(Menjawab tulisan seorang akademisi )
Oleh : Safrudin,SS,MMÂ
Penggiat literasi Sumatra Barat/Ketua umum Forum Literasi Agam
Membaca tulisan seorang senior dan akademisi, teras utama Padang Ekspres/23/8/2021 dengan judul “Ada apa dengan Gubernur Sumbar?”, membaca paragraf demi paragraf bahkan hingga akhir tulisan dapat disimpulkan bahwa beliau mengingatkan Gubernur agar lebih berhati-hati dalam mengambilkan kebijakan terkait banyak hal, termasuk permohonan sponsor yang mestilah mempedomani berbagai regulasi agar tidak berpotensi mal administrasi dan bisa saja disalah gunakan oleh oknum tertentu.
Kritikan sangatlah penting untuk sebuah pemerintahan, terutama dilakukan oleh akademisi hal pertanda adanya kepedulian dan perhatian namun tentunya diharapkan lebih berimbang dan netral memandang permasalahan tetapi jika tidak berimbang menimbang dan menilai atau justru melakulan sesuatu yang terkesan “framing”, opini penggiringan suatu masalah yang berlebihan dan bahkan menyebutkan partai tertentu akan menggiring opini yang kurang baik, publik tentu akan menilai dan menimbang tentang sikap, pendapat dan objektivitas sebuah tulisan dan pemikiran seseorang dalam menilai permasalahan.
Untuk berimbang kita menilai bahwa penganggaran mobil dinas seharga 700 juta dan juga dibawah plafon anggaran dan dianggarkan sebelum beliau terpilih jadi Gubernur dan setujui oleh DPRD propinsi dan dengan mobilitas yang tinggi tentulah publik juga mafhum dan menerima seorang Gubernur mestilah memiliki kendaran yang sehat dan aman, tetapi karna situasi yang tidak pas saat ini banyak kritikan muncul dan Gubernur juga dapat mengarifinya dengan mengalihkannya untuk operasioanal penanggulangan covid 19, namun sisi lain yang juga perlu di perhatikan terdapat anggaran yang tidak terlalu _urgent_ seperti rehab rumah dinas ketua DPRDÂ yang mencapai hampir 7 milyar didiamkan saja, lalu pertanyaanya dimana sisi berimbangnya kita menimbang?
Seharusnya, jika mau sedikit objektif dengan pilihan dan keputusan Gubernur dan Wakil Gubernur memberikan mobnas barunya untuk operasional penanganan Covid 19 demi menjaga perasaan masyarakat Sumbar dan “sense of crysis” harusnya diberikan apresiasi dan pujian juga tapi demikianlah yang terjadi, baiknya seorang akademisi berdiri dan memandang dengan objektif juga permasalahan yang terjadi dan menghindar dari dinamika politik yang sedang berkelindan, publik juga mafhum masih ada pihak-pihak tertentu yang belum ikhlas menerima kemenangan Buya Mahyeldi menjadi Gubernur Sumbar
Terkait permasalahan pembuatan buku profil daerah untuk keperluan investasi, dapat kita mengaca pada berbagai daerah lain bahwa meminta dukungan pihak lain dengan keterbatasan dana APBD dengan menggaet para sponsor bukan sumbangan dan hal yang sama juga dilakukan diberbagai daerah seperti di kota Surabaya sebagaimana dikatakan seorang wartawan senior asal ranah minang Yousri Nur Raja Agam beliau Dewan Pakar PWI Jatim dan Pimpinan Media nasional yang terbit di Surabaya, beliau mengatakan malu mendengar bahwa hal-hal kecil dipermasalahkan di Sumbar, di Surabaya saja sudah mencetak buku dengan bantuan sponsor dan dikerjakan oleh pihak lain diluar OPD secara profesional, selanjutnya dapat kita baca pada web (www.sumatrazone.co.id)
Secara objektif publik bisa menilai upaya dan kerja keras Buya Mahyeldi dan Audy membangun Sumbar, sejumlah langkah yang ditempuh dan usaha gigih yang diperjuangkan dalam 100 hari kepemimpinan buya Mahyeldi memimpin Sumbar, Sumbar meraih juara terbaik 1 Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tingkat nasional, dalam 100 hari berbagai kunjungan mentri dan wakil presiden ke Sumbar dan juga pertemuan Buya ke kementrian dalam rangka melakukan lobi dan pendekatan untuk pembangunan ranah minang.
Banyak kalangan pada awalnya pesimis dengan kepemimpinan Buya dan juga partai pengusung yang kerap bersebrangan politik di tingkat nasional tetapi justru Buya Mahyeldi mampu membuktikan bahwa ranah minang dengan kepemimpinan Buya siap berkolaborasi dan mendukung kebijakan pembangunan nasional yang ini terbukti dengan hadirnya mentri Suharso monoarfa kepala BAPENNAS dalam rangka rencana prmbangunan fly over sitinjau lauik, sport centre/stadion utama sikabu, revitalilasi danau maninjau, dan juga menjadikan geopark maninjau dan ngarai sionok menjadi Unesco global geopark.
Dicanangkanya pembangunan MONUMEN BELA NEGARA di lima puluh kota merupakan sebuah terobosan monumental yang gagas Buya Mahyeldi di ranah minang dimana rantai sejarah PDRI yang telah ditetapkan sebagai hari bela negara 19 Desember berdasarkan Keppres No 28/2006 akan terus dikenang sebagai tonggak sejarah berdirinya bangsa Indonesia, mimpi besar buya Mahyeldi tentunya disambut baik oleh masyarakat Sumbar.
Sangat banyak contoh bagaimana tangan dingin buya telah menepis angggapan atau kesan bahwa Sumbar tidak akan mampu berkordinasi yang baik dengan pemerintah pusat tetapi kenyataan berbicara lain, kunjungan Kemenko kemaritiman dan investasi Bapak Luhut Binsar Panjaitan, kunjungan Wapres Prof Ma’ruf amin, kunjungan Buya Mahyeldi dan wakil gubernur Audy ke berbagai kementrian dalam rangka lobi untuk pembangunan ranah minang yang lebih baik ke depan, lobi ke kementrian PUPR, kementrian pertanian, dan lain sebagainya serta dilanjutkanya proyek jalan tol trans Sumatra di Sumbar bisa menjawab keberimbangan informasi dan opini tentang buya Mahyeldi Gubernur Sumbar.
Kinerja Pemprov Sumbar dalam penangan Covid 19, dapat dilihat dengan berbagai kebijakan yang ambil Buya Mahyeldi baik soal adanya mobil SWAB keliling, pencanangan nagari tageh penanggulangan covid, pengawasan terhadap pemberlakuan PPKM diberbagai daerah di Sumbar, dalam hal pemberlakuan PPKM dapat dilihat bagaimana seorang Buya Mahyeldi sangat berhati-hati baik soal kebebasan masyarakat melakukan ibadah dengan membolehkan sholat id adha, dan berbagai kegiatan di rumah ibadah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, begitu juga dampak ekonomi masyarakat Pemprov dengan kordinasi yang intensif dengan para Bupati dan Wali kota se Sumbar, termasuk kita lihat bagaimana Buya melobi ke daerah lain untuk mengantisipasi kekurangan oksigen di Sumbar.
Semoga banyak hal yang sedang berdinamika dapat menjadi ibroh bagi semua pihak terutama Gubernur Buya Mahyeldi yang baru memimpin Sumbar, teruslah buya berbuat untuk Sumbar, lelah letih buya dapat dirasakan oleh masyarakat Sumbar, insya Allah rakyat Sumbar akan selalu mendoakan buya Mahyeldi siang dan malam agar bisa memimpin Sumbar yang lebih baik dan maju dan semua kritikan dan serangan kepada Buya Mahyeldi akan menjadi suplemen semangat untuk tetap bergerak membangun Sumbar, Semangat selalu Buya Mahyeldi, doa kami selalu.
Wallahua’lam bissawab