Hati lapang paham tak sampik,
Pandai manimbang jo manaka,
Walau batenggang di nan rumik,
Indak bakisa di nan bana.
Maknanya, ketika seorang laki-laki tengah bekerja, dengan siapapun itu. Maka laki-laki itu wajib untuk tetap berpegang teguh pada sebuah kejujuran, agama, dan mengerti apa yang benar dan salah. Serta tak pernah lupa dengan Allah SWT.
Tradisi Batagak gala di Minangkabau masih dilestarikan dan dilakukan hingga sekarang, baik gelar adat untuk Penghulu maupun Gelar Sako Pucuak Syarak Suluah Bendang dalam nagari.
Upacara malewakan gala atau menegakkan penghulu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat nagari untuk mengukuhkan sako (gelar pusaka) pada suatu kaum.
Pemberian gelar sendiri harus dilakukan dalam ritual prosesi adat Minangkabau. Pemberian gala dilakukan dalam upacara yang disebut Batagak Gala yang dilakukan di Rumah Gadang Kaum.
Seperti halnya yang dilaksanakan Pucuk Adat Nagari Tanjuang Baringin, dalam upacara ‘NAIAK GADANG GALA SAKO KARI IBRAHIM, PUCUAK SYARAK NAGARI TANJUANG BARINGIN,
SULUAH BENDANG SYARAK BASA SAMBILAN LUBUK SIKAPING kepada
H. BENNY UTAMA, SH.MM.
Ribuan Masyarakat Kabupaten Pasaman yang tergabung dalam Barisan Ninik Mamak, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN), Wali Nagari, Bamus Nagari, Basa IX Lubuk Silaping dan Basa XV Panti – Rao serta Bundo Kanduang se-Pasaman, hadiri prosesi adat Naiak Gadang Gala Sako Kari Ibarahim, Pucuak Syarak Nagari Nagari Tanjuang Baringin, di Rumah Gadang Sako Kari Ibrahim, Kampuang Sumua, Lubuak Sikapiang, Sabtu (22/7).
Tampak juga hadiir pejabat Pasaman, mulai dari Forkopimda, Sekda, Kepala OPD, Kepala Instansi Vertikal serta pimpinan BUMN dan BUMD Pasaman.
Tak hanya itu, Makan Bajamba juga direpresentasikan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan yang harus dijaga oleh anak cucu kemenakan Sako Kari Ibrahim Tanjuang Baringin.
Namun sebelumnya, untuk lebih sempurnanya proses Naik Gadang Gala Sako Kari Ibrahim, Kaum (suku) Mais, Kampuang Sumua, Tanjuang Baringin, terlebih dahulu melakukan napak tilas ke kampung asal (leluhur) mereka di Desa Muara Mais, Koto Nopan, Kabupaten Mandailing Natal.
Di Muara Mais (Muaro Maih), Tim Ninik Mamak Tanjuang Baringin menemui keluarga Mangaraja Borayun, yang menjadi asal-usul kaum Kari Ibrahim.
Selain bercerita tentang sejarah asal-usul, Tim ninik mamak yang dipimpin Edi Utama itu, juga membuka ranji keturunan Mangaraja Borayun, mulai yang pertama kali, saat diutus diutus ke Lubuk Sikaping sebagai Panglima Tuanku Imam Bonjol di masa Perang Paderi dulu.
Utusan yang bernama Rajo Barayun inilah akhirnya yang menjadi nenek moyang kaum (suku) Maih di Pasaman.
Di Muara Mais, Edi Utama dan ninik mamak turut melakukan ziarah ke Pandam Pakuburan Mangaraja Borayun, yang mirip dengan Pandam Pakuburan Kaum Kari Ibrahim di Nagari Tanjung Beringin. Di kedua tempat ini ada kuburan panjang (besar) yang diyakini sebagai kuburan Rajo Barayun.
Selain melihat kuburan panjang, Tim Ninik Mamak juga melakukan ziarah kubur ke makam almarhum Hamdan Lubis bin Sutan Mulia, yang letaknya berdampingan dengan kuburan besar Mangaraja Borayun.
Hamdan Lubis bin Sutan Mulia, adalah pemangku gelar Mangaraja Borayun yg terakhir. Wafat tahun 2014, dan sekarang kaumnya sedang menunggu “Kelahiran” Mangaraja Borayun berikutnya.
Kondisi yang sama juga terdapat di pandam kuburan kaum Kari Ibrahim di Tanjung Beringin. Di Pandam kuburan yang bernama Jiraik Tinggi itu, ada sebuah kuburan panjang dan tidak jauh dari situ, dimakamkan pula almarhum Haji Said yang bergelar Kari Ibrahim, Kakek dari Ibunda H. Benny Utama.
Dari catatan sejarah yang diwarisi, Haji Said (unyang H. Benny Utama), melakukan prosesi Naiak Gadang Gala Sako(diasami) pada tahun 1926 Salam, dengan menyembelih kerbau dan “baralek” selama tujuh hari tujuh malam. Artinya, sudah hampir 100 tahun (97 th) prosesi Maasaman Gala Sako Kari Ibrahim ini tidak pernah dilaksanakan lagi.
Dan upacara sakral inilah yang tereplika
si kembali Sabtu 22 Juli 2023, saat H. Benny Utama yang juga Bupati Pasaman, diasami (naik gadang) dikukuhkan menyandang gelar sako Kari Ibrahim.
Sebenarnya, Gala Sako tersebut sudah diterima H. Benny Utama dari ND. Kari Ibrahim pada saat “tanah tasirah” tahun 2013, dan barulah Sabtu kemaren dikukuhkan.
Naiak Gadang Gala Sako Kari Ibraim atas nama H. Benny Utama, dirayakan dengan alek anak nagari selama tujuh hari tujuh malam, yang dimulai hari Minggu, 16 s.d 22 Juli 2023, serta upacara potong kerbau.
Menurut salah seorang Ninik Mamak yang dijumpai di lokasi acara, bahwa upacara Naiak Gadang Gala Sako Kari Ibrahim ini merupakan prosesi adat terbesar dan paling meriah yang pernah Ia lihat dan saksikan di Sumatera Barat.
“Saya tidak menyangka acara Naik Gadang Gala Sako Kari Ibrahim semeriah ini. Saya biasa berpetualang dan menghadiri acara acara seperti ini di ranah minang, tapi baru kali ini saya menyaksikan acara sebesar dan meriah ini, ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan Ninik Mamak Basa IX yang sengaja datang dari kecamatan Rao, bahwa acara Naiak Gadang Gala Sako Kari Ibrahim begitu akbar dan religius.
“Pertunjukan kesenian adat dan tradisi ala minangkabau yang di sajikan begitu apik, membuat kita kembali serasa berada di-era dimana adat masih menjadi pegangan kuat masyarakat Ranah Minang, tuturnya.
Sebagaimana yang tertuang pada pepatah Minang, penghulu taguah di adat, manti taguah dibuek, malin taguah diugamo, dubalang taguah di nagari (penghulu teguh pada adat, manti teguh dengan undang-undang, malin teguh di bidang agama, dubalang teguh dalam nagari.
Tiga hari sebelum upacara Naiak Gadang Gala, dilakukan acara potong kerbau yang diawali dengan arak-arakan keliling kampung sambil memukul Gong. Sedangkan sepekan sebelumnya, selama tujuh hari berturut-turut sejak tanggal 16 Juli, digelar atraksi kesenian adat di rumah gadang Sako Kari Ibrahim, diantaranya Randai, Dikia Pano, Basanji, Ronggeng dan juga Gordang Sambilan dari Muara Mais, Mandahiling.
Kari Ibrahim, selain Pucuak Syarak Nagari Tanjuang Baringin, juga Suluah Bendang Syarak Basa Sambilan, Lubuak Sikaping. BD