Pagarayung merupakan sebuah istana yang menjadi sisa peninggalan Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat.
Sayangnya, belum ada informasi pasti kapan berdirinya Istana ini, begitu juga dengan sejarah berdirinya Kerajaan Pagaruyung.
Istana Pagaruyung merupakan salah satu tempat wisata menarik di Sumatera Barat. Tak heran, bangunan ini menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Salah satu contohnya, Istana Pagaruyung sempat menjadi tempat singgah para atlet sepeda dalam acara Tour de Singkarak 2014.
Para atlet disambut makan Bajamba atau makan bersama di Museum Istana Basa Pagaruyung pada 9 Juni 2014.
Mereka disambut dengan tari-tarian khas Minang lalu dipakaikan sarung khas corak Sumatera Barat sebelum masuk istana.
Istana Pagaruyung memiliki tiga tingkat dalam bangunannya dengan masing-masing fungsi berbeda.
Tingkat paling bawah adalah tempat aktivitas utama pemerintahan berupa sebuah ruang besar yang melebar dengan area khusus sebagai singgasana raja di bagian tengahnya.
Pada sisi kiri dan kanan ruangan terdapat sebuah ruangan kamar. Sementara itu bagian belakang singgasana terdapat tujuh buah kamar sebagai tempat bagi para putri raja yang telah menikah.
Baca juga: 4 Hal Istimewa Masjid Raya Sumatera Barat, Masjid Tanpa Kubah
Tingkat kedua adalah ruang aktivitas bagi para putri raja yang belum menikah. Ruangan ini sama besarnya dengan ruangan utama.
Sementara ruangan yang teratas merupakan tempat raja dan permaisurinya bersantai sembari memandangi kondisi sekitar istana. Ruangan ini dikenal dengan anjung peranginan.
Ruang tersebut memiliki sejumlah koleksi senjata pusaka asli kerajaan yang masih tersisa seperti tombak, pedang, dan senapan peninggalan Belanda.
Pengunjung bisa sewa pakaian adat Minang
Siapa saja yang berkunjung ke Istana Pagaruyung dapat menyewa pakaian adat Minang sembari belajar seputar Kerajaan Pagaruyung.
Jika berkunjung ke sini, kamu akan merasakan atmosfer kerajaan Minang dengan memakai pakaian adat Minang yang didominasi warna merah, hitam, dan kuning.
Warna-warna tersebut melambangkan wahana tigo atau tiga wilayah Minangkabau Museum.
Oleh: M Nazwira Hidayat