Disabilitas, Tak Jadi Halangan Bagi Dua Mahasiswa UB Ini Dalam Meraih Mimpi

More articles

Malang, Investigasi.news – Kisah inspiratif datang dari dua mahasiswa difabel yang berhasil meraih mimpi mereka meskipun memiliki disabilitas. Dia adalah Duwik dan Elo yang merupakan mahasiswa UB.

Duwi Purnama Sidik, yang biasa dipanggil Duwik, lulus dengan IPK 3,65 dari Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika. Saat ini, ia sedang melanjutkan studi S2 Ilmu Komputer dengan program Fast Track. Sebagai mahasiswa yang menggunakan kursi roda, Duwik memiliki impian untuk bekerja dengan duduk, dan jurusan Teknik Informatika menjadi salah satu pilihannya. Selain itu, minatnya terhadap teknologi dan prospek kerja di bidang ini juga menjadi pertimbangan utama.

Selama berkuliah di UB, Duwik merasa mendapatkan banyak kemudahan baik dalam hal akademik maupun non-akademik. Ia aktif terlibat dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan untuk meningkatkan relasi dan mengasah soft skill-nya. Duwik pernah menjadi anggota Pusat Komunikasi dan Informasi di Eksekutif Mahasiswa (EM), Ketua Departemen Humas di Badan Internal Olahraga dan Seni (BIOS), serta mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Informatics Education and Learning for Society Enhancement, Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa Baru, Olahraga dan Seni, serta Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar.

Baca Juga :  UB Gunakan 62 Ruangan Untuk UTBK

“UB memiliki Pusat Layanan Disabilitas (PLD) yang membantu memudahkan perkuliahan. Fakultas Ilmu Komputer juga menyediakan banyak akses untuk kursi roda, sehingga memudahkan mobilisasi. Dosen dan Tenaga Kependidikan juga sangat mendukung perkuliahan. Jika ada kendala, saya hanya perlu menyampaikannya dan pasti akan dibantu,” ungkap Duwik. Ia juga memberikan pesan kepada teman-teman difabel yang ingin melanjutkan studi agar tidak takut, karena banyak orang baik yang siap membantu jika kita mengungkapkan kesulitan yang kita hadapi. “Tunjukkan apa yang kamu mampu, maka orang akan melihat kemampuanmu bukan keadaanmu,” tambahnya.

Sementara Elo Kusuma Alfred Mandeville, S.Tr.Ds: Diterima Bekerja di Dua Instansi
Elo Kusuma Alfred Mandeville lulus dengan IPK 3,47 dari Program Studi Desain Grafis, Fakultas Vokasi. Saat ini, Elo telah diterima bekerja di dua tempat, yaitu AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research) yang berpusat di Australia, dan sebuah industri kreatif di Malang sebagai social media officer dan content creator. Meskipun memiliki disabilitas pada kedua tangannya, Elo tidak membatasi dirinya.

Baca Juga :  Rektor UB Umumkan Kesuksesan QS Ranking dan Rayakan Halal Bihalal Bersama Civitas Akademika

Selama kuliah, Elo aktif terlibat dalam berbagai organisasi, termasuk Eksekutif Mahasiswa di bidang Advokasi, dan UKM Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (FORMAPI) di bidang Humas. Ia bahkan pernah menjadi MC di konferensi internasional yang diadakan oleh AIDRAN-FH UB pada tahun 2019, yang kemudian membuka kesempatan bagi Elo untuk bekerja di NGO tersebut.

“Saya menjadi satu-satunya mahasiswa difabel yang fasih berbicara bahasa Inggris di depan banyak orang saat menjadi MC dalam konferensi Interns Conference on Disability Rights yang diadakan oleh AIDRAN-FH UB. Pengalaman ini membawa saya terlibat dalam berbagai kegiatan AIDRAN, dan saya sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan bekerja di instansi ini,” cerita Elo.

Baca Juga :  UB Gunakan 62 Ruangan Untuk UTBK

Dengan minatnya dalam bidang video editing, Elo berharap dapat melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi di bidang perfilman. Ia juga memberikan semangat kepada teman-teman difabel agar lebih bersemangat dalam meraih impian mereka. Saat ini, lingkungan sosial dan kampus sudah mulai menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi teman-teman difabel. Elo mengingatkan agar kesempatan ini tidak disia-siakan, karena kesuksesan dimulai dari hal-hal kecil.

Duwik dan Elo adalah contoh nyata bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk meraih mimpi. Dengan dukungan dari lingkungan sekitar, mereka berhasil mengatasi tantangan dan mencapai kesuksesan. Semoga kisah mereka dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak menyerah dan terus berjuang meraih impian, tanpa memandang batasan yang ada.

Dari kisah mereka kita bisa menjadikan sebagai motivasi untuk tidak menyerah dan terus berjuang meraih impian, tanpa memandang batasan yang ada.

Guh

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest