Dua Tahun Jokowi – Ma’ruf Amin: Cermin Semangat Mendidik Guru Penggerak

Penulis: Intan Yulianti, Mahasiswa Semester 7 Jurusan Matematika dan Statistika Universitas Negeri Mataram (UNRAM)

Menjadi guru adalah peluang sekaligus tantangan agar tetap ikhlas bersabar dalam menjalani aktivitas agar guru benar-benar berkontribusi dalam mendukung perkembangan pendidikan para siswa. Itulah yang dirasakan Sukardi Malik, seorang guru di salah satu sekolah di Pulau Lombok yang mengajar selama 25 tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Praya Timur.

Sukardi Malik, setiap hari memerhatikan seluruh siswa yang duduk rapi dalam kelompok-kelompok kecil ditaman bermain sekolah. Wajah-wajah siswa yang serba kekurangan itu, membuat tumbuh semangat dalam dirinya. Selain ingat wajah setiap anak didiknya, Sukardi Malik juga hafal nama dan sifat mereka masing-masing.

Sukardi Malik imbau para siswa yang ingin menabung agar kedepan siswanya terbiasa hadapi kesulitan. Sukardi Malik sangat mengetahui karakter anak siswanya. Karakter siswa di kelas tidak ada yang sama. Tingkat pemahaman mereka pun berbeda-beda. Misalnya, ada anak yang bisa matematika, tetapi kurang menguasai pelajaran lain.

Ada juga anak yang kurang menguasai banyak pelajaran, tetapi bagus di SBK (Seni, Budaya, dan Keterampilan). Padahal, anak tersebut bukannya tidak bisa, tetapi hanya butuh waktu agak lama atau mungkin butuh metode pengajaran lain. Kita tidak boleh menganggap siswa siswi bodoh atau sejenisnya karena setiap anak pasti mempunyai kelebihan.

Bukan hanya itu, Sukardi Malik juga memahami setiap karakter siswa yang selalu butuh perhatian. “Ada yang mencari perhatian dengan bersikap sulit diatur, atau malah sebaliknya, menjadi pendiam dan penurut. Kita tidak bisa menyamakan anak yang satu dengan yang lain. Tentu sangat penting metode pendekatan ke siswa. Kita perlu dekat dulu dengan siswa. Kita ketahui dulu karakter siswa seperti apa. Setelahnya, barulah kita bisa putuskan cara menghadapi anak tersebut.”

Beberapa waktu lalu, saat Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), berkunjung ke Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, ke rumah seorang guru honorer peserta Seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Sukardi Malik. Nadiem tidak diingat oleh Sukardi Malik, guru honorer yang telah mengabdi selama 25 tahun itu.

Nadiem juga meminta izin untuk dapat menginap di kediaman Sukardi Malik “Mohon izin jika dibolehkan, saya ingin menginap di rumah bapak. Kemudian, Sukardi Malik mengizinkan Menteri Nadiem untuk bermalam di rumahnya. Ia juga mengenalkan Nadiem kepada anak dan istrinya.

Sebagaimana pemberitaan media kompas (Maret 2021) bahwa saat berbincang santai, Sukardi Malik ceritakan suka duka menjadi guru honorer. Misalnya, terkait perlunya memiliki berbagai pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sambil terus mengajar. Sukardi Malik mengaku sudah menjajal beragam pekerjaan seperti pembuat anyaman bambu, tukang, hingga ojek. Tak jarang diprotes rekan di pekerjaan sampingannya karena sering mengutamakan mengajar anak-anak terlebih dahulu.

Namun, bagi Sukardi Malik, menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang ditekuninya. Sukardi Malik pernah bekerja di Kalimantan, jadi mandor di kebun, penghasilan banyak, tapi batin Sukardi Malik kurang sreg. Rasanya kurang berkah. Beda saat menjadi guru.

Sukardi Malik juga menambahkan, bahwa rasa puas dan bahagia saat melihat anak didiknya menjadi orang yang sukses tidak tergantikan dengan apapun. “Sukardi Malik pernah mengajar anak ulama, di Lombok disebut Tuan Guru. Sekarang bekas siswa Sukardi Malik itu sudah menjadi Tuan Guru di pesantren. Suatu saat Sukardi Malik diundang ke pesantren mantan siswanya itu, kemudian dikenal di hadapan banyak santri sebagai seorang guru dari seorang Tuan Guru. Rasanya Sukardi Malik bangga sekali sampai tak bisa kata apa – apa waktu itu.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan saat itu, turut berdialog ungkap sosok Sukardi Malik yang merupakan guru penggerak. Sukardi Malik utamakan siswa siswi. Selalu berusaha yang terbaik meski dalam kondisi yang tidak mudah.

Salah satu kendala yang sering Sukardi Malik temui saat mengajar adalah tidak semangat, tidak senang siswa. Ada kalanya, di luar sekolah bisa mempengaruhi semangat dan rasa senang siswa saat belajar di kelas. Meski siswa biasanya mudah kembali ceria, ada kalanya Sukardi Malik perlu melakukan pendekatan lebih agar siswa dapat ceritakan masalah sebelum diajak bicara hal-hal lain.

Selain itu, sesekali untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan, Sukardi Malik mengajak para siswa belajar di luar kelas. Menjadi guru adalah cita-cita sejak kecil yang tercapai. Selain mengagumi sosok guru yang pintar, Sukardi Malik juga melihat keseharian guru mengajar di depan kelas dan diperhatikan oleh siswa-siswinya sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Cita-cita menjadi guru tercapai, ketika Sukardi Malik resmi menjadi guru honorer. Hingga akhirnya, Sukardi Malik bertugas di sekolah tempatnya mengajar sekarang hingga mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (PNS).

Tahun-tahun Sukardi Malik menjadi guru dipenuhi dengan banyak pengalaman berkesan. Hal itu semakin menyadarkan Sukardi Malik bahwa pengaruh seorang guru sangat besar terhadap siswanya, bahkan terkait hal-hal di luar pembelajaran.

Di samping itu, Sukardi Malik merasa hubungan antar guru dan staf sekolah sangat terbuka dan saling mendukung. Kondisi tersebut membuatnya semakin ingin terus berkembang sebagai guru. Sukardi Malik betah dan merasa masih dibutuhkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Praya Timur.

Bagi Sukardi Malik, kebahagiaan terbesarnya saat mengajar adalah bertemu dengan siswa-siswi dengan beragam karakter dan latar belakang. Sukardi Malik berharap dapat terus mendidik agar siap menghadapi tahap kehidupan selanjutnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sukardi Malik juga berharap seluruh siswa kelak dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Kisah guru Sukardi Malik menjadi inspirasi bagi Mendikbud Ristek Nadiem Makarim untuk terus berupaya menghadirkan kebijakan yang kualitas untuk memajukan pendidikan Indonesia. Lebih bermanfaat lagi, kebijakan menjamin guru – guru untuk menopang kesejahteraannya. Tidak hanya membantu sebagai pegawai pemerintah, tetapi juga mengembangkan diri para pendidik tersebut agar berdampak pada kualitas pendidikan nasional.[]

IKLAN HPN

Related Articles

Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan

Latest Articles