Malut, Investigasi.news – Hari ini, 12 April 2025, kita memperingati usia ke-675 tahun Kota Sanana, sebuah perjalanan panjang yang membentang sejak 12 April tahun 1350. Sebagai anak negeri, saya merasa terhormat dan tergerak untuk menulis sejenak mengenang, merenung, sekaligus menyemangati diri dan masyarakat dalam rangkaian sejarah panjang ini.
Sanana bukan sekadar titik geografis di peta Maluku Utara. Ia adalah nadi peradaban, pelabuhan budaya, simpul ekonomi, dan ruang spiritual masyarakat Sula. Dalam diam dan riuhnya ombak teluk Sanana, tersimpan kisah-kisah nenek moyang kita yang berlayar dengan semangat, membangun komunitas, dan menghidupkan nilai-nilai luhur yang hingga kini masih kita warisi.
Sejak tahun 1350, Sanana tumbuh dari perkampungan pesisir menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan. Ia menjadi ruang lahirnya tokoh-tokoh besar, pejuang adat, ulama, cendekiawan, dan pemimpin lokal yang tak sedikit memberikan warna dalam perjalanan sejarah bangsa ini.
675 tahun bukan usia yang singkat. Ia menunjukkan betapa Sanana telah melewati berbagai babak sejarah zaman kesultanan, kolonialisme, kemerdekaan, hingga era modern kini. Setiap jejak sejarah itu memberi pelajaran berharga tentang ketangguhan, keberanian, dan semangat gotong royong.
Namun, hari ini juga harus menjadi momen refleksi: sejauh mana kita sudah mewarisi semangat pendahulu? Apakah Sanana hari ini sudah menjawab kebutuhan generasinya? Apakah wajah Sanana sudah mencerminkan kota yang beradab, adil, makmur, dan berdaya saing?
675 tahun adalah usia yang matang. Momentum ini seharusnya menjadi titik balik untuk menyusun kembali arah pembangunan Kota Sanana ke depan berbasis sejarah, berakar pada budaya, tapi bertumpu pada inovasi dan kemajuan. Generasi muda Sanana hari ini harus menjadi motor perubahan, dengan tetap memelihara identitas dan kearifan lokal.
Dirgahayu Kota Sanana ke-675. Semoga kota ini tetap menjadi rumah yang hangat, tanah yang subur untuk mimpi, dan pelabuhan aman bagi generasi masa depan. Dari tanah ini kita datang, dan di tanah ini pula kita berbakti.
“Dad Hia Tes Sua”
“Mai La Tayana Hai Do Yafai”