronjong tersebut proyeknya PUPR Kota Payakumbuh. Kalau pemakaian batu yang diduga rapuh, itu tidak benar dan silahkan diuji ke laboratorium. Di Payakumbuh hanya tersedia batu yang seperti itu, batu sungai tidak ada. Batu yang dipakai untuk pasangan batu ini adalah batu pecah bukit.
Namun saat media ini bertanya kalau di lokasi proyek terlihat juga ada tumpukan dan pemakaian batu sungai untuk pasangan batu, dengan nada terdengar terbata-bata Firdaus mengatakan hanya sedikit memakai batu sungai, itupun susah dicarinya.
Kalau soal pekerjaan pasangan batu tidak memakai tapak, Firdaus menjelaskan, itu juga tidak benar. Tanah dasar untuk tapak digali dengan alat berat, bukti foto-foto pekerjaan galian tapak dengan alat berat sudah kita perlihatkan ke Kabid BM. Tapi sayangnya Firdaus tidak mengirimkan ke media ini. Lalu media ini kembali bertanya, kalau memang memakai tapak, apakah pekerjaannya dengan cara batu ditumpukkan (tanpa adukan semen) hingga penuh pada galian yang terlihat dangkal, setelah itu diatas tumpukkan batu diberi adukan semen yang terlihat sedikit.
Dengan nada yang terdengar tinggi, Firdaus mengatakan bentuknya saja yang terlihat jelek. Cara pekerjaan tapak memang seperti itu, setelah batu-batu ditumpukkan didalam galian, lalu disiram dengan air. Setelah itu, di atas tumpukan batu yang sudah disiram baru diberikan adukan semen.
Lalu media ini kembali bertanya soal pekerjaan abutment atau kepala jembatannya serta siapa nama pihak dari PT. Tewang JK. Baru akan mulai bertanya soal dugaan adanya abutment yang terlihat keropos, dengan nada yang terdengar tergesa-gesa Firdaus mengatakan, nanti saja saya jelaskan, sekarang saya lagi membawa mobil dan haripun hujan. Besok kita ketemu untuk menjelaskan, besok saya hubungi.
Kalau pimpinan PT. Tewang JK namanya Jub, sedangkan pelaksana lapangan Andi, ujarnya.
Pimpinan dari PT. Tewang Jaya Konstruksi yang akrab dipanggil Jup, saat dikonfirmasi zaman terkait dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali Kota Payakumbuh, namun sayangnya, sampai berita ini diturunkan, Jup tidak menjawabnya.
Salah seorang pengamat konstruksi, H. Adrimanto, ST saat diminta komentarnya terkait dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jembatan Sikali Kota Payakumbuh mengatakan, pekerjaan PT. Tewang Jaya Konstruksi terlihat dikerjakan asal jadi saja alias serampangan.
Lihat saja pada pekerjaan pasangan batu yang diragukan memakai tapak. Sebab, mana ada pekerjaan tapak, batu-batu ditumpukkan didalam galian sampai setinggi bibir atas galian, setelah itu dioleskan dengan adukan semen pada bagian atas tumpukkan batu. Sedangkan kegunaan tapak atau kaki pasangan batu tersebut berfungsi sebagai penahan momen guling akibat desakan tanah dari sisi sampingnya. Seharusnya, pekerjaan tapak sama dengan pekerjaan pasangan batu diatas tapak tersebut. Bedanya, ukuran tapak lebih lebar dari pasangan batu diatasnya. Kalau seperti ini cara pekerjaannya, proyek belum selesai, pasangan batunya sudah roboh.
Bukan hanya itu saja dugaan penyimpangannya lanjut Adrimanto mengatakan, pada pekerjaan pasangan batunya, spesi antar batu terlalu dekat, bahkan banyak yang terlihat saling bersentuhan. Akibatnya, daya rekat antar batu berkurang jadinya. Pemakaian batu untuk pasangan batu banyak yang berukuran besar, harusnya maksimal 20 cm. kalau batu yang digunakan berukaran besar, tentu volume adukan semen menjadi berkurang. Hal itu yang menyebabkan pasangan batu tidak bertahan lama dan rekanan mendapatkan keuntungan dari berkurangnya volume adukan semen.
Pada pasangan batu bagian dalam tidak di plester, sehingga permukaan tidak rata dan berongga. Ironisnya, rongga atau celah pasangan batu tidak ada adukan yang menyelimutinya. Hal ini juga akan mengurangi kekuatan struktur pasangan batu tersebut. Ditambah dengan selimut adukan semen antar batu terlalu tipis, ini akan menyebabkan kekuatan pasangan batu menjadi berkurang dan gampang roboh, ujarnya geleng-geleng kepala.
Untuk kualitas adukan mortalnya, Adrimanto mengatakan tidak memenuhi standar takaran uji laboratorium (Perbandingan semen 1 : pasir 4). Kalau dilihat, perbandingannya tidak sesuai, banyak pasir sedangkan semennya kurang. Ini akan menyebabkan kekuatan pasangan batu menjadi rapuh/tidak kokoh. Ditambah lagi dengan penggunaan batu yang terlihat rapuh dan kotor untuk pasangan batu itu. Sehingga adukan semen tidak melekat dengan baik.
Jadi intinya, lanjut Adrimanto menambahkan, pada pekerjaan pasangan batu dari awal sampai saat ini, dikerjakan asal jadi saja. Oleh karena itu, pasangan batu yang sudah selesai dikerjakan tersebut, harus dibongkar kembali. Sebab, tahap demi tahap pekerjaan pasangan batu sudah terlihat menyimpang. Lalu bagian yang mana yang akan diperbaiki, kalau keseluruhan struktur pasangan batu itu sendiri yang rapuh.
Untuk pekerjaan Abutment atau kepala jembatannya, Adrimanto mengatakan, terlihat pada permukaan abutment jembatan terlalu banyak sambungan dan ada beberapa permukaan yang keropos, serta selimut beton yang tipis. sambungan pada permukaan dinding abutment jembatan tidak bagus. Kemungkinan pengecoran dilaksanakan dengan kubikasi beton berhari, sedikit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bekas-bekas sambungan yang mengurangi nilai estetika struktur jembatan. Kemungkinan lain bisa juga pemakaian bekisting yang berulang-ulang. Bekisting yang rusak/tidak rata akan menyebabkan permukaan coran jelek.
Adrimanto menambahkan, keropos pada permukaan dinding jembatan akan mengurangi mutu beton. Selain itu, permukaan beton yang berpori tersebut juga akan memungkinkan air masuk kedalam struktur dinding jembatan. Akibatnya, air akan mengakibatkan karat pada besi tulangan dan juga akan berpengaruh terhadap fungsi besi itu sendiri dalam kontruksi jembatan.
Penyebab terjadinya keropos abutment jembatan antara lain, bekisting kurang bersih, masih ada beton lama yang menempel pada permukaannya. Ini biasanya terjadi pada bekisting yang digunakan ulang tapi tidak dilakukan pembersihan secara total. Pemadatan kurang sempurna saat pengecoran. Pada pekerjaan pondasi beton sebaiknya menggunakan vibrator untuk memastikan semua cetakan sudah terisi beton dengan sempurna. Adukan tidak tercampur dengan sempurna, sehingga antara semen, pasir, kerikil dan air tidak bisa menyatu dengan baik.
Terlalu cepat membongkar bekisting, sehingga permukaan beton rusak akibat benturan benda disekitarnya. Adukan cor terlalu encer, sehingga air semen keluar dari cetakan. Dan posisi besi tidak benar, sehingga selimut beton terlalu tipis, ujarnya mengakhiri. (Tim/RN)